[REVISI] After all happened

451K 27K 6.1K
                                    

****

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

****

Reygan memasuki rumahnya, sambil menggeret koper hitam miliknya, yang dia ambil diam-diam dari apartemen Fannesa.

Untungnya, perempuan ular itu tidak ada!

Reygan memasuki rumahnya, rumah yang lama dia tinggalkan.

Reygan melihat Papa yang baru saja turun dari kamarnya, "Gan?"

Reygan tersenyum, dan bersalaman dengan Papa nya.

Papa tersenyum tipis, "Gimana kabar kamu?"

Reygan mengangguk. "Pa, Reygan minta maaf. Reygan tau Reygan salah,"

Papa menepuk pundak Reygan sambil tersenyum tipis. "Nggak ada orang yang nggak pernah buat salah Reygan, kamu harus bertanggungjawab, memperbaiki semuanya,"

Reygan mengangguk. "Iya Pa, Mama dimana Pa?"

"Mama dikamar lagi tidur, agak nggak enak badan. Kalau mau bicara, nanti saja. Kamu istirahat dulu di kamar kamu ya,"

Reygan mengangguk. "Iya Pa,"

Dengan langkah gontai, Reygan menaiki kamarnya, dan membuka pintu kamar.

Susunan ranjang, lemari pakaian, masih sama. Membuat Reygan tersenyum.

Reygan merebahkan dirinya, di ranjang. Menatap langit-langit kamar.

Dia teringat saat Reygan menikah, malam yang seharusnya menjadi malam pertama dengan Jennie.

Reygan malah tidur dengan Fannesa.

Saat Jennie memergokinya berciuman dengan Fannesa, dan Jennie menjambak Fannesa.

Reygan malah menampar Jennie dengan sangat kuat.

Saat Jennie sakit, dan butuh teman di rumah sakit.

Reygan malah menginap di tempat Fannesa.

Saat Reygan mabuk, karena break dari Fannesa.

Reygan menjadikan Jennie sebagai pelampiasan, dan memaksa gadis itu untuk tidur dengannya. 

Saat Jennie bilang dia hamil, Reygan dengan teganya tidak mengakui dan menyuruh Jennie untuk menggugurkan kandungannya.

Dan, kini anaknya telah pergi.

Membuat Reygan menyesal.

"Maafin aku Jen," katanya dalam hati.

****

Jennie terbangun dari tidurnya, ini pukul 03;37 setelah dia bermimpi seorang anak kecil yang menangis.

Jennie mengusap air matanya, lalu mengelus perutnya. Air matanya mengalir,  Jennie sudah sangat menyayangi anaknya, berharap anaknya lahir, tapi ternyata takdir tidak ada yang tahu.

Hi, Captain! [COMPLETED]Where stories live. Discover now