<51>

49 10 12
                                    

Hari ini sudah sedekah belum?
Kalo belum vote yuk sebelum baca biar gak lupa:) Sekalian sedekah.

Kalau ada typo atau kesalah komen ya:)

Happy Reading my lovely readers
~♥~~♥~~♥~~♥~~♥~~♥~~♥~~♥~~♥~~♥~~♥~

Nabila, Rara, dan Raya berjalan menyusuri lorong yang lengang menuju kantin dipagi hari yang indah ini. Di kantin, mereka hanya berbicara tentang bagaimana hari mereka saat Nabila tidak ada. Nabila hanya menanggapi dengan tawa. Nabila mulai kembali menjadi dirinya kembali. Saat mereka sibuk mengobrol, Lisa mendekat ke Nabila dengan kepala yang terntunduk. Sontak Nabila yang melihat Lisa, berdiri dan melayangkan tamparannya. Tak sadar, Nabila menitihkan air mata, mengingat betapa takutnya ia berada di tengah kegelapan, yang tak lain adalah phobianya.

"Nabila," kata Rara khawatir. Ia memegang pundak Nabila, namun Nabila menipisnya. Nabila hanya menatap Lisa dengan amarah. Pagi itu, Lisa menjadi tontonan para siswa di kantin. Untung saat itu pagi, hanya beberapa anak yang melihatnya.

"M-m-maafin gue," sesal Lisa. Nabila tak menanggapi, ia berbalik membelakangi Lisa. Lisa yang merasa tidak digubris oleh Nabila, berlari keluar kantin.

Di pintu kantin, terlihat Gani yang bersender ke dinding sambil melipat kedua tangannya di depan dada. Lisa menghampiri Gani.
"Jadi cewek tuh tau malu dong!" Gani meninggalkan Lisa yang berderai air mata. Lisa lari meninggalkan semuanya dan pergi ke toilet untuk menangis.

"Bil, kamu gak apa-apa? Ke kelas aja yuk!" ajak Raya yang iba melihat sahabatnya menangis. Rara dan Raya sangat jelas melihat tangan Nabila bergetar begitu kencang. Phobia itu menyerang Nabila kembali.

Tanpa izin dari Nabila, Rara dan Raya membawa Nabila ke UKS. Di UKS mereka membaringkan Nabila. Nabila yang merasa lebih nyaman, perlahan kembali pulih dan bernafas dengan teratur. Nabila duduk sambil memijat pelan pelipisnya. Rara mengambil segelas air minum dan memberikannya ke Nabila. Nabila mengambilnya dan meneguknya hingga tandas tak tersisa.

"Kalo lo belum bisa ke kelas, mending disini aja Bil. Jangan maksain diri lo," pinta Rara. Nabila mendongak dan menatap Rara sejenak. Lalu, ia berdiri dan berjalan meninggalkan Rara dan Raya.

"Gue gak papa. Ke kelas yuk, jam Pak Bowo udah mau mulai," ucap Nabila sembari terus berjalan. Rara hanya menhela nafas dan bangkit mengejar Nabila. Begitupun dengan Raya.

Tidak berselang lama, setelah Nabila dan sahabatnya sampai di kelas, bel masuk berbunyi. Nabila berjalan ke arah bangkunya yang tepat di belakang Farhan. Sejak masuk hingga Nabila berjalan ke bangkunya, Farhan tak melepas matanya dari cewek imut yang matanya sembab itu. Lain hal dengan Nabila yang berusaha untuk tidak berkontak mata dengan Farhan.

Jam pelajaran Pak Bowo di mulai, ia hanya menjelaskan partikel-partikel penyusun atom. Membosankan. Semua anak hanya menatap Pak Bowo dengan tangan menopang dagu. Pak Bowo adalah guru yang menjelaskan dengan nada bicara yang sangat datar. Jika pertama kali mendengar Pak Bowo menjelaskan, kalian pasti tertawa. Namun, bagi kelas ini, pelajaran Pak Bowo benar-benar membosankan.

Bel istirahat berbunyi dan mengharuskan Pak Bowo menghentikan pelajarannya. Siswa-siswi berhambur meninggalkan kelas dan berjalan menuju kantin. Rara dan Raya ingin ke perpustakaan untuk mengerjakan tugas Bu Widya, yang setelah istirahat adalah kelasnya. Tapi, Nabila tidak ingin ke perpustakaan, ia pun tidak ikut dengan kedua sahabatnya. Rara dan Raya meninggalkan Nabila.

"Tugas lo udah selesai?" tanya suara berat khas itu di depan Nabila. Nabila yang semula menunduk membaca sebuah novel, mendongak dan menatap Farhan. Nabila terkejut karena mata mereka bertemu. Nabila langsung membuang tatapannya dan menggeleng pelan.

CLASSIC [Completed]Where stories live. Discover now