<41>

60 9 2
                                    

Di sebuah rumah yang tidak terurus, Farhan dan Devan menggeledah segala penjuru dari rumah tersebut. Tentu saja mereka tidak menemukan apapun, mereka datang di waktu yang salah. Siapa yang masih nongkrong di markas mereka hingga jam 1 dinihari? Geng nakal yang gak sekolah? Ya, kalau mereka pasti. Geng miliki Gani beda. Setidaknya mereka sekolah tetap penting. Yah, walapun mereka tidak benar-benar serius untuk sekolah.

Devan dan Farhan telah menggeledah seluruh sudut rumah itu. Tetapi, mereka tak menemukan apapun. Mereka berdua hampir saja menyerah, tetapi Farhan tak berhenti di situ. Dia pergi ke rumah Gani dan semua temannya.

Tetapi, Farhan menyebabkan masalah lain, yang walaupun akan berdampak positif. Saat ia mendatangi rumah Gani dan bertanya tentang Nabila, secara tak langsung ia memberitahu Gani bahwa Nabila menghilang. Ganipun juga ikut naik pitam.

Devan yang kesal dengan tingkah laku Farhan memilih untuk meninggalkannya dengan alasan yang bisa dipercaya.

"Han, lo ikut Gani cari Nabila. Kita nyebar, ok?" Farhan pun mengangguk. Devan berlalu pergi.

Devan pergi mencari Nabila sendiri, itu membuatnya lebih leluasa, walaupun sedikit berbahaya. Ia mencarinya ke segala penjuru yang memiliki kemungkinan besar Nabila berada. Ia tak menemukan apapun. Hingga Nofal menelfonnya. Dan ia tahu di mana Nabila berada.

~•~

Farhan dan Gani mencari ke rumah-rumah sahabat Gani, tetapi nihil, mereka juga tak menemukan apapun. Mereka mencari ke semua lokasi tempat Gani biasa berkumpul bersama teman-temannya. Tetap saja tidak ada.

Disepanjang perjalanan mencari Nabila, Farhan terus menerus berkata dalam hatinya,"Gue pantas gak sih jadi pacar lo? Gue bahkan gak bisa nyelamatin lo."

Gani sudah tak tahan lagi, dan ia menghubungi semua jaringan yang ia tahu. Dari yang satu sekolah dengannya hingga tidak. Setelah menelfon selusin orang, Ganipun mendapatkan sedikit informasi. Ia menelfon salah seorang anak buah Nofal dan ia berkata bahwa, beberapa anak buah Nofal yang tunduk sama Ismi dikerahkan ke suatu tempat. Dan hingga saat ini belum kembali.

Setelah mendengar hal itu, Gani dan Farhan bergegas ke rumah Nofal. Tentu saja itu adalah langkah yang sangat salah. Padahal, selangkah lagi mereka dekat dari Nabila, tapi mereka malah menjauh.

~•~

Kembali lagi Devan yang sudah terburu-buru pergi ke sebuah gudang yang diberitahukan oleh Nofal. Sesampainya di sana, Devan sedikit terkejut. Pasalnya bukan hanya satu dua orang yang menjaga di luar. Jika di hitung-hitung mereka berenam, menyambut kedatangan Devan yang tidak diundang.

Lampu sorot motor Devan menyilaukan mata mereka yang sedang berjaga, Devan yang cerdik memilih untuk tidak memadamkan lampu itu, lalu ia turun dari motornya. Devan sudah siap. Napasnya menderu kencang. Dan keenama penjaga itupun maju. Perkelahian dengan tangan kosong tak terelakkan.

Satu banding enam? Tentu saja mustahil untuk Devan menang. Tetapi, Devan bukan lawan yang sepadan untuk mereka yang hanya bergaya mengenakan baju serba hitam untuk menampakkan kekuatan mereka. Mereka hanyalah pemula yang tunduk pada seseorang yang memiliki kekuasaan. Mereka tunduk bukan karena kesetiaan, mereka tunduk karena uang. Itulah arti tunduk diera saat ini.

Devan tentu saja berhati-hati, ia memasang kuda-kuda yang kokoh, menangkis serangan, menghindar, lalu menyerarang balik. Lalu, tak lama kemudian tiga orang jatuh akibat pertarungan jarak dekat ini. Tiga tersisa siap menjatuhkan Devan, tapi melihat betapa mudahnya Devan menjatuhkan temannya, mereka seperti didorong untuk mundur. Tetapi, harga diri mereka lebih penting mereka pun melayani Devan.

Salah seorang dari mereka melayangkan tinjunya ke sisi kanan Devan, karena kuda-kuda yang tidak tepat dan penglihatan yang buram di malam hari pukulan itu meleset tepat di sebelah pinggang milik Devan. Devan langsung mengapitnya dan mengerahkan tenaganya ke atas lalu ia memegang tangan itu dan menarik badanya ke udara lalu memutar balik hingga membantingnya telak ke tanah. Teriakan mengaduh tentu saja terdengar dari orang itu. Dua tersisa, kali ini mereka hampir saja mundur, tapi tetap saja mereka memilih untuk maju.

Salah satu dari mereka meninju kepala Devan dengan lemah, tentu saja Devan dapat menghindar. Dan tanpa aba-aba, Devan memegang kepala oarang itu lalu menghantamkannnya ke kepala miliknya, darah mengalir dari kedua orang itu. Tidak sampai di situ, Devan memukul perutnya dengan tenaga yang sangat kuat, hingga orang itu terpental ke belakang dan terjatuh. Satu tersisa, ia bahkan ingin lari, tetapi sebelum itu Devan lebih dulu menangkapnya dan menjatuhkannya ke tanah ala film hollywod. Debu bertebaran dan cahaya yang berasal dari motor Devan menampakkan kesan sebuah pertunjukkan yang nyata.

Setelah perkelahian yang panjang itu, Devan berjalan masuk ke gudang itu dengan penampilan yang sangat memprihatikan. Darah mengucur dari dahi, mulut dan hidung milik Devan. Baju yang penuh dengan debu, celana yang sedikit robek di bagian lututnya. Memamerkan aura jantannya, Devan bergerak maju. Tetapi, saat ia masuk, semua tampak gelap, ia mencari saklar dari lampu gudang kecil ini, tentu saja tak membutuhkan waktu lama ia menemukaannya. Ia menyalakannya, dan betapa terkejutnya ia mendapati Nabila tepat di tengah gudang tersebut.

Devan mengira akan lebih banyak yang berjaga di dalam, ternyata tidak. Hanya ada dua orang pria yang berjaga. Tanpa pikir panjang, Devan memukul telak kepala dan leher salah seorang dari mereka, orang itu seketika tumbang. Dan yang tersisa Devan menghantamnya memakai siku ke arah belakang lehernya, itu adalah kelemahan manusia, tak butuh waktu lama ia pun tumbang. Dan kini yang tersisa adalah Devan dan Nabila yang masih tertidur di kursinya sambil diikat. Lisa? Tentu saja ia lari sejak awal Devan datang.

Devan menatap Nabila sesaat lalu ia membangunkannya dengan pelan. Mata sayup Nabila terbuka. Pertama yang dilihat Nabila tentu saja Devan, yang sedang melepaskan semua ikatan di tubuh Nabila. Setelah melepas semua itu, pelukan hangat jatuh ke tubuh Devan yang kedinginan. Nabila memeluknya erat dengan air mata yang berderai, Devan hanya membalas pelukan Nabila dan membiarkan Nabila menyelesaikan nyanyian alamnya. 

~•~

Setelah kebodohan yang Gani dan Farhan lakukan, ia akhirnya mendapatkan lokasi di mana Nabila di sekap. Tapi, betapa terkejutnya mereka mendapati di depan gudang itu sebuah motor yang menyorotkan cahaya ke orang-orang yang sedang merintih kesakitan. Dan beberapa saat setelahnya mereka sadar bahwa motor itu milik Devan. Mereka berdua pun berlari masuk. Betapa terpurukanya Farhan mendapati Devanlah yang lebih dulu menyelamatkan Nabila, bukan dirinya. Dan Devan lah yang sedang memeluk Nabila disana.







TBC
|
|
|
Gimana adegan actionnya? Kurang? Atau mau di tambah? :v

Yang jawab Devan di part sebelumnya siapa? Selamat kalian benar ^^

So ya, see ya:')

CLASSIC [Completed]Where stories live. Discover now