<59>

37 4 0
                                    

Hari ini sudah sedekah belum?
Kalo belum vote yuk sebelum baca biar gak lupa:) Sekalian sedekah.

Kalau ada typo atau kesalah komen ya:)

Happy Reading my lovely readers
~♥~~♥~~♥~~♥~~♥~

2 minggu berlalu setelah kejadian di rumah sakit. Semunya berjalan dengan lancar. Raya dan Farhan terlihat makin akrab dan Farhan sepertinya mulai menerima Raya. Lain hal dengan Nabila yang semakin menjauh dari Devan. Sehari setelah kejadian itu Raya di perbolehkan pulang dan hanya melakukan rawat jalan saja.

Saat ini adalah akhir pekan. Rara berencana melakukan liburan dengan para sahabatnya. Mereka ingin pergi ke taman bermain. Namun, rencana Rara sedikit melenceng dari dugaannya. Ia mengira akan bagus jika pacar sahabatnya juga ikut, itu akan meramaikan keadaan. Tapi ia lupa bahwa ia sendiri tidak memiliki pacar. Rara menjebak dirinya sendiri.

Pagi yang cerah. Hembusan angin menyambut kedatangan mereka di taman bermain yang cukup ramai itu. Orang-orang berlalu lalang silih berganti tiap menitnya. Suara tawa dan derungan mesin terdengar jelas di sekeliling mereka. Anak yang berlarian untuk membeli jajanpun tak luput dari mata. Semoga liburan mereka kali ini benar-benar menyenangkan.

"Ya udah gue pergi beli tiket dulu," ucap Devan datar lalu melangkah meninggalkan yang lain. Semuanya memasang raut wajah yang ceria. Apalagi Rara yang memang dari dulu mengidam-idamkan untuk liburan ke taman bermain bersama sahabatnya. Sebenarnya, mereka bertiga sudah pernah ke sini, tapi itu sudah sangat lama. Dulu mereka bukan hanya bertiga, anak-anak panti lain ikut, jadi tidak benar-benar hanya antara mereka bertiga.

"Bil beli jajan yuk," bujuk Rara memegangi perutnya dan mengemis pada Nabila. Nabila hanya cengar-cengir melihat sahabatnya yang satu ini.

"Tunggu Devan dulu, kitakan belum bisa masuk," balas Nabila. Mata Nabila meneliti sekitar ia sejak tadi hanya melihat dari sudut kanan matanya hingga ke sudut kiri matanya. Menyapu bersih taman hiburan itu. Se akan ia mencari sesuatu.

"Ok. Ayo masuk!" suara Devan terdengar jelas. Ia menghampiri yang lain dan mengajak masuk. Ia langsung merangkul leher Nabila. Tapi, Nabila langsung menepisnya dan memegangi Rara. Devan hanya menghemnbuskan nafasnya kasar.

Inilah yang Devan takutkan, Nabila menjauh darinya. Dari awal ia sudah tahu, inilah resiko yang paling tidak ia inginkan terjadi. Padahal jika mau, Nabila tinggal mengakhiri hubungan mereka dan kembali seperti dulu, tapi entah mengapa, Nabila tidak pernah melakukannya. Walaupun, jelas terlihat ia sudah mulai menjauh, yah dari awal Nabila memang tidak tertarik sama sekali. Devan-pun takut untuk mengakhirinya duluan, entah takut kehilangan Nabila atau takut Nabila di ambil oleh orang lain setelah ia melepaskannya.

"Kamu gak capek Ya? Aku beli minum dulu ya," ucap Farhan tiba-tiba di tengah perjalanan mereka. Raya hanya mengangguk sambil menampilkan senyumnya. Lain dengan Nabila yang melihat sikap Farhan ke Raya sangatlah berbeda sekarang. Bahkan ia sudah memakai 'Aku-Kamu' dengan Raya. Padahal Farhan tidak pernah melakukannya.

"Mau gue beliin minum Bil?" tanya Devan.

"Gak usah. Gue bisa sendiri. Ra ayo." Rara yang tangannya ditarik kasar oleh Nabila hanya bisa mengaduh kesakitan. Nabila dan Rara meninggalkan Devan dan Raya sendirian.

"Lo kapan mau tanya Nabila?" tanya Devan spontan. Raya hanya menghembuskan napas pelan sambil memejamkan matanya. Ia menatap Devan pelan dan perlahan membuka mulut dan berkata,

"Izinin aku bahagia untuk terakhir kalinya kak, ini adalah terakhir aku janji." Devan hanya mengangguk pelan dengan wajah datarnya.

"Kenapa lo setuju buat kesini?" tanya Devan sekali lagi. Raya menatap Devan dan hanya terdiam untuk waktu yang cukup lama. Dan ia tidak menjawab pertanyaan Devan lalu membuang muka dari Devan.

Tak lama Nabila, Rara dan Farhan datang.

"Nih buat lo," ucap Nabila sambil menyodorkan minuman ke devan. Devan mengucapkan terima kasih sambil tersenyum.

"Loh kok kamu belinya cuman satu Han?" tanya Raya menatap tangan Farhan yang hanya memegang segelas minuman. Lalu Farhan menyodorkan itu kepada Raya. Raya salah tingkah dan hanya menerima minuman yang diberikan Farhan.

Raya meneguk minuman itu hingga setengah gelas, lalu ia menyerahkannya ke Farhan. Farhan menerimanya dan langsung meminumnya, dengan sedotan yang sama. Raya hanya bisa melotot dan melihat Nabila yang menyangsikan itu.

Rara yang tahu keadaan sedikit canggung langsung bersuara.

"Ok. Kita naik apa ya pertama?" tanya Rara dengan melihat-lihat sekeliling taman hiburan sambil menggerakkan jari telunjuknya.

"Bianglala aja lah," ucap Devan lalu berjalan terlebih dahulu.

"Heh!" teriak Nabil sambil memegangi pundak Devan. "Bianglala tuh selalu di akhir. Yang pertama selalu, roaller coaster," lanjut Nabila dengan mata melototnya ke Devan.

"Nah benar banget tuh Bil," celetuk Rara. "Ya udah ayo naik," ajak Rara sambil berjalan di depan. Semuanya mengikuti dari belakang.

"Are you fine?" tanya Farhan dengan lembut ke Raya. Raya mengangguk dengan senyumnya yang manis.

Merekapun menaiki roaller coaster untuk yang pertama di jadwal mereka hari ini. Semuanya berteriak dengan riang saat menaikinya. Nabila juga tertawa bahagia. Setelah seru-seruan di arena itu, mereka turun dan menyusuri arena permainan lainnya.

Namun, di tengah perjalanan mereka tidak sengaja bertemu dengan segorombolan orang yang sedang bertengkar. Banyak orang yang berkumpul hanya untuk menyangsikan pertikaian tersebut. Untung ada sedikit celah untuk Devan melihat apa yang sebenarnya terjadi.

Devan melihat dua orang pria yang sedang berada di tengah segorombolan orang yang sedang mengelilingi mereka. Satu dari pria itu terlihat tidak terlalu tua, tapi bisa dibaca bahwa ia sudah berkeluarga dan memiliki anak. Dan satunya adalah pria yang cukup berumur. Pria yang berumur itu duduk menunduk dihadapan pria satunya.

Saat Devan melihat jelas, baju pria yang sedang memarahi kakek itu ternoda akan sesuatu. Sepertinya ini hanya masalah sepele yang di besar-besarkan oleh pria kaya angkuh itu. Sejak tadi ia hanya terdengar memaki kakek dihadapannya.

Saat devan melihat kaki pria kaya itu bergerak ke arah sang kakek, Devan berlari dan mencegahnya. Devan tiba tepat waktu di depan kakek itu dan menahan kaki sang pria.

"Maaf pak tapi ini cukup berlebihan. Lihat dong, dia ini kakek-kakek. Masa sampai kayak begini," ucap Devan menatap pria kaya itu.

Nabila yang baru tersadar Devan menghilang di dekatnya langsung melotot saat mendapati Devan ada di antara pria yang bertikai itu.

"Devan goblok!" ucap Nabila sambil menepuk jidatnya.

"Heh anak muda. Menyingkir kau. Kakek tua bangka ini menumpahkan minumannya ke baju mahalku. Kau tau harganya ini? Uh...sudahlah kau pun terlihat sama dengan kakek itu. Miskin. Gak bakal ngerti berapa harga baju ini," ucap Bapak itu dengan angkuh. Ia mendorong Devan untuk menyingkir dan menarik Kakek yang sudah terlihat ketakutan itu. Pria itu bahkan memukul.

"Woi ini securitynya mana sih bangsat?! Emosi gue!" teriak Devan berdiri sambil menarik lengan bajunya.

Buak. "Heh pak, gue udah nahan emosi ya. Mentang-mentang lo tua dari l gue terus gue takut ama lo. Eleh eleh...bapak-bapak kek lo mah dah sering gue hajar," ucapnya setelah memberikan satu pukulan. Bapak itu juga naik pitam dan membalas Devan. Namun ya, sangat terbaca, bapak ini tidak lihai dalam memukul, ia hanya melayangkan pukulannya yang lemah. Tentu saja tidak mengenai Devan.

"Sudah cu. Jangan berkelahi," ucap kakek itu, membuat Devan lengah.

"Woi nyet awas!" teriak Rara melihat bapak itu yang sedang menghampiri Devan dengan ancang-ancang pukulannya. Terlambat, Devan tidak bisa menghindar.





TBC
|
|
|
Maaf kemarin ngilang lagi. Hehe...
Enjoyyy

CLASSIC [Completed]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora