<38>

67 12 32
                                    

Nabila keluar dari café itu dengan mata yang berkaca-kaca. "Cowok bangsat. Peka dikit kek. Gue cewek njing. Pacar lo juga nyet. Dengan mudahnya-lo ngomong kek gitu. Brengsek lo emang!"

Semua emosi Nabila ia luapkan. Ia tak menyangka, bahwa alasannya akan se-absurd dan se-random itu. Alasan yang menggelikan. Nabila bahkan ingin menangis, tapi apa hak dia. Bahkan ia tidak tahu, apakah sebenarnya ia suka pada Farhan atau kah ia juga tidak menyukainya.

Entahlah. Kali ini, Nabila merasa perjalanannya sangat berat untuk kembali ke rumahnya. Ia sangat malas untuk kembali. Tetapi, karena emosi yang berkecamuk pasti kamar adalah teman terbaik. Nabila pun memantapkan diri untuk pulang.

Setelah menempuh perjalanan yang sangat berat untuknya, Nabila pun sampai di panti. Ia melirik jam tangannya. Jarum jam menunjukkan pukul 10. Yang berarti ia di luar, kurang lebih 3 jam. Ia menggaruk kepalanya kasar, membuat rambutnya terlihat berantakan. Ia masih kesal atas kejadian tadi.

Ia berlari kecil menuju kamarnya dengan langkah yang kasar. Ia mendobrak pintunya. Membuat Rara yang sedang mengeringkan rambutnya kaget dan menjatuhkan hairdryer yang ia pegang

"ANJRITTT!!!" Rara mengelus dada. "Lo kenapa dah Bil?" Rara mengambil pengering rambut yang terjatuh ke lantai dan mengambil ancang-ancang untuk melanjutkan aktivitasnya.

"KELUAR LO!" teriak Nabila. Rara yang tidak mengerti apa-apa hanya memasang wajah datar melihat Nabila. Lalu, ia berdiri dan mendekati Nabila.

"Lo-abis-nangis Bil?" tanya Rara mengintimidasi.

"GUE BILANG KELUAR SAT!" pekiknya sekali lagi, dan kali ini berhasil membuat Rara naik pitam.

"Gue keluar njir. Lo kenapa dah." Sesaat setelah Rara keluar, Nabila membanting pintu kamarnya. Rara yang masih berdiri tepat di depan pintu sekali lagi harus merasakan kaget.

Nabila melempar tasnya, dan mengikat rambutnya. Ia menaikkan lengan bajunya yang panjang, lalu membuka celana panjangnya, kini ia hanya memakai celana pendek santai. Lalu ia memulai kebiasaanya saat ia sedang sangat marah bercampur sedih.

"Untung aja tuh anak kalau lagi marah banget dampaknya positif. Emang langka tuh anak." Rara menuruni tangga dan memilih berkumpul bersama yang lain di bawah.

"Nabila kenapa Ra?" tanya Helena, yang di sampingnya berdiri Nahal.

"Biasa anak muda. Kak pinjam hairdryer dong," ucap Rara.

"Ke kamar aja."

"Thanks." Rara melangkahkan kakinya menuju kamar Helena.

"Kayak dia gak muda aja, dasar emang nenek-nenek," timpal Nahal. Helena hanya tertawa kecil.

~•~

Nabila menggeser lemarinya yang semula dekat dengan pintu kamarnya, kini ia pindahkan ke dekat pintu kamar mandinya. Lemari itu cukup berat, tapi yah. Itu tidak cukup berat untuk emosi yang sedang meluap dari Nabila.

Yap. Kebiasaan Nabila saat sedang kesal atau marah, ia membersihkan kamarnya. Lebih tepatnya membedah kamarnya sendiri. Ia memindahkan ini dan itu untuk bisa mendapatkan gambaran baru atas kamarnya. Kebiasaan Nabila sangat jelas, maka dari itu, setiap kali ia kesal, pasti ketahuan.

Nabila membersihkan segala penjuru kamarnya. Setelah berjam-jam membersihkan, amarahnya mulai meredup dan ia baru merasakan semua kelelahan akibat kerjaannya. Ia segera mencari air minum. Setelah benar-benar selesai, ia pun membaringkan tubuhnya. Ini memang sudah waktunya untuk ia tidur siang.

Sedangkan di ruang makan Nabila terus menerus dicari oleh Bunda. Dengan santainya Rara mengganti posisi Nabila di meja makan, dan ikut makan bersama.

"Gak usah khawatir Bun. Kalo Nabila lagi kesal tuh, enak. Karena dia bukannya ngancurin barang malah perbaikin barang. Emang gak normal tuh anak Bun." Semua penghuni meja makan hanya bisa tertawa.

"Bisa aja kamu Ra," ucap Bunda Sonita. Setelah pembicaraan singkat, mereka memulai makan siang tanpa Nabila. Mereka masih tenang-tenang saja. Tapi, tanpa mereka sadari badai sedang mendekat ke panti.

TBC
|
|
|
Tenang sebelum badai:/

Double up yuhuuu! Karena itu partnya pendek ya:)

So ya, see ya💛

Yang akan menjadi sorotan dipart selanjutnya

Pen tau dia siapa? Aku kasih tahu dipart selanjutnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pen tau dia siapa? Aku kasih tahu dipart selanjutnya.

Plot twist: maybe she will make you all mad

CLASSIC [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang