<44>

71 13 8
                                    

Kehidupan sekolah hari itu tetap berjalan seperti seharusnya, normal-normal saja. Tapi, berbeda bagi Rara yang merasa kesepian. Farhan yang tidak fokus dari pagi hingga pulang dari sekolah. Gani yang tidak bisa menahan emosi pada orang yang menculik Nabila, ia belum tahu bahwa Lisa lah yang menculik Nabila semalam. Dan Lisa yang merasa tenang-tenang saja selama di sekolah, padahal harusnya ia mengkhawatirkan sesuatu.

Setelah Devan berbicara dengan Naufal tadi pagi, ia tidak langsung pergi dari lingkungan sekolah itu. Bahkan, ia masih ada sampai jam pulang sekolah berbunyi. Sejak pagi tadi, ia menunggu di warung depan sekolah, yang dulunya selalu ia gunakan sebagai tempat nongkrongnya. Ia menunggu seseorang. 

Devan memperhatikan siapapun yang keluar dari pekarangan sekolah. Setelah beberapa saat ia melihat Gani.

"Oi! Gani!" Gani menoleh, mencari asal suara itu, lalu ia mendapati Devan. Gani hanya memasang wajah datar dan berjalan mendekati Devan.

"Why?" tanya Gani malas.

"Temenin gue nongkrong." Tanpa membalas perkataan Devan, Gani berjalan meninggalkan Devan. Namun, baru selangkah ia dihentikan oleh Devan.

"Gue bilang temenin gue," tekan Devan. Tanpa merubah raut wajahnya, Gani hanya menurut. Ia duduk di sebelah Devan, di atas kursi panjang kayu yang umumnya ada di warung-warung. "Ada pertunjukkan yang bakalan gue tunjukin ke lo. Lo harus nonton," lanjut Devan. Gani tidak ingin berkomentar, ia hanya menunggu apa yang sebenarnya ingin ditunjukkan oleh Devan.

Beberapa saat kemudian Devan memanggil seorang gadis yang baru saja keluar dari pekarangan sekolah bersama beberapa temannya yang sangat ribut.

"Lisa Brytani!" Lisa yang terpanggil langsung menoleh. Raut wajah Lisa yang semulanya ceria langsung berubah suram saat melihat Devan, terlebih Gani yang duduk di sebelahnya. Dengan langkah yang berat Lisa menghampiri kedua lelaki yang menatapnya dingin. Teman-teman Lisa pergi meninggalkannya, kampret emang.

Lisa melangkahkan kakinya dengan berat ke arah Devean dan Gani yang sudah menunggunya. Setibanya Lisa di sana, ia hanya berdiri dengan mata yang mengarah kemana-mana. Dan raut wajahnya tampak angkuh. Lisa juga menyilangkan kedua tangan miliknya di depan dada.

Devan berdiri tepat di depan Lisa. Lisa mulai merasakan degupan jantungnya berpacu lebih cepat. Gani yang masih duduk di belakang hanya melihat apa yang ingin dilakukan oleh Devan. Namun, tangan Devan mengarah ke pipi milik Lisa, Gani langsung berdiri dan menangkis tamparan dari Devan yang ingin ditujukan kepada Lisa. Devan langsung menatap Gani sinis.

"Kalo lo mau nunjukin ini jangan ngajak gue lagi," ucap Gani. Ia berbalik dan segera meninggalkan Devan.

"Yang nyulik Nabila kemaren tuh si lonte ini!" teriak Devan, seketika langkah Gani terhenti dan berbalik kembali ke tempat ia semula.

"Bener kan apa yang gue bilang?" tanya Devan kasar ke Lisa dengan tajam.

Lisa hanya diam terus menerus. Bahkan matanya terlihat berkac-kaca karena dibentak oleh Devan.

"Jawab gak!" Devan menyentil kepala milik Lisa.

"Gue bilang jangan main ka-"

"Diem lo!" bentak Devan memotong perkataan Gani.

"Kalo lo gak mau jawab, gue bakalan ungkapin siapa lo sebenarnya ke kak Nahal." Lisa langsung mendongak melihat Devan yang sudah bersiap dengan ponselnya. Lisa langsung menghentikannya.

"Kak Please. Jangan kasih tahu. Aku beneran minta maaf kak. Please," isak Lisa. "Aku masih mau sekolah kak," lanjutnya.

Devan langsung berhenti mengotak-atik ponselnya.

"Kalo gitu, jelasin kenapa lo nyulik Nabila." Gani juga tampak penasaran dengan alasan Lisa yang menculik Nabila.

Lisa terpaksa memberitahukan alasan yang sebenarnya. Gani yang geram akhirnya turun tangan, ia hampir  saja menampar Lisa, namun di hentikan oleh Devan.

"Gue gak mau lo ngerusak rekor lo," ucap Devan, lalu ia menampar Lisa dengan kasar. Bahkan, air mata Lisa semakin deras membasahi pipinya setelah di tampar, pipinya bahkan sangat merah.

Gani maju mendekati Lisa.
"Gue gak mau lihat muka lo lagi. Bitch!" Gani dan Devan meninggalkan Lisa yang berantakan dengan air mata yang membasahi pipinya.

"Gani maafin gue!" teriak Lisa memohon.

"Gue tahu asli lo njing. Dan panggil gue kakak, gue senior lo!" ucap Gani dengan nada datar tanpa melihat Lisa yang berteriak di belakangnya.

Devan dan Gani pergi ke suatu tempat untuk membicaarakan sesuatu.







TBC
|
|
|
Unch...Lisa kena tampar:')

Vote woi!!

So ya, see ya:>

CLASSIC [Completed]Where stories live. Discover now