<35>

76 11 9
                                    

Perjalanan yang hampir memakan waktu 1 jam itu, terpaksa dirasakan oleh Nabila dengan perasaan dan emosi yang bercampur aduk, akibat sahabatnya yang sejak tadi bertanya terus menerus ke Farhan. Entah Nabila cemburu atau apa, ia hanya tak suka. Terlebih lagi, Farhan sedang mengemudi harusnya ia duduk anteng di kursinya saja.

Rara yang sejak awal perjalanan memperhatikan guratan-guratan di wajah Nabila yang membentuk wajah kecewa terus memperhatikannya disepanjang perjalanan. Bahkan, terkadang Rara cengingisan sendiri melihat rasa cemburu yang membakar jiwa sahabatnya itu.

Tetapi, di sisi lain Rara juga sedikit kesal dengan Raya, atas tingkah lakunya terhadap Farhan sepanjang perjalanan. Mulutnya bahkan sangat gatal ingin menegurnya, bahwa pacar Farhan ada di belakang, yang lain tak bukan adalah sahabatnya sendiri, Nabila.

Ya, itu juga adalah kesalahan mereka berdua-Rara dan Nabila. Harusnya sejak awal mereka memberitahu Raya bahwa Nabila dan Farhan telah memiliki hubungan, karena alasan dan lain hal mereka tidak sempat memberi tahu.

Sejujurnya adalah Raya telah menyukai Farhan sejak lama, tetapi ia tak mau terlalu akrab dengannya. Karena ia tahu, waktunya di dunia ini tidak lama lagi. Tetapi, setelah Raya merenungkannya cukup lama, ia berpikir apa salahnya mendapatkan Farhan sebelum ia pergi.

Raya tidak memberi tahu perasaanya pada Farhan kepada sahabatnya-atau ia sudah memiliki niat, tetapi mencari waktu untuk menceritakannya. Raya juga tidak tahu hubungan Nabila dan Farhan. Tapi, jika pun Raya tahu, apakah dia akan berhenti mengharapkan Farhan atau tetap mengejarnya? Itu terserah pada Raya sendiri.

Karena itu, sejak tadi, dari awal perjalanan Raya terus mencari tahu tentang Farhan dengan bertanya pada orangnya secara langsung. Seakan, Raya tak peduli kalau Farhan sedang membawa nyawanya-jika saja terjadi sesuatu saat ia mengemudi hanya karena asik mengobrol, entah itu salah siapa.

~•~

Setelah perjalanan yang penuh lika-liku yang membuat semua penumpang lelah, akhirnya mereka sampai. Pertama kali mereka menginjakkan kaki di pasir putih pantai, dan angin sepoi langsung menyambar mereka, seakan lelah langsung hilang seketika.

Anak-anak langsung berlarian melepas alas kaki mereka menuju ke pantai, baru saja mereka mau main mengejar ombak, Bunda Sonita meneriaki mereka.

"Hei! Kalian sudah pakai sunblock?" teriak Bunda Sonita.

Serentak mereka menjawab, "Yes Mam."

Yang lain hanya menatap menggelengkan kepala melihat kelakuan anak-anak kecil dari pantai.

"Udah lama ya guys gak liburan ke pantai?" ucap Rara, lalu merangkul kedua sahabatnya yang sudah berdiri disampingnya sejak tadi.

"Iya ya," balas Raya menimpali. "Kalo gak salah, terakhir tuh pas kita baru aja naik kelas." Nabila dan Rara menatap Raya lekat. Mereka mengingat kejadian sedih itu.

Sedih? Ya, karena saat itu, pertama kalinya Rara dan Nabila tahu bahwa penyakit Raya sudah semakin parah, dan sudah susah untuk di sembuhkan. Hampir saja mereka bertiga menangis karena mengingatnya, tetapi salah seorang lelaki memanggil mereka dari kejauhan yang tampak sudah bermain di air laut dengan anak-anak lainnya.

"Woi! Sini! Ngelamun kesambet kuntilanak pantai lo," teriak Azlan melawak.

"Apa sih njir, mana ada kuntilanak pantai," jawab Nabila menimpali. Lalu mereka bertiga berjalan menuju arah pantai tanpa memakai alas kaki.

"Ada nih!" Selembar kain putih melayang di depan mereka.

Serentak mereka bertiga mundur dan berteriak melengking bersama. Setelah menyadari, itu hanyalah kain biasa, mereka mencari pelaku yang melemparkannya. Dan itu adalah Farhan. Raya tersenyum tipis melihat guratan kebahagian di raut wajah Farhan. Sedangkan Nabila dan Rara malah mengejarnya dan berusaha menjatuhkan Farhan untuk sujud di pasir putih pantai tersebut.

Mereka bersenang-senang cukup lama, tapi tidak dengan Nabila. Setiap kali ia ingin bermain bersama Farhan, Raya pasti selalu datang untuk mengganggu mereka. Dan Nabila mundur, lalu ia pergi ke Rara untuk bersenang-senang. Dengan raut wajah kecewa ia berusaha tersenyum.

Farhan dari sejak tadi memperhatikan Nabila. Terkadang ia mengangkat ujung bibirnya dan membentuk senyum yang tidak jelas. Tetapi, terkadang ia juga kesal. Tapi ya, kembali ke tujuan utama Farhan, mengapa ia menjadi pacar Nabila. Ia tak memiliki hak, untuk meminta sesuatu dari Nabila.

~•~

Setelah sang surya sudah di puncak, dan semua orang memilih untuk beristirahat. Mereka semua minum air kelapa muda yang segar. Dan barulah saat ini, Raya pergi ke sahabatnya untuk bergabung. Saat, Raya datang Nabila berusaha menutupi rasa kesalnya, dan bertekad ingin memberitahu Raya tentang hubungannya dengan Farhan.

Baru saja Raya duduk. Rara lebih dulu menegurnya.

"Lo kenapa dah Ya, dari tadi nempel mulu ama Farhan," ucap Rara. "Kik linti iji li," sambungnya mengubah huruf vokal menjadi i.

"Apaansih, aku suka ama dia," beo Raya dengan gampangnya.

Seketika Rara dan Nabila saat itu membelalak, terlebih Nabila yang sangat terkejut.

TBC
|
|
|
Momogi:"

Voment!!?

So ya, see ya✨

CLASSIC [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang