The Masquerade Prince | Chapter 5 - They Must Be Safe First

12.7K 687 1
                                    

Happy reading!

------------------------
PLAYLIST: Lover ‐- Taylor Swift ft. Shawn Mendes.

------------------------------

Setelah memastikan keadaan El Retiro Park seperti semula, Dextier memutuskan pulang ke mansion. Sebelumnya, ia sengaja menggunakan waktu beberapa saat untuk menenangkan diri. Hal itu Dextier lakukan untuk menghindari pelampiasan emosi di lain tempat atau yang lebih parah menggunakan keluarganya sebagai pelampiasan. Sungguh, ia akan sangat merasa bersalah jika sampai melibatkan keluarga dalam kekacauan--yang entah siapa pemicunya.

Pria pemilik--hampir keseluruhan--wajah rusak itu mengendarai mobil dengan kecepatan sedang. Raut wajahnya belum juga lebih rileks sejak tadi. Pun dengan iris mata birunya yang masih berkilat tajam. Hampir memakan satu jam Dextier berkendara. Kini mobil putih berplat nomor khusus keluarga Jefenerich itu mulai memasuki pelataran mansion. Begitu mobil berhenti di dekat air mancur depan mansion, salah seorang bodyguad datang menghampiri untuk mengambil alih tugas memarkir mobil.

Segera setelah memasuki pintu utama, Dextier berniat menuju kamar membersihkan diri. Namun, langkahnya harus berhenti ketika suara terdengar dingin dari ujung tangga bawah menginterupsi.

"Dex."

Dextier sempat mematung, tapi tak urung memaksa tubuhnya berbalik. "Ya, Mom?" Ia sempat meneguk ludah susah payah saat mendapati raut datar sang ibu. Semoga saja Andrian dan Andreana benar-benar menepati ucapannya.

"Mom ingin berbicara denganmu," ujar Karlen belum melembutkan raut datarnya.

Dextier mengangguk kaku. "Oke. Nanti aku akan menyusul Mom setelah—"

"Sekarang, Dex." Karlen memotong cepat. "Mom tunggu sekarang di ruang keluarga." Wanita berambut hitam lurus itu berlalu tanpa menunggu jawaban anaknya.

Selepas kepergian Karlen, Dextier mengacak rambutnya kasar. Embusan napas berat turut terdengar bersamaan pria itu menuruni undakan tangga. Apa Andrian sudah menceritakan semuanya? Dalam hati ia bertanya-tanya, sebelum mengumpat memikirkan kemungkinan Andrian atau Andreana sudah melanggar ucapannya saat di taman tadi.

"Duduklah."

Suara Karlen yang pertama kali terdengar begitu Dextier menginjakkan kaki di ruang keluarga. Pria itu segera mendudukan diri di depan kedua orang tuanya seperti titah Karlen. Dari sudut mata, Dextier mendapati Renald yang ikut menatapnya saat ini. Berbeda dengan Karlen, Renald justru menampilkan raut biasa. Namun, Dextier yakin jika di balik raut biasanya, pria paruh baya itu menyembunyikan berbagai hal yang nantinya dapat ia ketahui jika sosok Karlen sudah pergi. Beberapa saat saling terdiam, Karlen berdehem pelan sebelum memulai pembicaraan.

"Sebenarnya, apa yang terjadi saat kalian bertiga pergi ke luar tadi?" Karlen. Wanita itu duduk dengan menumpuk kakinya dan melipat tangan di depan dada.

Dexter mendongak kemudian merubah raut wajah seolah tak terjadi hal yang berarti. "Hanya ulah seseorang yang mencoba memancing singa tidur. But, it's okay, Mom. Orang-orangku sudah membereskan kekacauan. Lagipula, tidak ada yang sampai terluka karena kejadian tadi."

Tidak sepenuhnya berbohong, bukan? Bukankah benar jika memang terdapat seseorang yang mencoba mengusik ketenangannya? Lagipula, Dextier rasa Karlen tidak perlu mengetahui lebih banyak soal kejadian tadi. Kini, sebisa mungkin Dextier mencoba tidak gentar dengan tatapan memicing Karlen. Dan semoga saja hal tersebut berhasil mengkelabui kecurigaan Karlen terhadapnya.

The Masquerade PRINCE [COMPLETED]Where stories live. Discover now