[REVISI] U hurt Me

291K 16.8K 4.6K
                                    

Siap? Let's go!

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Siap? Let's go!

*****

Jennie terkulai lemas di anak tangga, dengan ponsel yang tertempel di telinganya. "Ma---iya aku nggak papa kok."

"Kamu lemes gitu, kerumah Kak Anya aja. Mama khawatir nih disini."

Jennie mengusap air matanya yang menggenang di sudut matanya." Nggak usah Ma, hari ini mau ke kampus. Kak Anya juga lagi hamil, nggak boleh capek."

Terdengar, Risa berdecak disana. "Kerumah Mama Sera aja deh kalo gitu. Mau ya?"

"Enggak usah Mama, aku baik-baik aja, udah ya, aku mau ke kampus. Bye Ma."

Jennie memijat pelipisnya, kepalanya pusing sekali, sebenernya kalau bukan karena kemarin membolos bimbingan, pasti dia sudah dirumah sekarang. Jennie mengelus perutnya, lalu tersenyum.

Kakinya melangkah, hari ini tanpa make-up, hanya bedak tabur dan liptint saja, tanpa mascara kesukaannya. Rambutnya pun, hanya ia cepol dengan jedai berwarna hitam.

"Hai. Buset, kenapa lo?"

Ardan duduk sambil menyerahkan minuman bersoda ke arahnya. "Mau nggak? Ditawarin malah diem."

Jennie menggeleng, mengingat ada makhluk kecil didalam perutnya yang harus dia jaga. "Nggak."

Ardan mengernyitkan dahinya. "Tumben, biasanya suka balapan sama gue minum ini. Insaf lo?"

Jennie terkekeh. "Nggak mau ah."

Keduanya diam, dengan Ardan yang beberapa kali menegak minuman bersoda itu. Dan, Jennie yang membaca beberapa buku referensi untuk skripsinya.

"Jen, gue kesana dulu ya, mau ketemu sama temen. Gue tinggal bentar. Oke?"

Jennie mengangguk. "Temen apa temen?"
katanya sambil tertawa.

"Temen lah, apaan sih lo."

Ardan bangkit dan berjalan ke arah seorang perempuan yang berambut panjang, sambil melambaikan tangan ke arah Ardan.

Keduanya terlihat menjauh, dan berjalan masuk ke gedung, sambil sesekali tertawa. Jennie sendiri merasa tidak keberatan, karena tidak baik rasanya menahan Ardan terlalu lama disisinya, sementara dia tidak bisa membalas perasaan laki-laki itu.

Jennie melirik ponselnya, kemarin dia sudah berbelanja makanan, susu dan vitamin untuk makhluk kecil di perutnya. Dan, hari ini dia sudah buat janji untuk mengecek kandungannya hari ini, tanpa ditemani siapapun.

Karena bagi Jennie, harus Reygan yang mengetahui kabar gembira ini, harus Reygan.

Jennie bangkit berdiri dan berjalan ke arah parkiran, dan mengemudikan mobilnya ke rumah sakit.

Jennie berbaring, sambil melihat ke arah USG yang memperlihatkan adanya makhluk kecil yang masih berbentuk seperti tanda koma di perutnya.

"Masih trimester pertama, masih suka mual, pusing, lemas, itu memang wajar untuk bumil muda. Nanti kedepannya, juga berkurang untuk mual dan pusing, paling hanya pegal-pegal dan berat badan yang bertambah."

Hi, Captain! [COMPLETED]Where stories live. Discover now