<49>

64 11 8
                                    

Ini bermula saat Rara menghubungi Raya memintanya menemani di rumahnya. Orang tua Rara keluar kota dan semua pelayan di rumah Rara sedang libur hari ini. Rara merasa kesepian. Tadinya ia berniat untuk meminta tolong ke Nabila, tetapi Rara rasa Nabila belum memungkinkan untuk dimintai pertolongan apapun.

"Raya temenin gue yuk!" pinta Rara.

"Ogah!" ketus Raya dari seberang.

"Ck! Laknat lo jadi temen. Temenin napa."

"Otw," ucap Raya. Rara sampai jingkrak-jingkrak mendengar Raya.

Di antara Nabila, Rara, dan Raya. Raya adalah teman yang paling menjengkelkan, jika dimintai tolong oleh sahabatnya ia akan menolak secara mentah. Tetapi jika ia yang meminta tolong, sahabatnya yang lain langsung datang untuk menolongnya. Definisi teman datang pas butuh. Yah, walaupun begitu, mereka bertiga tetap saja saling menyayangi.

Raya duduk di jok belakang sambil memainkan ponselnya. Ia menatap ke arah luar jendela ketika supirnya memberitahu mereka sudah dekat dengan rumah Rara, yang secara tidak langsung juga akan melewati Panti. Mata Raya tak luput saat melihat Farhan dan Nabila tengah berboncengan memasuki Panti. Raya secara sadar berdecak sebal. Ia segera meremas ponsel ditangannya dan menatap lurus ke arah depan.

Raya memencet bel rumah Rara dengan kasar berkali-kali. Hingga supir yang melihat Raya dari dalam mobil nampak khawatir akan majikannya yang satu ini. Beberapa saat kemudian, pagar kayu yang menjulang tinggi itu terbuka dan menampakkan Rara yang hanya memakai kaos polos berwarna pink pastel dipadukan dengan hotpants. Wajahnya nampak kesal menatap Raya.

"Bapak boleh pulang. Makasih," ucap Raya dengan nada tak ikhklas. Bahkan ia tidak berbalik menatap supirnya saat mengatakan itu.

Raya jalan memasuki pekarangan rumah Rara. Rara menutup gerbang dan menyusul Raya yang sudah jauh.

"Lo kenapa dah? Kuping gue rusak anjir, lo mencet bel ampe rusak. Tadi juga, gak ikhlas banget lo ngucapin thanks." Raya tak menggubris omelan Rara. Ia tetap melangkah hingga masuk ke dalam rumah Rara.

"Iya gue anggap rumah sendiri kok. Makasih," ucap Rara dengan nada mengejek dari belakang Raya. Raya menoleh, membuat Rara kaget.

"Anjrit. Lo ngagetin nyet," beo Rara, lalu menepuk pundak Raya.

"Jenguk Nabila yuk!" Rara menaikkan sebelah alisnya.

"Kesambet nih anak." Rara melangkahkan kakinya mendahului Raya dan naik ke lantai dua, menuju kamar Rara. Raya hanya mematung menatap Rara menjauh.

"Beneran gue nih!" teriak Raya.

"Gue ganti baju dulu njir. Cantik gini masa gue kayak penjual es keliling makai kaos oblong. Bentar!" teriak balik Rara dari atas. Raya hanya mendengus pelan.

Raya menatap layar ponselnya sedari tadi. Ia sangat ingin rasanya mengirim pesan ke Nabila. Walau ia tidak tahu ingin mengetik apa. Karena Raya punya kerjaan ia mengurungkan niatnya. Rara turun memakai celana jeans di padukan dengan sweater bunga berwarna biru. Tampak kasual.

Mereka berdua tiba di Panti. Tepatnya sedang didepan pintu Panti. Rara memegang gagang pintu dan ingin membukannya. Klek. Pintu itu hanya bersuara, tetapi tidak terbuka.

"Kok kekunci sih?" tanya Rara mengernyitkan dahinya. Lain dengan Raya yang sejak tadi menatap motor berwarna merah menyala ynag terparkir mantap di pekarangan. Rara menepuk punggung Raya.

"Lo natap apaan dah. Kesambet tau rasa lo." Raya kaget dan menatap Rara sinis.

"Apaansih Ya. Lo lagi PMS ya? Kalo lo gak ikhlas datang mending pulang deh. Pening pala gu-" Mata Rara teralihkan saat matanya menangkap keberadaan motor yang sejak tadi ditatap oleh Raya.

"Itu motor Farhan kan?" Raya hanya mengangguk. Rara menatap punggung Raya, Nih anak emang ada rasa ama Farhan, batin Rara.

"Lewat belakang aja yuk!" Rara lebih dulu menggandeng tangan Raya menariknya untuk jalan di belakangnya. Rara memasuki pekarangan belakang Panti dan mendapati Devan sedang duduk, tapi ia tak sendiri. Rara melihat punggung yang tak asing duduk di depan Devan.

Ia langsung memekik yang membuat dua makhluk dihadapanya bergidik kaget. Terlebin Devan yang lebay menanggapi Rara. Mereka beradu mulut. Hingga Raya keluar dari belakang Rara dan menampakkan dirinya, membuat Devan ingin menjadikan Raya candaan. Tapi, Farhan menimpali dan menyuruh mereka masuk.

Senyum lebar langsung merekah di wajah Raya melihat wajah Farhan, terlebih tadi Farhan membelanya.

~•~

"NABILA!! Gue tanen," ucap Rara mengejek sambil merentangkan tangannya. Nabila yang kaget melihat kedua sahabatnya berkunjung hanya bisa menghela nafas.

"Jangan alay deh," ketus Nabila. Rara langsung mengerucutkan bibirnya. Sedangkan Raya tertawa melihat Rara. Sesekali Raya melirik Nabila.

Nabila dari tadi sibuk dengan ponselnya. Membuat Rara geram. Rara berdiri dari duduknya dan mendekati sebuah benda yang berbentuk kotak berwarna hitam sepinggangnya itu. Ia menekan salah satu tombol lalu lantunan lagu Sunday Best dari Surfaces terdengar menggema di kamar Nabila.

Fokus Nabila langsung teralihkan dan melotot ke arah Rara.

"I AM FEELING GOOD. LIKE I SHOULD!" teriak Rara melantunkan lagu yang didengarnya.

Nabila melempar bantal ke arah Rara. Rara yang melihat kedatangan bantal itu langsung menghindar dengan wajah bangganya. Namun langkahnya salah. Kakinya terbentur di kaki sofa. Seketika Rara terpekik.

"Piling gud dah tuh," ucap Nabila mengejek. Ia kembali fokus pada ponselnya.

Tok tok

Suara ketukan terdengar dari pintu kamar Nabila. Rara masih fokus pada kakinya yang sakit, ia mengelusnya dengan pelan. Raya terpaksa berdiri dan membuka pintu itu. Betapa inginnya Rara berteriak saat melihat di depan pintu adalah Farhan. Raya berusaha mengontrol dirinya.

Di belakang Farhan berdiri Devan. Devan maju membuat Farhan mundur dan menjauh dari hadapan Raya.

"Lo pada ribut sumpah, dan yang teriak tadi siapa?" tanya Devan sambil mengintip masuk ke dalam kamar Nabila. Ia melangkahkan kakinya dan mendapati Rara duduk di sofa memegangi kakinya yang kesakitan.

Baru saja Devan ingin mengejek Rara, Nabila memotong deluan, "Keluar lo!" Devan mengalihkan pandangannya ke Nabila. Devan mendekati Nabila. Membuat Nabila mengernyitkan keningnya bingung. Tangan Devan meraih tangan Nabila.

"Apasih Van!" Nabila melepas tangan Devan dengan paksa.

"Ikut gue," ajak Devan dengan nada halus.














TBC
|
|
|
Guys udah sedekah hari ini? Kalo belom sedekah yok. Dengan cara Vote. Kamu membantu author:)

Komen yuk guys, serah mau komen apa. Nyemangatin kek, nyepam kek. Serah kalian.

Teror author dong. Ampir aja tadi author gak update gegara gak ada yang ngingetin:(

Follow author dong. Please:~

So ya, si ya:>

CLASSIC [Completed]Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon