[REVISI] A Chance

431K 27.1K 4.2K
                                    

Jangan lupa tinggalkan jejak. Okey?

****
Semuanya diam, tidak ada yang bersuara, karena bisa merasakan bahwa Jennie sudah mulai emosi.

Reygan menatap sendu Jennie, perempuan itu berubah terhadapnya.

Eric berdeham, "Maaf menyela, tapi menurut Eric sama Anya. Reygan berhak untuk mendapatkan kesempatan kedua. Eric sama Anya bisa melihat kalo Reygan benar-benar menyesal. Percaya atau nggak, tiap malam dirumah sakit, Reygan selalu masuk ke ruangan Jennie, menangis disana. Eric sama Anya bisa melihat, kalo dia benar-benar menyesal."

Jennie menatap Eric. "Kak Eric bisa bilang gitu, karena memang Kak Eric ngelihat penyesalan dia. Tapi, kalo kakak jadi aku, yang tiap hari selalu salah dimata dia, bahkan dia nuduh-nuduh Jennie untuk sesuatu yang nggak Jennie buat. Bahkan dia tidurin Jennie dengan nyebut nama perempuan lain. Gimana bisa Jennie nggak sakit hati? Dan akhirnya anak itu ada, dan dengan gampangnya dia suruh gugurin."

Reygan menghela nafasnya. "Harus gimana Jen, biar kamu maafin aku?"

"Mungkin kalo anak gue masih ada, mungkin juga gue bisa maafin lo. Tapi, semua penyesalan lo nggak akan merubah apapun. Anak gue nggak akan kembali."

Reygan menunduk.

Risa mengelus tangan Jennie, merasakan anaknya, sudah emosi dan sangat marah.

"Gue mau tegas sama pilihan gue sendiri, gue capek ngikutin maunya orang terus tanpa mikirin diri gue sendiri. Gue juga mau laki-laki yang bener-bener sayang sama gue, cinta sama gue, dan bahagia sama gue. Dan itu, bukan lo."

Jennie bangkit berdiri. Meninggalkan ruang tamu, dia benar-benar sudah membenci laki-laki itu!

Jennie masuk ke kamarnya, menangis disana, menumpahkan segala keluh kesah, Jennie bukan tipikal orang yang pintar menyembunyikan perasaan. Ketika dia tidak suka, dengan terang-terangan dia akan mengatakannya.

Jennie mendongak ketika melihat Anya masuk ke dalam kamar. "Yang tadi dibawah bukan Jennie yang gue kenal ya?"

Jennie terdiam.

"Jen, maafin dulu aja. Nggak baik tau, kalo terus-terusan kaya gini. Maafin dulu aja, tapi lo boleh berpikir untuk kembali sama Reygan. Kalo lo marah, dendam, benci sama dia, toh anak lo nggak akan kembali kan Jen?"

Jennie mendongak, "Tapi kalo bukan karena Reygan dorong Jennie, pasti anak itu masih ada. Dia ada Kak," katanya terisak.

Anya mengelus kepala Jennie, "Ada kalanya Jen, yang hilang akan diganti. Dari semua kejadian, lo ambil hikmahnya. Pasti ada hikmahnya kan?"

Jennie terdiam.

"Kakak keluar dulu ya, jangan terpuruk terus, anak lo udah tenang disana, lo harus bangkit dan fokus sama apa yang ada di samping lo sekarang. Maafin aja dulu, kalo masalah lo mempertahankan atau mengakhiri pernikahan ini. Liat seberapa Reygan berjuang buat lo,"

Jennie menatap Anya yang keluar dari kamarnya. Kata-katanya, entah kenapa sangat pas.

Toh, dia marah pun percuma kan? Jadi apa harus dimaafkan?

Tiba-tiba kata-kata Anya kembali terngiang. 

Mau mengakhiri atau mempertahankan pernikahan ini. Liat seberapa Reygan berjuang buat lo.

Hi, Captain! [COMPLETED]Where stories live. Discover now