The Masquerade PRINCE | Chapter 23 - Before It's Too Late

9.2K 576 9
                                    

Update!

Note: part ini mengandung banyak sekali narasi dibanding dialog. Dan mungkin akan membuat pembaca jadi eneg dan jenuh. So, maafkan aku ya yang telah membuat part ini jadi membosankan. 😅

Pelan-pelan aja bacanya, oke 👌

Enjoy!

Happy reading!

_________________________
Playlist: Dua Lipa-Break My Heart

____________________________

Dextier's penthouse, Madrid—Spain. 11. 00 P. M

Helaan napas lelah ke luar dari bibir merah muda gadis itu. Peluh membanjiri pelipis—meski sudah berulang kali diusap, pun dengan penampilannya yang sudah acak-acakkan. Beberapa helai rambut mencuat dari ikatan. Walau begitu, senyum puas tak terelakkan terbit di wajah Anna. Hampir empat jam lamanya, ia membersihkan seluruh bagian penthouse ini. Dan Anna baru menyadari betapa mewahnya unit dua lantai milik Dextier ini—well, orang kaya memang selalu menginginkan kualitas paling tinggi, bukan?

Penthouse Dextier terdiri dari dapur berikut ruang makan yang menjadi satu, kamar mandi di dekat dapur, bar mini, ruang tamu, serta mini swimming pool yang berada di luar—menghadap langsung pemandangan kota Madrid. Semua berada di lantai satu, kecuali ruang kerja, kamar, dan perpustakaan yang berada di lantai dua. Dan satu hal yang membuat Anna tercengang adalah kamar yang tersedia di sini hanya satu dan merupakan kamar utama yang ditempati Dextier! Ya Lord.

Sedemikian privatnya penthouse ini?

Anna sampai tak habis pikir dengan pemikiran majikannya itu. Sekarang yang menjadi pertanyaan adalah di mana ia nanti akan tidur? Apa mungkin ia kembali ke mansion di saat waktu hampir menunjukkan tengah malam seperti ini? Lagipula, siapa yang akan mengantarnya pulang jika memang Dextier mengusirnya nanti?

Hah ... entahlah. Memikirkan hal tersebut membuat lelah Anna bertambah berkali-kali lipat. Gadis itu memilih duduk di lantai dan menyandar konter dapur setelah mengambil segelas air putih, ketimbang duduk di kursi. Dengan begitu, ia dapat meluruskan kaki sekaligus bersandar menikmati kesunyian yang menyapa. Rasa-rasanya tubuh Anna seperti usai bekerja sebagai buruh lepas: pegal, kebas, hampir mendekati mati rasa saking lelahnya. Hingga tanpa disadari, mata Anna perlahan tertutup. Jiwanya langsung melayang ke alam mimpi tanpa dapat dikendalikan.

Beberapa saat kemudian, langkah kaki perlahan mendekat. Jika saja saat ini pria itu sedang membawa cangkir, maka sudah pasti akan jatuh dan pecah di lantai saking terkejutnya. Kaki pria itu bahkan—hampir saja—menginjak kaki Anna yang terjulur di lantai, menghalangi langkahnya hendak mengambil air di lemari pendingin.

"Ck. Selalu saja mengagetkan sekaligus menyusahkan," keluhnya memutar mata kesal.

Demamnya memang sudah turun, namun kepala Dextier masih sedikit berdenyut bahkan pandangannya sesekali mengabur saat ia berjalan. Ketika berulang kali memanggil Anna untuk meminta diambilkan minum tapi tak kunjung mendapat respon, pria itu memutuskan turun dan mengambil sendiri. Akan tetapi, yang ia dapati kini justru pelayannya itu sedang tertidur sangat nyenyak.

Aku bosnya, bukan? Jadi, membangunkan pelayanku sendiri bukan suatu kesalahan, 'kan?

Namun, yang terjadi justru sebaliknya. Hati dan logika Dextier justru saling berperang. Terlebih melihat wajah Anna kini terlihat begitu lelah. Mungkin, Dextier terbiasa merasa lelah—bahkan lebih lelah dari bekerja sebagi pelayan—tapi ... dari rasa lelah tersebut ia pasti mendapat uang tak tanggung-tanggung jumlahnya. Sedangkan Anna? Bukankah ia sendiri yang memberi kesepakatan jika gadis itu tidak akan mendapat sepeser gaji? Karena sepenuhnya, gaji Anna akan digunakan sebagai ganti rugi guci yang pernah dirusakkan tempo lalu.

The Masquerade PRINCE [COMPLETED]Where stories live. Discover now