The Masquerade PRINCE | Chapter 22 - Tears

9.1K 572 6
                                    

Update!

Lebih cepat beberapa menit dari pengumuman update di wall ternyata. Hoho....

Jangan lupa kasih 🌟 yang banyak ya!

Happy reading!

_______________________
Playlist : Mean it — Lauv ft. Lany

_______________________

Dextier's Penthouse, Madrid—Spain. 04. 00. P. M

Selepas kepergian Alex berikut tawa pecah mengiringi kepergian pria itu, Dextier tak henti berdecak dan mendengkus kesal. Tujuan awal ingin tidur, seketika terlupakan begitu saja. Sedangkan yang menjadi sumber ketidaksukaannya sudah menghilang dan entah berada di mana saat ini. Kesal, Dextier membanting tubuh dan melingkupi dirinya dengan selimut sampai menutup kepala.

Dextier tidak membenci keberadaan Anna. Tidak sama sekali. Tapi, arghhh ... entahlah! Bukankah ia pernah mengatakan apabila ia tak suka orang lain mengetahui kondisinya yang sedang lemah? Padahal, di lain kesempatan, Dextier mati-matian mempertahankan sikap sekalipun dalam keadaan tak mengenakkan.

Just see, Dextier will reply to what damn Alex has done!

Sebuah langkah kaki tiba-tiba terdengar mendekat. Sepersekian detik, suara tersebut terdengar sangat dekat dengan ranjang. Tanpa menurunkan selimut pun, Dextier tahu bahwa Anna kini sudah berdiri di sisi ranjang. Tidak berselang lama, ia merasakan tubuhnya sedikit diguncang. Berdecak, Dextier terpaksa menurunkan selimut sedikit.

"Apa?" tanyanya ketus.

Anna mengulas senyum hangat. Kemudian mengangsurkan nampan yang di atasnya terdapat semangkuk bubur, air putih, termometer, dan obat. Pria tersebut mendengkus—entah sudah ke berapa kalinya—meruntuki Anna yang selalu sabar dan justru bertindak menerima segala sikap Dextier. Entah terbuat dari apa hati gadis itu.

Helaan napas berat mengiringi pergerakan Dextier bersandar di kepala ranjang. "Ke marikan." Kemudian Anna mendekatkan nampan tepat di depan wajah Dextier. Mangkuk lantas berpindah tangan pada pria itu.

Namun, sebelum makan, Anna kembali merecoki Dextier. Gadis itu menarik tangan kiri Dextier dan meletakkan termometer di atas telapak tangan. Mengerti maksudnya, pria itu lantas memasang termometer di lekukan ketiak tanpa membantah. Kemudian mulai menyendok bubur dengan gerakan malas. Beberapa menit berlalu, seperempat mangkuk bubur berhasil ditelan Dextier, bersamaan dengan terdengar suara 'bib' dari termometer. Laki-laki bermata biru itu memberikan mangkuk sekaligus benda kecil tersebut kepada Anna.

Dari sudut mata, Dextier menangkap raut terkejut Anna. Namun, ia tidak memerdulikan. Pria itu justru kembali merebahkan tubuh tanpa meminum air bahkan obat yang telah disediakan. Baru saja ia hendak memejamkan mata, Anna menarik paksa tangan Dextier dan memaksa pria itu untuk kembali duduk. Belum sempat Dextier memaki, gadis setia berdiri di sisi ranjang ini sudah memaksanya menerima gelas air putih berikut obat.

"Aku tidak mau meminumnya," geram Dextier, mengembalikan gelas.

Anna menggeleng kuat-kuat dan semakin mendesak gelas agar pria di depannya itu mau menerima. Ketika Dextier sudah bersiap melemparkan kata-kata tajam, Anna lebih dulu mengeluarkan benda dari saku. Dan betapa terkejutnya ia, saat Anna mengeluarkan ponsel dan bersiap mengirim pesan berisi kalimat aduan kepada Karlen. Catat, Karlen ibunya! Dari mana gadis itu mendapatkan nomor ibunya?

The Masquerade PRINCE [COMPLETED]Where stories live. Discover now