[REVISI] Yay/Nay

283K 18.9K 2.8K
                                    

*****

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

*****

Note : Aku ngetik ini bolak-balik, hapus ketik lagi, hapus ketik lagi. Mikir juga biar kalian nggak bosen bacanya. Nggak jenuh. Jadi, lama update nggak papa kan?😭

Belum lagi, aku punya kesibukan, tapi sebenernya disela-sela kesibukan juga, muter otak buat cerita ini:")

*****

Jangan lupa vote ya, sebagai bentuk apresiasi kalian hehe. Ini udah 2600 kata lho. Gimana udah tekan? Oke, happy reading💙

****

Jennie menghembuskan nafasnya pelan, beban pikirannya sedang berat akhir-akhir ini, beberapa kali revisi skripsi miliknya, dan sikap Reygan yang tidak henti-hentinya mencurigai dirinya. Bukannya, tidak ingin bercerita, tapi untuk mengingat kejadian itu saja, dia takut setengah mati. Apalagi saat lima belas sebelum dia berangkat kerja pagi tadi, Reygan memperingatinya. "Awas ya, kalo kamu ada main sama dia dibelakang aku. Aku bakal bikin dia nggak selamat."

Astaga.

Jennie mengusap kasar wajahnya. Lalu melirik jam dinding, Reygan sudah berangkat kerja, dan selama tiga hari dia akan sendirian dirumah, tanpa siapapun menemani. Dan, akhir-akhir ini badannya seperti kurang fit, dan pusing mungkin karena beberapa masalah yang dia alami.

Jennie membuka kulkas dan melihat bahan makanan, tapi aneh sekali selera makannya hilang entah kemana. Tapi, nggak mungkin juga kalau tidak makan. Akhirnya, dari sekian banyak bahan makanan, pilihannya jatuh pada mie instan, dan telor.

Sambil menunggu rebusan air, pikiran Jennie menerawang pada kejadian beberapa hari lalu, dimana Reygan memukuli Tama dengan begitu beringas, dan apalagi kalau Reygan tau apa yang sudah Tama lakukan. Bisa-bisa Reygan bunuh Tama beneran.

"Kok gue bisa nggak tau Reygan segalak itu ya?"
Setelah lama membuat mie, dia membawanya ke kamar, sambil mengetik revisi skripsi miliknya. Jennie melirik ponselnya yang bergetar, ternyata panggilan dari Reygan. Padahal, baru sekitar dua jam mereka berpisah.

"Halo Mas?"

Reygan disana duduk di kursi, sambil memegang mug coklat hangat. "Halo sayang. Lagi ngapain?"

"Ngerjain skripsi. Kamu?"

Reygan menyesap coklat hangatnya. "Duduk aja, bosen nggak ada kamu."

Jennie terkekeh, rasanya ingin memeluk Reygan sekarang juga, tidak ingin berjauhan seperti ini. Bahkan, untuk pertama kali Jennie menangis, karena Reygan harus pergi. Biasanya dia tidak se melankolis ini. "Aku juga kangen."

Hi, Captain! [COMPLETED]Where stories live. Discover now