<50>

75 11 11
                                    

Hari ini sudah sedekah belum?
Kalo belum vote yuk sebelum baca biar gak lupa:) Sekalian sedekah.

Kalau ada typo atau kesalah komen ya:)

Happy Reading my lovely readers♡
~♥~~♥~~♥~~♥~~♥~~♥~~♥~~♥~~♥~~♥~~♥~

Nabila sedang menyeruput teh mint yang di buatkan oleh Devan. Suara seruput dari mulut Nabila itu seperti menggema ke seluruh dapur yang hening dan diselimuti aura dingin itu. Devan duduk di hadapan Nabila. Beberapa saat kemudian Nabila meletakkan gelasnya yang masih mengepulkan asap itu.

"Bil," sahut Devan. Nabila mendongak menatap Devan di hadapannya.

"Hn?" gumam Nabila. Tatapannya masih kosong.

"Kamu sama Farhan...beneran...udah putus?" Nabila hanya mengangguk sekali. Lalu, matanya fokus ke arah asap yang keluar dari gelasnya.

"Bil aku tahu kamu orangnya gak bisa bohong, tapi jangan kayak gini juga. Kitakan cuman mau Gani berhenti ngejar kamu. Kenapa-" Nabila tampak kebingungan menatap Devan. Devan tiba-tiba bersikap sopan padanya. Ia bahkan memakai 'aku-kamu'.

"Lo kan udah tahu gue gak bisa bohong. Ya udah gue putus beneran sama Farhan. Dan juga ya...ini...bukan salah lo kok. Gue ama Farhan emang mau putus aja. Biasa nambah stok mantan," ucap Nabila angkuh lalu tertawa sinis yang dipaksakan. Devan hanya menghela napas.

"Jadi lo udah nelpon Gani?" tanya Devan yang kini kembali normal. Nabila menggelengkan kepalanya yang membuat Devan kebingungan.

"Kok-"

"Lo sendiri yang bilang, Gani bakalan berhenti ngejar gue kalo gue putusin Farhan dan...ma-ma-macarin lo," ucap Nabila di akhir katanya terlihat gugup. Devan menelan salivanya.

"Jadi lo..." Devan menggantung ucapannya. "Terus lo mau gimana?" Devan menaikkan sebelah alisnya.

"Bego!" Devan melotot ke arah Nabila yang spontan mengucapkan kata itu. "Ya kita pacaran lah. Eits...PU. RA. PU. RA," tekannya di akhir kalimat.

"Dih...bego-bego gini gue ganteng kan?" tanya Devan bersandar ke kursi.

"Iya in deh," ucap Nabila berdiri dari duduknya dan melangkah meninggalkan Devan. "Gue bakalan kasih tahu Gani," ucap Nabila tanpa berbalik ke arah Devan.

~•~

Cahaya mentari menyelinap masuk dan menerpa wajah Nabila. Kicauan burung seperti alarm untuknya. Nabila membuka perlahan matanya dan menampakkan mata coklatnya yang indah. Ia menatap jendela selama beberap detik. Ia bangun dan meregangkan semua ototnya. Lalu ia mengambil remote kecil dan mematikan pendingin ruangan.

Jam bulat di bawah pendingin ruangan menunjukkan pukul setengah tujuh. Nabila bergegas mandi dan bersiap ke sekolah. Tampaknya ia sudah di izinkan untuk ke sekolah. Hari ini tidak menjadi hari yang bersemangat untuk Nabila.

Setelah memakai bajunya, Nabila duduk di depan meja rias lalu mengikat rambutnya ke belakang. Ia memoles sedikit bibirnya dengan pelembab bibir tanpa warna. Dan menyemprotkan parfum pada tubuhnya. Setelah terlihat meyakinkan Nabila bangkit dan mengambil sepatunya yang tersusun rapi di rak sepatu yang berdiri di sebelah pintu. Mengambil tas dan berjalan.

Ia keluar dari kamarnya lalu menguncinya. Baru berapa langkah, Nabila duduk di salah satu kursi lalu memasang sapatunya. Ia pun menuruni tangga dan pergi menuju meja makan. Meja makan telah ramai. Belum ada kegiatan makan, hanya berbincang ringan satu sama lain.

CLASSIC [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang