Hi, Captain! : Last chapter

463K 20.5K 3.9K
                                    

Sebelum membaca chapter ini, tolong baca ini dulu ya hehe:

1. Karena ini chapter terakhir, berisi akhir dari semua tokoh cerita yang terlibat. Tolong, kasih tanggapan per paragraf boleh? Kasih pendapatnya hehe.

2. Cerita ini bakal ganti judul, jadi lebih simpel dan anti ribet. Judulnya; Hi, Captain!

3. Nanti, baca note lagi dibawah oke.

****

Jangan lupa vote. Happy reading💙

*****

Perempuan berambut sebahu duduk di kursi besi menunggu seseorang yang selama ini selalu ada didekatnya. Mendengarkan keluh kesahnya.

"Ada apa Nes?"

Fannesa tersenyum ke arah Tama yang duduk didepannya, tampak lebih kurus dan kumis tipis mulai muncul di wajahnya. "Aku masakin kamu capcay sama rendang. Masakan sini, nggak enak kan? Makanya aku bawain. Makan yuk."

Tama mengangguk, menatap lekat Fannesa yang menemaninya hingga tahun ke lima dia dipenjara karena kasus pemerkosaan dan pelecehan seksual yang dilakukannya dulu. "Ada cerita apa tentang hari ini Nes?"

Fannesa tersenyum. "Aku hari ini libur kerja, telponan sama adikku, terus masakin ini buat kamu. Terus kesini deh."

Tama mengangguk sambil menerima suapan makanan dari Fannesa. "Nes, mulai besok nggak usah kesini lagi ya?"

Gerakan Fannesa terhenti. Lalu menatap Tama lekat. "Kenapa? Apa aku ada salah?"

Laki-laki itu menggeleng cepat. "Bukan, bukan kamu yang salah. Tapi, aku. Masalahnya ada di aku."

Fannesa mengernyitkan dahinya. "Ya, ada apa? Bilang sama aku, kenapa tiba-tiba?"

Tama mengulum bibirnya. "Kamu pantas dapetin laki-laki yang lebih baik dari aku Nes. Jangan nunggu laki-laki nggak bermasa depan seperti aku."

Fannesa terdiam.

"Aku masih harus nunggu tujuh tahun lagi untuk bebas, jangan kaya gini Nes. Kamu cari laki-laki lain, selain aku. Tujuh tahun itu lama Nes. Tolong, cari laki-laki lain, yang selalu ada buat kamu. Ya, Nes?"

Fannesa mengalihkan pandangannya ketika air matanya turun. Tidakkah Tama bisa melihat keseriusannya selama ini? Lima tahun mereka bisa lewati. Jadi, lima tahun ini semuanya sia-sia?

Tama tersentak kala Fannesa meletakkan kotak makanan ke atas meja dengan keras.  "Kamu biarin aku sama yang lain?"

Tama terdiam. Rasanya sulit, menemukan perempuan yang menerimanya apa adanya, sebagai tahanan.

"Tam? Kamu rela aku sama yang lain? Usaha aku selama ini, sia-sia? Mau tujuh tahun, sepuluh tahun, aku tungguin Tama. Karena aku sayang sama kamu."

Tama tetap diam.

"Kamu nggak menghargai usaha aku selama ini. Kamu suruh aku pilih yang lain? Kamu pikir, bisa aku pindah ke lain hati gitu aja? Sementara, aku sayang sama kamu. Tama, please.."

Fannesa mengusap air matanya, lalu menunduk hatinya seperti diremas, dipermainkan seperti ini.

"Maaf, waktu berkunjung sudah habis."

Tama mendongak ketika Fannesa merapikan kembali kotak makannya air matanya mengalir begitu saja. "Aku pulang. Aku nggak akan kesini lagi."

Tama mencekal tangan Fannesa, lalu menoleh ke arah polisi yang menjaga lapas. "Maaf Pak, sebentar lagi."

Hi, Captain! [COMPLETED]Where stories live. Discover now