[REVISI] U Hurt Me^2

289K 17.2K 3.3K
                                    

******

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

******

Happy reading gais💙

*****

Jangan lupa tekan vote, supaya aku lebih semangat okey.

*****

Kaki Jennie menapaki apartemen Ardan, laki-laki yang dipercayanya. Jennie pergi dari rumah Reygan, tanpa membawa apapun, hanya baju lusuh dan celana panjang hitam yang dipakainya sehabis mandi tadi.

Sementara, Ardan duduk sambil meringis kecil. "Aww, sshh..sakit banget gila."

Jennie duduk disebelah Ardan. "Gue ke dapur, ambil air buat basuh luka lo. Mau?"

Ardan mengangguk pelan, sambil sesekali menyeka darah di hidungnya. "Gila kekuatan apa sih nih, hidung gue retak ini kayaknya."

Jennie kembali duduk dengan baskom, air hangat dan obat merah serta plester luka. "Sini mana, mukanya."

Ardan mengamati Jennie lamat-lamat, wajahnya, hidungnya, alis, dan... bibirnya. Entah, kenapa rasanya kasihan sekali melihat Jennie, harusnya Ardan senang kan kala Jennie bercerai dengan Reygan? Oke, ralat hampir bercerai.

Tapi, melihat Jennie serapuh ini, karena dilecehkan belum lagi karena cerai, membuat Ardan kasihan, dan malah ... tidak senang. Dia ingin, perempuan dihadapannya ini bahagia.

Walau, bukan dengannya.

"Gue minta maaf, gara-gara gue, lo kena terus. Dari bajingan itu, dari suami gue."

Ardan terkekeh. "Itu namanya laki-laki. Ya wajar lah, lagian laki lo dongo banget sih."

Jennie menatap Ardan penuh tanya.

"Dongo lah, harusnya dia tuh dengerin dulu penjelasan lo, bukan asal main bogem gue gini. Itu tuh, buktinya udah keburu berburuk sangka sama orang."

Jennie menunduk. "Iya lo bener, harusnya dia percaya gue, bukan malah gini. Bukan sekali dua kali, kita berantem. Tapi, ini fatal sampe dia bawa-bawa... cerai."

Ardan menghembuskan nafasnya. "Jen, lo tenang aja, yang namanya kebenaran bakal terungkap dengan cara apapun. Apapun Jen."

Jennie mengusap air matanya, namun sialnya air mata itu tetap turun, membasahi pipinya. "G--gue capek, kalo Reygan kaya gini terus, gue salah terus dimata dia. Dia berulangkali salah, terus minta maaf, tiba-tiba baik, tiba-tiba marah. Gue capek, gue beneran udah capek."

Ardan merangkul pundak Jennie. "Lo tenang aja, gue tetep disini, membantu lo melewati semua ini."

Jennie menangis, menutupi wajahnya dengan rambut yang kusut. "Kenapa sih asal marah aja, kenapa nggak ngomong, nanya, baik-baik gitu." katanya sambil terisak.

Hi, Captain! [COMPLETED]Where stories live. Discover now