[REVISI] Daily Routine

404K 26.2K 2.9K
                                    

Happy reading🌺

*****
Pukul 21;00

Mereka baru sampai dirumah, Jennie meletakkan tas di meja rias, dan melepas  jam tangan hitam miliknya.

Jennie terdiam memikirkan semua yang dilakukan Reygan memang cukup membuktikan bahwa Reygan memang ingin berubah.

Tapi, Jennie belum bisa memberi hati seutuhnya untuk Reygan, mengingat tujuh tahun kisah cinta Reygan dengan Fannesa membuat Jennie ragu, biasanya kisah cinta  bertahun-tahun kan sulit dilupakan, banyak kenangannya.

Reygan dan Fannesa apalagi tujuh tahun.

Membuat Jennie ragu untuk percaya padanya.

Jennie tersentak ketika ada yang memegang pundaknya.

"Kok ngelamun? Mikirin apa?"

Reygan tersenyum manis, membuat Jennie terpana dan menatap Reygan. "Nggak kok,"

Rambut hitam sepinggang milik Jennie menjuntai indah, ketika Jennie membuka ikatan rambutnya.

Wangi bunga.

Reygan terpana dengan indahnya rambut itu, dan wanginya yang membuat Reygan tersenyum.

"Gue mau mandi,"

Reygan mengangguk. "Iya, pake air hangat ya? Jangan yang dingin, nanti masuk angin."

Sejak kapan sih, Reygan jadi se perhatian ini?

Tanpa mengatakan apapun, Jennie mengambil handuk dan ke kamar mandi.

Reygan tersenyum, walaupun Jennie masih terlihat enggan berdekatan dengannya.

Tapi, Reygan akan mengusahakan apapun untuk membuat Jennie percaya bahwa Reygan memang mencintainya.

Entah bagaimana balasannya, Reygan berusaha menerima walaupun kedepannya usahanya ini sia-sia ketika Jennie memilih laki-laki lain.

Tapi, semoga saja Jennie memilih Reygan.

Semoga saja.

Reygan yang sedang merapikan posisi bantal untuk tidur Jennie, membalikkan badannya ketika pintu kamar mandi kamar mereka terbuka.

Jennie keluar dan duduk di meja rias, mengoleskan krim yang Reygan tidak mengerti.

Reygan memisahkan bantal dan selimut untuknya, dan meletakkannya di sofa.

Jennie yang melihat itu dari pantulan cermin, terdiam. Kasihan juga ya, kalau setiap hari tidur di sofa.

Jennie berdiri, menatap Reygan. "Emm, lo tidur disitu?"

Reygan mengangguk sambil tersenyum.

"Bareng aja,"

Mata Reygan bersinar, tidak percaya apa yang Jennie katakan tadi. "Kamu serius? Kalo nggak nyaman nggak apa-apa, aku biar disini."

Jennie menarik nafasnya. "Bareng aja nggak apa-apa,"

Reygan dengan cepat mengambil bantal dan selimut yang tadi sempat dia letakkan di sofa.

Jennie sendiri sebenarnya merasa canggung, dan agak takut juga.

Jennie hanya diam, ketika melihat Reygan meletakkan bantal di ranjang.

"Kamu beneran? Aku disana aja deh, kalo kamu nggak nyaman,"

Jennie menggeleng. "Bareng aja, sakit tidur disitu."

Reygan tersenyum, Mamanya benar, Jennie perempuan yang baik, berhati lembut dan bersifat keibuan.

Reygan seharusnya beruntung memiliki Jennie, tapi yang Reygan lakukan dulu membuat Reygan meringis malu.

Hi, Captain! [COMPLETED]Where stories live. Discover now