The Masquerade PRINCE | Chapter 8 - Fake Help

11.1K 653 5
                                    

Holaa... selamat pagi.

Happy new year 2020 semua. Meski terlambat gapapa lah ya. Hehe🥳🥳
Ngga terasa banget kita udah melewati satu lagi tahun panjang. Semoga harapan-harapan kita di tahun ini dapat tercapai. Amin.

Dan semoga juga daerah-daerah yang terkena dampak banjir, keadaannya segera pulih serta senantiasa diberi kesehatan ya. Amin.

Selamat membaca. Enjoy!

-------------------------------------
Playlist : The Chainsmokers, Illenium - Takeaway ft. Lennon Stella

----------------------------------------

Dingin. Sunyi. Perpaduan serasi mengisi keadaan dalam Lamborghini Eventador hitam yang melesat dengan kecepatan normal membelah jalanan sepi kota Madrid malam ini. Dextier. Pemilik mobil berplat nomor khusus Jefenerich itu serius menatap jalanan di hadapannya. Keadaan terasa semakin menggigit tulang ketika mata birunya terlihat berkilat. Dahi pria itu berkerut, seolah sedang memikirkan tanggungan besar dunia. Berbeda dengan gadis di sampingnya yang tak cukup nyali menginterupsi dan memilih bergerak semakin merapatkan tubuh pada pintu di sisinya.

Masih segar dalam ingatan, seberapa kejam penerus Jefenerich satu ini memperlakukan dirinya seolah ia memang sampah tak berguna. Gadis itu mati-matian menahan tubuhnya yang gemetar agar tidak semakin menjadi. Ia meruntuki dirinya yang tidak menolak ketika Dextier mengajaknya pergi dari tempat terkutuk tadi. Seharusnya ia mempertahankan argumen untuk tetap pergi seorang diri. Bagaimana jika pria itu membawanya ke tempat lebih terkutuk, seperti tempat penjualan manusia misalnya? Atau jangan-jangan pria itu hanya akan menjadikannya budak setelah sampai di mansion nanti?

Tanpa sadar gadis itu menggeleng pelan. Menarik nafas panjang, gadis berambut coklat bergelombang itu memejamkan mata mencoba meredam rasa takut. Ketika matanya kembali terbuka, ia tersentak sehingga tanpa sadar semakin mengeratkan pegangan pada sabuk pengaman.

"Kita sampai," ujar Dextier seraya melepas sabuk pengaman. Pria itu tanpa menoleh bergerak ke luar dan kembali menutup pintu tanpa menunggu pergerakan gadis yang saat ini bersamanya.

Gadis itu bergeming. Mengamati bangunan besar bercat putih gading di depannya. Bangunan di hadapannya itu berdiri megah dengan arsitektur modern, lengkap dengan pilar-pilar besar nan kokoh-yang ia pastikan tangannya tidak akan sampai memeluk salah satu pilar di sana. Gemercik air terdengar dari air mancur yang berada di tengah pelataran mansion. Satu hal yang membuatnya semakin yakin jika Dextier bukan orang biasa saja adalah keberadaan pengawal berseragam hitam yang berpencar di titik-titik tertentu-padahal tanpa melihat jam pun ia tahu jika saat ini sudah lewat tengah malam. Sibuk mengamati keadaan di luar, ia tidak menyadari jika Dextier sudah memutar arah kembali berjalan ke arah mobilnya terparkir. Gadis itu kembali terperajat saat pintu di sampingnya tiba-tiba dibuka. Di sisinya, Dextier sudah berdiri menjulang dengan tatapan mata menyorot ke arahnya.

"Kau tidak berniat tidur di dalam mobilku, bukan?" kata Dextier pelan tanpa meninggalkan nada sinis dan raut sedatar jalanan beraspal.

Meneguk ludah susah payah, gadis itu menggeleng berulang kali, kemudian cepat-cepat bergerak ke luar. Ia tahu, Dextier bukan orang baik yang akan dengan mudah sabar pada semua orang, dan ia juga tidak ingin kejadian di kantor beberapa hari lalu terulang kembali. Jadi, bertindak antisipasi sebelum pria arogan itu mengeluarkan perkataan pedasnya adalah pilihan terbaik. Beberapa saat, pria itu sempat menyerahkan remot kepada seorang laki-laki--yang entah kapan sudah berdiri di dekat mobil-sebelum melanjutkan langkah menjejaki tangga mansion. Tertatih-tatih ia mengikuti langkah panjang Dextier. Gadis itu terus meruntuki kebodohannya yang terus-menerus melamun sehingga tidak menyadari keadaan. Parahnya, kapan mobil yang ia tumpangi memasuki area mansion saja ia tidak tahu.

The Masquerade PRINCE [COMPLETED]Where stories live. Discover now