Bab 12

1.3K 92 2
                                    

Kotak cincin yang berada di atas almari solek dipandang lalu diambil. Ditelek kotak itu dan isi di dalamnya. Cantik! Kena dengan selera dia. Pandai Nadien pilih cincin.

Bunyi deringan telefon pintar telah mengejutnya dari lamunan panjang. Dilihatnya nama Nadien tertera dan tanpa berlengah panggilan tersebut diangkat.

" Hello, Assalamu'alaikum. "

" Waalaikumsalam. Kau tengah buat apa? " Soal Nadien sesudah menjawab salam.

" Tak buat apa pun. Kenapa call? "

" Aku just nak remind yang esok kau kena bagi jawapan dekat aku. "

Dinara terdiam sebentar. Rambut yang terjuntai di dahi diraup ke belakang.

" Okay. Awak nak jumpa dekat mana? "

" Nanti aku hantar location. Aku tak boleh ambil kau sebab aku ada kelas esok. "

" Takpe. Saya pergi sendiri. "

" Okay. Jumpa esok. " Tut... Tut...

Dinara melihat skrin telefon pintarnya. Keningnya dikerutkan tanda tidak puas hati dengan tindakan Nadien.

" Macam tu je? At least cakap la bye ke, apa ke. " Omelnya perlahan.

🌼

" So, apa keputusan kau? " Nadien memandang Dinara yang duduk bertentangan dengannya.

Dinara menggigit sedikit bibirnya. Wajah Nadien yang tidak tercalit sedikitpun senyuman itu dipandang sekilas sebelum pandangannya ditundukkan kembali.

" Saya–" Percakapan Dinara terhenti apabila waiter datang menghantar pesanan mereka.

" Thank you. "

Waiter itu hanya mengangguk dan berlalu masuk ke dalam ruangan belakang cafe itu kembali.

" Saya harap awak dapat terima keputusan saya seadanya. " Kata Dinara perlahan.

" Cara kau cakap, macam kau tak terima je lamaran aku. " Tebak Nadien gelisah.

Dinara menghela nafasnya perlahan. Tangan diselukkan ke dalan poket jaket tebalnya dan satu kotak berwarna hitam dikeluarkan lalu diletak di hadapan Nadien.

" Kau betul-betul tak terima lamaran aku? " Nadien memandang Dinara tidak percaya.

" Awak, saya–"

" It's okay. Aku faham. Bukan senang nak terima lamaran orang yang baru kita kenal kan? " Nadien senyum sedikit. Tawar saja kelihatan senyumannya itu.

" Makanlah. Kejap lagi aku hantar kau balik. "

Dinara mengeluh perlahan. Kutleri di ambil dan dia mula menikmati hidangan di hadapannya. Kotak cincin yang masih tidak disentuh oleh Nadien dipandang sekilas.

" Dah habis? " Suara Nadien setelah mereka selesai memakan hidangan mereka.

" Ha'ah. " Dinara mengangguk.

Nadien bangun dari duduknya dan berjalan keluar dari cafe itu tanpa menunggu Dinara.

" Awak! " Panggil Dinara sedikit kuat. Apabila jaraknya semakin hampir dengan Nadien, lengan Nadien dipaut.

" Apa?! " Nadien menyoal dengan sedikit kuat.

Dinara terkedu apabila melihat mata Nadien yang berubah menjadi merah.

" Awak... tertinggal kotak cincin ni. " Kotak hitam itu disua perlahan kepada Nadien.

Nadien mengerdipkan matanya berkali-kali sebelum melihat sesuatu di jari Dinara.

Oppa, I'm in love! ✔️Where stories live. Discover now