<24>

80 13 5
                                    

"Sejak kapan keparat kelas teri itu ada disini?" ucap Om Satya dengan kasar. Nabila dan Rara yang mendengarnya bahkan kaget.

"Pa. Jangan gitu. Bukan disini tempatnya, disini banyak anak-anak pah," timpal Helena.

Nabila yang ingin bertanya, langsung berhenti dan mengangkat telfonnya yang berdering. Nahal menelfonnya, ia menyuruh Nabila untuk pergi ke rumah sakit menggantikannya. Saat menutup telfon, Om Satya menatap Nabila.

"Siapa?" tanya Om Satya.

"Kak Nahal Om, kak Nahal nyuruh aku ke rumah sakit sekarang." Nabila berharap Om Satya yang mengantarnya, agar jika memang Om Satya ingin memarahi Devan terhenti. Tapi tidak, skenario hari ini tidak seperti itu.

"Maaf bil. Kamu pergi sendiri ya, Om Satya ada urusan," balasnya. Om Satya menatap tajam ke arah Devan. Helena hanya bisa pasrah.

"Oh. Gak papa kok Om, aku bisa naik ojek online kok. Ya sudah Nabila pergi dulu ya." Nabila menyalami Om Satya lalu keluar dari pintu. Nabila berniat untuk menguping sedikit apa yang Om Satya ingin bicarakan dengan Devan. Tapi baru saja Nabila keluar dari pintu rumah, ia mendapati Farhan yang sudah parkir dengan mantap di depan gerbang.

"Lo nyuruh jemput Bil? Baru aja jadian berani bat lu," timpal Rara dengan nada mengejek.

"Gak kok. Paan ih." Nabila sendiri merasa kaget ada Farhan di luar. Nabila hanya berpikir Farhan di suruh datang oleh kak Helena, mungkin saja.

Nabila memberanikan diri melangkahkan  kakinya ke Farhan. Dan meninggalkan Rara. Rara hanya pasrah dan tidak mengikuti Nabila. Setelah beberapa saat melihat Nabila dan Farhan berbincang sejenak, ia melihat Nabila naik ke motor milik Farhan. Itu membuatnya sedikit kaget. Melihat mereka pergi meninggalkannya ia berkata dengan pasrah-
"Jahat lo Bil, ish!" Dengan berat ia pulang ke rumahnya.

~•~

Setelah Nabila dan Rara keluar, Helena langsung mengintip dari jendela dan menunggu Nabila dan Rara pergi, walau saat melihat Farhan dan Nabila berboncengan membuat Helena sedikit kaget. Tapi ya sudahlah, Helena lebih mementingkan Om Satya dan Devan sekarang.

"Pa Please. Demi Lena, jangan ya pa. Itu kan masa lalu pa. Ini juga Panti pa, banyak anak-anak. Please ya pa!" Helena memohon sekuat tenaga agar Om Satya menyudahinya dengan damai.

Dan benar saja, Om Satya menengkan dirinya dan duduk. Lalu menyuruh Devan Duduk, setidaknya itu lebih baik di benak Helena. Tapi tetap saja, adu mulut pasti tidak akan terelakkan.

"Sejak kapan kamu ada disini?" tanya Om Satya dengan nada tajam namun sedikit rendah.

"Kemarin Om," jawabnya. Devan hanya bisa menunduk. Ia benar-benar tidak berani menatap Om Satya.

"Kamu benar-benar sudah meninggalkan kelompok baji-"

"Pa. Please, Don't," mohon Helena.

"Huf.... Devan kamu sudah tidak bergabubg sama kelompok itu lagi kan?" tanya Om Satya.

"Iya Om," jawab Devan.

"Kenapa kamu kesini?"

"Ini sudah lewat satu tahun Om, dan hukuman saya sudah lewat. Saya hanya mau kembali dengan keluarga saya. Disini adalah rumah saya." Devan tetap bicara di nada normal.

"Kamu benar. Kalau begitu, jangan berbuat seperti satu tahun yang lalu. Dan jangan sampai Om melihat kamu dengan mereka lagi, atau kali itu juga tamat riwayatmu. Mengerti?" ancam Om Satya.

"Iya Om saya mengerti."

"Awas ya. Hukuman kamu seharusnya bukan setahun saja, harusnya lebih dari itu. Kalah bukan karena Sonita, kamu masih di balik jeruji hari ini," kata Om Satya mengintimidasi. "Len, papa pulang. Besok papa akan jenguk Bunda Sonita, sampaikan permintaan maaf papa ya?"

"Iya pa," jawab Helena.

Setelah itu Om Satya pulang. Helena dan Devan tetap di ruang tengah.
"Dev kamu tau kan hukuman penjara yang harusnya kamu dapatkan agar setimpal dengan kejahatan kamu?" tanya Helena.

"Iya tau kok," jawab Devan. Nada bicara Devan langsung terdengar santai. Helena tertawa kecil.

"Hahaha.... Aku benar. Kamu tadi bukannya takut sama papaku, tapi kamu tidak ingin diadukan ke Bunda Sonita. Dasar kamu, emang penikmat tantangan. Sudah sana kalau mau makan, aku tadi habis masak." Helena meninggalkan Devan di ruang tengah sendirian.

"Jeruji besi ya? Hahaha..... Gue kangen tuh ama tempat itu. Tapi mungkin gue bakalan kesana lagi sih, sampai mereka semua mati. Gue akan berhenti."




TBC
|
|
|
Ngeri ya? Devan tuh siapa sih?? Pyshco or a murder? Hayo komen.

Jangan lupa Vote.

So ya, see ya💛

CLASSIC [Completed]Där berättelser lever. Upptäck nu