<31>

69 13 1
                                    

Setelah penyesalan yang tidak ada gunanya diluapkan oleh Nabila, ia terus menerus mengerucutkan bibirnya. Dan wajahnya terlihat kesal dan sedikit khawatir. Ia bingung apa yang akan ia katakan pada Farhan.

"Kok gue bingung sih? Gak apa-apa kok. Ok, Bil calm down!" Nabila membatin.

Setelah Nabila membatin, seseorang yang tak ia harapkan muncul dari balik pintu. Farhan masuk dengan wajah tenang dan datarnya, ia membawa segelas kopi. Farhan masuk dengan tenang tanpa membuat keributan sekalipun-Bunda Sonita telah beristirahat lagi.

Farhan duduk di sebelah Nabila-di sebuah sofa diruangan itu. Nabila dari tadi hanya membuang muka ia tak ingin menatap Farhan, apalagi bertatap mata. Farhan yang baru saja duduk memberikan kopi yang ia pegang sejak tadi kepada Nabila.

Awalnya Nabila tidak melihat Farhan menyodorkan sebuah kopi, hingga Nabila salah gerak dan menumpahkan kopi itu di baju Farhan. Nabila yang merasa menyesal langsung mengambil tisu dan mengelapnya.

"Maafin gue. Gue gak liat," sahut Nabila sambil tergesa-gesa mengelap noda yang tertumpah di baju milik Farhan.

"Lo lamunin apa sih? Padahal gue sodorin kopi dari tadi juga." Farhan tidak menunjukkan apapun yang terlihat dia akan marah atau kesal. Bahkan ia menghentikan tangan Nabila yang dari tadi sibuk membersihkan noda pada dirinya.

"Udah. Karya seni ini kok, gak apa-apa," tepis Farhan membujuk Nabila agar berhenti.

"Maafin gue ya."

"Hm. Emang lo lamunin apa sampai bengong kek gitu?" tanya Farhan dengan lembut.

Nabila yang dihantam oleh pertanyaan itu menjadi salah tingkah dan tidak tahu ingin menjawab apa. Akhirnya ia hanya sembarang ngomong dan sama sekali tidak menjawab pertanyaan Farhan.

Malah, Nabila bertaya, "Oh iya, Devan mana kok gak bareng? Gani?" tanya Nabila mengalihkan pembicaraan.

"Devan pulang. Gani udah dikubur kali, gak tau juga tuh." Farhan mengalihkan pandangannya ke arah lain dan mencari kesibukan. Nabila yang merasa tak enak menyuruh Farhan untuk pulang.

"Han, ini udah mulai gelap nih di luar. Lo pulang aja, gak usah nginep. Gue gak papa kok sendiri, besok juga udah mau pulang kok." Nabila berdiri dan menunggu Farhan untuk mengikutinya berdiri juga.

Farhan malah melakukan hal yang tak terduga. Ia bersandar pada sandaran sofa, dan melipat tangan didepan dada. Selang beberap detik ia terdiam dan terus menerus melihat ke sembarang arah, akhirnya ia angkat bicara.

"Gue salah gak sih jadi pacar lo bil?" ucap Farhan tiba-tiba.

Sontak Nabila kaget dan melotot ngeri ke arah Farhan.

"Maksud lo?? Belom juga sehari. Php lo nyet," amuk Nabila. Nabila pergi ke dalam kamar mandi. Ia hanya ingin mengamuk sejadi-jadinya tanpa dilihat oleh Farhan.

Farhan yang merasa bersalah pulang tanpa berpamitan dengan Nabila yang masih didalam kamar mandi. Farhan dari tadi memikirkan perkataan Devan.

"Gue beneran bisa gak sih jagain dia?" ucapnya kepada dirinya sendiri di perjalanan menuju tempat parkir.

~•~

Nabila yang tidak mendengar apapun dari luar kamar mandi memilih untuk keluar. Ia keluar dengan perasaan yang berkecamuk, ditambah saat ia keluar ia tak mendapati Farhan.

"Hah...bastard tuh anak." Nabila membereskan tempatnya untuk tidur di kamar tersebut. Tak butuh waktu lama Nabila tertidur, padahal perasaanya sedang tidak bagus.

~•~

Pagi hari tiba. Cahaya sang surya menyelinap memasuki kamar inap Bunda Sonita. Waktu menunjukan pukul 8 pagi. Dan Nabila belum juga terbangun. Ia masih terlelap.

Bunda Sonita yang sudah bangun dari pukul 6 pagi langsung memanggil suster dan menyuruh melepas infusnya. Setelah itu ia membereskan barangnya sendiri. Ia tidak tega membangunkan Nabila yang tidur dengan lelap.

Tepat jam 8 semuanya telah selesai Bunda Sonita bereskan. Tiba-tiba pintu terdengar diketuk. Bunda Sonita pergi untuk membukanya, Bunda Sonita mengira itu adalah Nahal, ternyata bukan.

Itu adalah Farhan. Farhan datang membawa pizza.


TBC
|
|
|
Baru nyadar kurang lebih 5 part, kita belom ganti hari ya😂

Voment!!

So ya, see ya✨

CLASSIC [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang