<32>

75 14 13
                                    

Nabila dan Farhan tengah menikmati pizza mereka. Bunda Sonita juga ikut bergabung, tapi hanya sebentar, ia memilih untuk keluar dan menyapa beberap suster, katanya.

Nabila yang tadinya sedikit merajuk saat diberitahu bahwa Farhan datang, ia langsung berubah sikap saat tahu bahwa Farhan membawa sekotak pizza ukuran besar. Pizza adalah makanan favorit Nabila.

Mereka berdua hanya menikmati pizza tersebut dalam diam. Nabila sama sekali tak berkomentar dan Farhan yang sebenarnya merasa sangat bersalah karena kejadian semalam. Ia hanya teringat perkataan Devan, apakah ia benar-benar pantas menjaga dan melindungi Nabila dari Gani?

Pertanyaan tersebut terus berputar di kepala miliknya, hingga ia mengeluarkan pertanyaan konyol kepada Nabila semalam.

~•~

Mereka berdua telah selesai memakan pizza, dan Bunda Sonita telah kembali. Tadi benar-benar sangat hening saat Farhan dan Nabila sedang asik makan pizza.

"Gimana? Udah selesai?" tanya Bunda Sonita yang baru saja masuk ke kamar.

"Iya bun," singkat Nabila. "Thanks ya Han," lanjutnya.

"Iya. Maafin gue juga ya." Nabila hanya berdeham. Bunda Sonita yang tidak tahu apa-apa hanya menjauh.

Tidak lama setelah mereka menengkan perut mereka yang kekenyangan, Nahal datang bersama Helena. Mereka datang untuk menjemput Bunda Sonita.

"Eh ada Farhan," ungkap Helena saat masuk langsung tertuju ke arah Farhan. Farhan hanya menatap Helena sebentar lalu membuang tatapannya.

"Sudah siap Bun?" tanya Nahal.

"Iya ini sudah selesai semua, untung Nabila yang semalam nginep. Coba kamu, udah gak bakalan bantu apa-apa," ejek Bunda Sonita halus. Nahal dan Nabila yang mendengarnya hanya bersembunyi malu.

"Halah...palingan Nabila bangunnya kesiangan. Pas pagi gak bantu apa-apa kan? Jujur Bun," ucap Nahal menatap Nabila mengejek. Nabila yang mengerti arti tatapan itu menjulurkan lidahnya balas mengejek Nahal.

"Hahaha...jangan terlalu jujur Han, ada pacarnya tuh." Nahal dan Helena yang mendengar itu sontak terkejut tak percaya, sedangkan yang menjadi tersangka membuang muka.

"Widih...pamali langka in kakak kamu Bil," ejek Nahal.

"Idih...kakak aja tuh yang gak peka. Padahal udah ada yang nyata dan setia, gak nyadar-nyadar. Jomblo aja sana terus," ungkap Nabila mengejek dan mengarahkan tuduhannya kepada Helena. Pipi Helena memerah atas pernyataan Nabila, begitupun Nahal yang salah tingkah.

"Eh...dari tadi ngomong terus, ayo pulang." Helena sudah lebih dulu memegangi Bunda Sonita dan keluar dari kamar, ia menghindari topik yang sepertinya akan berat baginya.

"Bunda sudah setuju loh Hal," teriak Bunda Sonita pelan yang sudah menjauhi kamar berbarengan dengan Helena.

"Apasih Bun." Nahal pun mengejar mereka dengan menenteng beberapa barang. Nabila dan Farhan juga mengekor di belakang.

~•~

Sesampainya mereka di panti, Bunda Sonita disambut oleh semua anak panti. Walaupun tidak sepenuhnya lengkap Bunda Sonita sudah sangat bahagia. Dari pertama kali ia datang ia sudah sangat bahagia dan senyum terus menerus.

Penyambutannya tidak begitu lama, hanya sesaat dan semuanya kembali pada kegiatan masing-masing. Bunda Sonita masuk keruang tengah dan duduk disitu. Saat Nabila baru saja ingin duduk mengikuti yang lain, Farhan lebih dulu menahannya.

"Gue mau balik," ucapnya. "Saya pamit dulu," lanjutnya. Bunda Sonita dan lainnya tidak menimpali, mereka hanya mengiyakan dan mempersilahkan Farhan untuk pulang. Nabila yang melihat itu sedikit kecewa.

Saat Farhan sudah jauh dan tidak terjangkau oleh penglihatan lagi, Nabila berbicara.

"Kok gitu sih," ucapnya. Yang ada pada ruangan itu hanya bingung dengan Nabila yang tiba-tiba menggerutu tanpa sebab. Nabila tak ingin terlihat lebih konyol lagi, ia pun memilih untuk kembali ke kamarnya. Dan yang tersisa di ruangan hanyalah Nahal, Helana, dan Bunda Sonita.

Bunda Sonita yang baru saja ingin mengatakan sesuatu lebih dulu dipotong oleh Helena.

"Ini sudah mau makan siang, aku ke dapur dulu ya." Helena pergi tanpa dipersilahkan. Ia mengira Bunda Sonita akan membawa topik yang ia tak ingin dengar.

Sekali lagi, saat Bunda Sonita ingin berbicara, ia lebih dulu dipotong oleh Nahal.

"Bun, mending istirahat aja. Aku mau pergi dulu, tiba-tiba ada rapat guru." Nahal pergi setelah mengatakan itu. Bunda Sonita hanya mengelus dada.

"Dasar anak durhaka semua," gerutu Bunda Sonita lalu ia melangkahkan kakinya menuju kamar miliknya. "Pas makan siang aja deh aku bicarakan sama anak-anak," lanjutnya.

TBC
|
|
|
Hayo hayo

Q lgi absurd guys. Jadi ya...

Voment!!

So ya, see ya✨

CLASSIC [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang