32.COKLAT

184 35 0
                                    

Abelia masuk ke rumahnya yang besar nan megah, dengan berjalan sentoyongan. Merasakan kakinya dam kepalanya yang sakit

Bibi yang melihat kehadiran abelia dengan tidak seperti biasanya, bibi mendekatinya dan terkejut dengan perban yang melilit dikepalanya

"Non, kenapa kepalanya?"  Ia menggiring abelia untuk duduk di sofa ruang tamu

"Gapapa bi, cuma tadi kebentur tembok" 

"Beneran gapapa? Habis bertengkar ya non?"  Bibi terlihat khawatir dengan keadaan abelia

"Enggak kok"  ia membohongi seseorang yang ia sayangi, "yauda aku ganti baju dulu ya bi. Dingin" 

Setelahnya ia melepas seragamnya, ia duduk di depan cermin dikamarnya. Melihat dirinya dengan kepalanya yang diperban.

"Ini ulah gue sendiri. kalo gue gak cari masalah, gue pasti gak bakal kayak gini"  katanya sendiri sambil menyisir rambutnya perlahan

Ia berbaring di kasurnya yang empuk dan rapi. Setiap pagi, bibi selalu merapikannya dan menyemprot obat anti kuman disana.

Ia menatap plafon kamarnya yang tepat di atasnya. Ia masih memikirkan wanita tadi. Ia masih yakin bahwa wanita itu adalah ibunya. Ia berharap bisa bertemu kembali dengan wanita tersebut, sangat sangat berharap. Walaupun ia jarang menyebut nama ibunya di daftar kerinduannya, ia masih ingin bertemu dengannya

***
Untuk pagi ini, abelia terlihat aneh. Ia tidak seperti bisanya yang memakai jaket hitamnya. Sekarang hanya memakai seragam biasa.

Abelia duduk di bangkunya dan menatap di luar jendela, melihat betapa indahnya kota ini ketika pagi. Tapi mengapa keindahan itu hilang ketika sudah siang.

"Abel"  seseorang mencolek punggungnya dengan suara yang manja

Abelia membalikkan tubuhnya dan melihat seseorang tersebut, deandra

"Eh, dean. Ada apa?"  Ucapnya dengan pipinya yang memerah, ia terlalu bahagia. Sebab sebelumnya deandra tidak pernah menemuinya, tapi sekarang justru begini

"Nih buat lo"  deandra menyodorkan sebuah coklat kepadanya.

Abelia heran, padahal biasanya ia memberi coklat pada pacarnya, tapi kenapa sekarang diberikan padanya?

"Loh buat gue nih?"  Tanya nya dengan wajah yang sulit dipercaya

"He'em"

Abelia mengambil coklat itu dari tangan daandra, bibirnya tidak bisa tertutup. Selalu tersenyum dan harinya berdebar debar

"Makasih"  ucapnya dengan menggigit bibirnya, pipinya memerah, dan kepalanya tertunduk malu

"Yaudah, aku balik dulu. Nanti istirahat, gue jemput lo"  deandra mundur dua langkah dari abeli dan membalikkan tubuhnya. Lalu ia pergi dan kembali ke kelasnya.

Abelia mengikuti deandra dari belakang, mengintip gerak gerik lelaki yang ia cintai. Ia mengintip dari tembok kelasnya, memperhatikan caranya berjalan yang gagah. Rambutnya yang acak acakan terombang ambing terkena hembusan angin.

"Hey, coklat dari siapa tuh?"  Keseriusannya mengintip pujaan hatinya di kejutkan dengan kehadiran sahabatnya yang dengan gampangnya menarik coklat itu dengan mengamati coklat tersebut

Abelia segera menangkis coklatnya, mengambilnya dan menggenggamnya erat erat

"Sstt.. ini dikasih deandra tauk"  ucapnya sebal

"Sumpah lo?!"  Sevia terkejut dan sangat tak percaya,  "nggak, pasti lo bohong kan"

"Enggak sevia, yauda kalo gak percaya. Aku masuk. Bay!"  Tukasnya

Sevia terdiam dan mematung. Terpikirkan sesuatu. Bagaimana ceritanya deandra ngasih coklat ke abelia

***
Bel istirahat berbunyi, kali ini terdengar sangat keras. Seperti yang dilihat abelia kemarin, bel sekolah diperbaiki. Itu sebabnya sekarang menjadi sangat keras dan  kemelingking

Ia memasukkan buku bukunya dan barang barang yang berantakan di atas meja. Kecuali satu barang, yaitu coklat pemberian dari deandra. Ia terus menatapi coklat itu tak percaya, bagaimana bisa deadnra tiba tiba memberinya coklat.

Abelia takut dirinya sedang bermimpi. Ia beberapa kali mencubit tubuhnya dan pipinya sendiri untuk memastikan bahwa ia tidak mimpi

Kali ini coklat pemberian deandra akan dibawanya kemanapun ia pergi. Coklat tersebut ia pegang erat dan ia turun untuk mencari makan di kantin, bukan membeli.

Seperti biasa, ia mendapat makanan apa yanh ia mau tanpa membayar, yaitu mencuri.

Ia duduk sendiri di bangku kantin paling pojok dan memakan makanan hasil curiannya

Tiba tiba seseorang menepuk bahunya dari belakang, mengejutkannya saat makan. Alhasil ia tersedak.

"Apaan sih"  ia menoleh ke belakang. Dan, orang tersebut adalah Rindah

"Apa lagi sih?"  Ia berdiri dan menatapnya dengan sewot

"Eh, itu coklat dari siapa?"  Tanya rindah dengan nada tinggi dan kepo

Abelia menatap coklat tersebut dan mengambil coklatnya yang awalnya di atas meja

"Ohh ini.. oh iya gue belum ngomong ya sama lo. Ini itu coklat dikasih Deandra. Kenapa? Mau?"  Nada bicaranya seolah olah mengejek

Rindah melotot tak percaya, apakah benar yang dikatakan abelia.

"Eh mulut racun. Gak mungkin pacar gue kasih coklat ke orang lain. Ngaca dong sis"  tatapannya tajam, ia mendekatkan wajahnya ke abelia yang masih dengan santai menggenggam coklatnya

"Emangnya hari ini dean kasih lo coklat?"  Ucap abelia lagi lagi bernada mengejek

Rindah terdiam dan membisu. Ia menyadari bahwa dirinya hari ini tidak mendapat coklat dari pacarnya.

"Emm. Emm..."  Ia bingung harus menjawab apa, "i.. iya lah"

"BOHONG!"  baru saja abelia akan menjawab rindah, tiba tiba terdengar suara lelaki dari belakang Rindah.

Rindah membalikkan tubuhnya, dan melihat seseorang tersebut. Rindah menganga tak percaya. Seseorang tersebut adalah pacarnya. Deandra.

"Sayang! Kamu kok gitu!"  Ucap rindah sebal

"Bener kan? Gue gak kasih lo coklat?"  Jawabnya seadanya

"Bentar, kok kamu sekarang kalo panggil aku kok lo ya? Biasanya kamu kan kali panggil aku kan kamu"  ia menyerngitkan matanya dan memiringkan kepalanya.

"Emangnya masalah?"  Lagi lagi lelaki ini menjawab dingin

"Ya.. ya.. ehmmm..."  Rindah sulit untuk mengatakannya.

Air matanya mulai menetes di hadapan semua makhluk yang ada di kantin. Lagi lagi semua mata mengarah pada dirinya

Hatinya hancur, kekasihnya selama ini yang terkenal romantis, kini tiba tiba berubah tiga ratus enam puluh derajat

"Kenapa nangis?"  Deandra menatap mata rindah yang berair.

"Kamu.. kamu, kamu tega dean!"  Ia mengusap pipinya dan membalikkan tubuhnya.

"Puas lo!"  Rindah menatap mata abelua sinis dan tajam, disertai matanya yang masih berair.

Dan setelah itu ia pergi meninggalkan abelia dan deandra berdua. Mereka memperhatikan kepergian rindah yang kepalanya tertunduk.

"Dean? Kamu kok gitu?"  Ucap abelia tak percaya, dan matanya masih ke arah rindah

"Yaudah sih biarin."  Jawabnya juga masih menatap rindah.  "Yuk ikut gue"

"Kemana?"

"Temenin gue istirahat"  deandra menari tangan abelia dan menggandengnya

Abelia tersenyum puas, akhirnya ia bisa meluluhkan hati deandra. Dan sekarang deandra lebih memilih dirinya daripada abelia.



Cupu vs Bad girl✓Where stories live. Discover now