6. Bersyukur-Tak Ada Rotan Akar pun Jadi

2K 98 3
                                    

Ketika melewati sebuah sungai yang banyak batunya, Jaka Someh memutuskan untuk beristirahat sejenak di tempat itu. Dia duduk di atas sebuah batu besar yang berada di pinggir sungai. Tiba-tiba dia ingat dengan bekalnya yang belum sempat di makan. Jaka Someh pun segera membuka bekalnya, lalu dengan lahap menyantap bekal tersebut sampai kenyang. Selesai makan, dia merebahkan diri di atas batu besar tadi, memandang ke arah langit yang akan senja. Tiba-tiba dia teringat kepada pak Rohadi. Dalam hati dia berucap,

" Ah iya...saya koq lupa... belum berpamitan kepada Pak Rohadi......saya merasa tidak enak karena beliau sudah begitu baik kepada saya...mending saya sekarang ke rumahnya saja untuk berpamitan..."

Jaka Someh kemudian turun dari batu besar itu dan berjalan menuju arah perkampungan. Tidak membutuhkan waktu yang lama, dia sudah sampai di halaman rumah pak Rohadi. Jaka Someh kemudian mengucapkan Salam, yang segera di balas hangat oleh tuan rumahnya.

Setelah dipersilahkan masuk, Jaka Someh masuk ke dalam rumah pak Rohadi. Saat itu ternyata sedang ada tamu. Seorang kakek yang sudah sangat tua dengan pakaian pangsi serba hitam. Pak Rohadi kemudian memperkenalkan Jaka Someh kepada tamunya tersebut.

"Eh Jang someh...kenalkan ini Aki Sudin...beliau dari kampung Cinangka...kebetulan tadi Aki sudin sedang ada keperluan di kampung Cikaret...makanya beliau mampir ke rumah bapak...Punteun Aki... ini Jang someh anaknya Sabarudin...".

Jaka someh pun bersalaman dengan aki sudin,

"Kumaha Damang aki...?"

Kata Jaka someh berbasa-basi. Aki Sudin menjawab Salam dari Jaka Someh. Dia tersenyum hangat memamerkan giginya yang sudah ompong

"Alhamdulillah...ujang...Aki sehat...euleuuhh...kamu anaknya Sabarudin ya....?. Sekarang sudah jadi pemuda begini.... Kumaha kamu sehat...?"

Sambil tetap tersenyum, Jaka someh menjawab aki sudin

"Alhamdulillah Aki...saya sehat..."

Setelah itu mereka pun kembali duduk di atas bale-bale rumah Pak Rohadi. Pak Rohadi berkata kepada Jaka Someh

" Bagaimana , sudah berhasil jadi muridnya ki Jaya Kusuma?"

Jaka Someh terdiam, ada keraguan dan rasa malu untuk bercerita kepada Pak Rohadi. Dengan senyum yang dipaksakan Jaka Someh menggelengkan kepalanya. Pak Rohadi terkejut dengan jawaban Jaka someh, kemudian bertanya kepada jaka someh

"Hah...apakah kamu tidak di terima jadi murid Ki Jaya Kusuma, bagaimana bisa....? Coba ceritakan ke Bapak....!"

Karena merasa tidak enak melihat wajah pak Rohadi yang nampak serius dan sangat penasaran, Jaka someh kemudian menceritakan pengalaman pahit yang baru saja di alaminya saat berkunjung ke perguruan Maung Karuhun. Mendengar cerita Jaka Someh, Pak Rohadi merasa heran dan berempati.

Dalam hati dia merasa sangsi apakah benar Ki Jaya Kusuma tega menolak Jaka Someh. Pak Rohadi mengenal Ki Jaya Kusuma sudah lama dan mengetahui kepribadaiannya yang baik. Ki Jaya Kusuma adalah seorang pendekar yang memiliki budi pekerti yang baik. Tentu aneh kalau dia sampai menolak Jaka Someh yang ingin belajar silat di Perguruannya. Melihat wajah Jaka Someh yang nampak sedih penuh kekecewaan, Pak Rohadi mencoba menghibur Jaka Someh

"ya...sudah lah ...kamu bersabar saja, mungkin memang belum nasib kamu untuk berguru di sana, kamu tidak usah kawatir...masih banyak perguruan silat di dunia ini...kamu bisa belajar di mana saja yang kamu mau...tidak perlu susah...dunia tak sesempit daun kelor..."

Ksatria Ilalang: Sang Pendekar Pilih Tanding Yang MembumiWhere stories live. Discover now