[REVISI] Keputusan^

278K 17.5K 1.9K
                                    

******

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

******


Reygan merenungi kesalahannya, bisa-bisanya dia melupakan Jennie hanya karena Fannesa. Mulai dari makan satu meja, bercerita banyak hal, sampai perempuan itu ingin ditemani untuk beli kado dan nonton kemarin.

Itu semua, Reygan lakukan hanya ajakan biasa, dan sebagai teman, dan Reygan juga merasa tidak ada Fannesa yang agresif seperti tempo lalu, dimana Fannesa berani menciumnya. Dan lagi, semua itu Reygan lakukan sebagai permintaan maaf atas tamparan yang Reygan berikan untuk Fannesa.

Berulangkali Reygan melirik pintu kamar, berdiri diatas ambang tangga, memperhatikan kamar mereka, sayup-sayup Reygan juga mendengar suara isak tangis. Astaga, keadaan Jennie juga tadi jauh dari baik-baik saja. Apa yang telah terjadi?

Keadaan Jennie tadi membuat Reygan mengutuk dirinya sendiri, dia kembali membuat kesalahan. Kalau Jennie saja bisa menjauhi laki-laki yang mendekatinya, seharusnya Reygan pun begitu, menjauhi semua perempuan yang mencoba mendekatinya, tidak perduli siapapun itu.

Reygan perlahan menaiki tangga, menempelkan telinganya di pintu, mencoba mendengarkan sesuatu dari dalam. Tidak terdengar apapun disana.

Reygan jadi teringat, Jennie pernah depresi ringan karena perbuatannya dulu, bagaimana kalau kejadian itu terulang?

Tok tok

Reygan mencoba, mengetuk pintu kamar mereka, panik sekali apalagi pintu kamar mereka dikunci.

Jennie mendongak ketika mendengar suara ketukan, matanya lelah menangis, memikirkan pelecehan yang baru saja dia alami, belum lagi ternyata Reygan masih berhubungan dengan Fannesa. Kebenaran yang tidak Jennie duga sama sekali, apakah Reygan akan kembali menjadi pria brengsek setelah mendapat kesempatan dari Jennie?

Jennie kembali melamun, bahkan kemejanya belum diganti, terlalu muak melihat dirinya yang sudah digerayangi oleh Tama. Entah, bagaimana lagi kedepannya, Jennie merasa kampus menajdi tempat yang mengerikan.

Tidak ada keinginan untuk bangkit dari sana, tidak ada keinginan untuk membuka pintu untuk Reygan, tidak perduli seberapa seringnya pria itu mengetuk, bahkan sampai jarinya putus sekalipun, Jennie belum ingin membukakan pintu.

Rasa sesak dalam dadanya membuat ulu hatinya nyeri, sekarang bolehkah dia menyesali perbuatannya untuk memberi Reygan kesempatan?

Reygan masih berdiri didepan pintu, mencoba mengetuk. "Yang, kamu baik-baik aja kan didalem? Kita bisa bicarain ini baik-baik."

Jennie berdecih, baik-baik katanya? Bahkan kemarin-kemarin Reygan sampai marah-marah hanya karena Tama, padahal mereka tidak ada bermain dibelakang Reygan.

Dan, ini Reygan ciuman dengan Fannesa di apartemen perempuan itu. Dibicarakan baik-baik katanya? Egois sekali.

Jennie berjalan ke arah meja rias, membuka kemejanya, air matanya turun ketika mengingat perlakuan Tama.
Dan, pergelangan tangannya yang memerah karena diikat dasi oleh pria itu, membuat pergerakan Jennie untuk melawan Tama semakin sulit.

Hi, Captain! [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang