<56>

47 6 7
                                    

"Terus?" tanya Farhan datar. Raya sedikit menunduk.

"Mmm..." guman Raya bingung ingin mengatakan apa.

"Ya udah, kalo lo suka sama gue. Yang penting kan lo udah ungkapin. Just it? Gue ada urusan." Raya mendongak melihat Farhan yang mengambil ancang-ancang untuk meninggalkannya. Raya menahan tangan Farhan.

"Masa kamu mau ninggalin aku sendiri sih," ucap Raya menatap Farhan memohon. Farhan melepas tangannya pelan.

"Terus mau lo apa?" tanya Farhan ketus.

"Kamu kok gitu sih. Ya jawab dong."

"Emang tadi lo nanya?" Farhan menaikkan sebelah alisnya menatap Raya.

"Ya enggak, tapi-"

"Gue gak suka sama lo. Dah ya, gue sibuk." Farhan melangkahkan kakinya. Dan sekali lagi, ia ditahan oleh Raya yang juga sudah ikut berdiri di belakang Farhan.

"Ini gegara Nabila ya?" Farhan berbalik dan menatap Raya.

"Apa hubungannya sama Nabila?"

"Terus kenapa?!" ucap Raya sedikit menaikkan nada bicaranya. Matanya pun sudah tampak berkaca-kaca.

"Ya, lo gak jelas sumpah. Masa gue mau maksain suka sama lo? Gak mungkin lah. Camkan satu hal, gue baikin lo gegara lo temannya Nabila, kalo bukan, malas gue deketin cewek yang kayak lo. Bye!" Farhan mantap meninggalkan Raya yang sudah berlinang air mata.

Raya benar-benar sakit hati menerima penolakan dari Farhan.

"Jadi ini gegara Nabila? Huh...hiks," ketus Raya.

~•~

Keesokan harinya.

Nabila tengah sibuk bereksperimen di dapur  sejak tadi pagi. Entah Nabila dapat wahyu darimana ia ingin mencoba untuk membuat kue. Nabila di dapur adalah hal yang langka.

"Eh kecebong! Awas aja lo bakar rumah gegara lo masuk dapur yak," goda Devan tertawa kecil di belakang Nabila yang sedang menatapnya kelalapan dengan masakannya sendiri.

Nabila yang mendengar guraun Devan tidak tinggal diam. Ia langsung mengambil secuil adonan padat lalu melemparkannya ke Devan. Devan yang mendapat serangan tiba-tiba tidak bisa mengantasipisi, dan hasilnya baju yang ia kenakan menjadi kotor dikarenakan Nabila.

Nabila tertawa terbahak-bahak melihat ekspresi Devan yang kesal. Tidak tinggal diam, Devan bangkit dari duduknya dan mendatangi Nabila lalu membalas perbuatan Nabila. Mereka berdua berisik di dapur. Dapur dipenuhi suara tawa mereka.

Setelah beberapa lama, kue yang dibuat Nabila jadi. Ia menghidangkannya di meja makan-yang tidak ada seorangpun. Hanya Devan yang sangat tidak sabar mencoba kue buatan Nabila.

Nabila meletakkan celemeknya dan mengusap dahinya, tangan yang dipenuhi tepung itu membuat dahi Nabila kotor. Devan tertawa melihat wajah Nabila yang sangat kotor itu. Devan berinisiatif mengelapkan wajah Nabila.

"Lo tuh yak. Cuci tangan dulu kek. Asal megang muka aja," ucap Devan seraya mengelap wajah Nabila.

"Iya iya ah bawel!" Nabila hanya pasrah dan berdiam selagi Devan mengelap wajahnya.

CLASSIC [Completed]Onde as histórias ganham vida. Descobre agora