The Masquerade PRINCE | Chapter 19 - Sensitive Thing

9.3K 607 13
                                    

Double up!

Jangan lupa kasih bintang ya!

Happy reading!

_____________________
Playlist : Used To Love — Martin Garrix ft. Dean Lewis.

_____________________

Renald's Mansion, Madrid‐-Spain. 11.00. P. M

"Andrian." Yang merasa dipanggil mengalihkan pandangan dari layar datar di hadapannya. Ketika mendapati sang kakak berjalan ke arahnya dan terlihat seperti akan mengatakan sesuatu, Andrian meraih remote dan mengecilkan volume televisi.

"Apa?"

Dextier tampak menghela napas saat melihat ke arah lantai dua. "Mommy belum ke luar juga dari kamar. Aku harus pulang sekarang. Sampaikan salam saja padanya. Katakan padanya, akhir pekan ini kuusahakan datang berkunjung lagi." Ia berjalan mendekati sofa tempat Andrian duduk. "Aku pulang dulu. Jangan lupa sampaikan pesanku. Kau juga sebaiknya segera pergi tidur, Boy. Anak kecil tidak boleh tidur larut malam."

Diacaknya surai hitam kecokelatan lelaki kecil itu. Sedangkan Andrian mendengkus mendapati rambutnya tak lagi rapi. Selalu seperti ini. Andrian sebenarnya benci saat semua orang masih menganggapnya bocah. Padahal usianya sudah sepuluh tahun. Dan ia pikir, usia tersebut sudah dapat dikatakan cukup besar. Terbukti dari kebiasaanya yang tak lagi meminum susu formula.

"Ya sudah, sana ... pergilah. Pintu utama berada di sebelah sana." Tunjuknya mengarah ke pintu utama berada.

Dextier justru terkekeh melihat Andrian kesal diperlakukannya seperti itu. Ia tahu betul, dan memang sengaja memperlakukannya seperti itu untuk memancing kekesalan adik ke duanya tersebut.

"Dasar manusia munafik. Tidak sadar umur sekali," ejek Dextier tersenyum miring.

"Segera pergi dari hadapanku!"

Bantal sofa melayang hampir mengenai wajah menyeramkan Dextier, jika saja ia tidak cepat menghindar. "Calm down, Dude. Pria sejati tidak bertingkah kekanak-kanakan."

"Dan pria sejati tidak pernah bersikap menjengkalkan sepertimu!" seru Andrian menghunuskan tatapan mematikan ke arah Dextier. "Pulanglah. Aku muak melihat wajah buruk rupamu."

Raut Dextier seketika berubah datar. Sorot matanya kembali seperti saat menatap orang asing--tajam nan menakutkan. Batinnya merasa tersentil seketika. Dan tampaknya Andrian tidak sadar telah membangunkan harimau tidur.

Setengah menggeram, Dextier berkata, "Jadilah manusia yang baik: tidak menyinggung privasi orang lain, dan yang paling utama, jangan memandang seseorang dari rupa semata. Asal kau tahu, apa yang kau lihat, tidak selamanya sama. Dan apa yang kau dengar dan anggap benar, belum tentu itu hal yang dibenarkan dan sesuai kenyataan."

Pria itu kemudian menghela napas ketika Andrian berubah menatapnya takut-takut. Jangan salahkan sisi sensitif Dextier, salahkan saja mulut Andrian yang lancang mengatakan hal vital tersebut. Dextier yang awalnya dalam suasana hati baik, seketika terpancing emosi. Jika tidak ingat dengan siapa ia berhadapan, mungkin bogem mentah sudah mendarat di wajah ketakutan Andrian saat ini juga.

"Dex---"

"Sudahlah ... aku harus pulang. Bilang juga pada Andreana aku pulang dulu."

Tidak membuang waktu lagi, Dextier berbalik dan berjalan ke luar melalui pintu utama. Di dekat air mancur, seorang pria berseragam hitam sudah berdiri di sisi mobil yang semula ia kendarai saat menuju ke mansion Renald. Begitu Dextier sampai di sisi kemudi, pria tersebut mengangsurkan romote control Lamborghini metaliknya tanpa berbicara apapun dan hanya menunduk hormat lalu menyingkir. Dextier tak acuh dan langsung membuka pintu dan duduk di balik setir.

The Masquerade PRINCE [COMPLETED]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora