16. Nafsu Perselingkuhan

2K 90 1
                                    


Setelah berpamitan dengan para pedagang di pantai selatan, Jaka Someh melanjutkan perjalanan pulang.

Awalnya dia berencana untuk bermalam di wilayah itu, namun karena pertarungannya dengan geng naga hitam telah menyita banyak waktu, dia pun memutuskan untuk segera melanjutkan perjalananannya. Semalaman dia mengendarai gerobak sapinya. Untunglah malam itu langit terlihat cerah. Meskipun tidak ada rembulan, namun dipenuhi taburan bintang-bintang bercahaya, sehingga Jaka Someh dapat melihat jelas jalan disekitarnya. Jalanan nampak sepi hanya terdengar beberapa kali suara ringkihan binatang malam seperti anjing liar dan burung hantu.

Jaka Someh ingin segera sampai ke rumahnya, dia pun melajukan gerobak sapinya. Dia sudah merasa rindu dengan anak dan istrinya. Meskipun si Jalu bukan anak kandungnya, namun Jaka Someh sangat menyayanginya. Dia lah yang telah merawat si Jalu dari semenjak lahir dengan penuh kasih sayang.

Jaka Someh terus berkendara sepanjang malam. Dia beristirahat ketika menjelang fajar, seusai melaksanakan shalat subuh. Karena sudah tidak kuasa lagi menahan kantuk, Jaka Someh tertidur di atas gerobak sapinya. Dia terbangun ketika matahari sudah naik setinggi tombak, karena merasakan kehangatan dari mentari pagi. Bangun dari tidur, dia merasa lapar.

Jaka Someh kemudian makan nasi timbel yang dia bawa, setelah itu dia kembali melanjutkan perjalanannya.

Hari menjelang sore ketika Jaka Someh sampai di kampung Cikaret. Rumahnya nampak kelihatan sepi. Beberapa kali mengucapkan salam namun tidak ada yang membalas. Ketika dia hendak masuk ke rumah, tiba-tiba ada seseorang yang memanggilnya

"Meh...Someh...kamu baru datang? Bapak mertuamu dari tadi siang pergi ke ladang, sampai sekarang nampaknya belum pulang...kalau Asih saya lihat pergi sendiri...entah kemana... bahkan si Jalu pun di titipkan di rumah mamang. Mamang tidak tahu Asih pergi kemana, sebab dia tidak ngomong apa-apa ke Mamang" kata mang udin.

"Oh, ya mang Udin, terima kasih, mohon maaf jadi merepotkan mamang, kalau begitu saya bawa si jalu ya mang..."

Jaka Someh pun pergi ke rumah mang Udin, dan melihat si jalu sedang tertidur di bale rumah mang Udin. Jaka Someh pun menggendongnya sambil membawanya pulang ke rumah. Sesampai di rumah Jaka Someh membaringkan si Jalu di pembaringan di kamarnya. Jaka Someh pun pergi mandi untuk membersihkan diri. Setelah itu dia memasak air untuk membuat wedang jahe kesukaannya. Bakda magrib pak Rohadi baru pulang dari ladangnya. Sedangkan Asih baru sampai rumah setelah isya, dia merasa kikuk melihat Jaka Someh sudah pulang.

Jaka Someh sendiri merasa heran dengan sikap Asih yang nampak kikuk kepadanya, namun dia berpura-pura tersenyum untuk meneyembunyikan keheranannya. Di dalam kamar tidak banyak percakapan diantara mereka.

Hanya beberapa saat saja, Asih sudah tertidur pulas tanpa memeperdulikan suaminya yang baru datang dari tempat yang jauh.

Jaka Someh hanya menggelengkan kepala melihat Asih yang sudah tertidur pulas. Dia merasa sedih, istrinya sepertinya masih belum memiliki perasaan cinta kepadanya.

Keesokan hari, Jaka Someh berangkat ke ladang untuk membantu mertuanya mengurus kebun. Dia membawa serta si jalu. Asih pergi sendiri entah kemana. Dia pergi tanpa pamit kepada Jaka Someh maupun Pak Rohadi.

Menjelang Ashar, Jaka Someh sudah pulang ke rumah bersama pak Rohadi dan si Jalu. Mereka mendapati rumah dalam keadaan kosong, tidak terlihat ada Asih. Pak Rohadi merasa heran dengan sikap putrinya, kemudian bertanya kepada jaka Someh

"Si Nyai pergi kemana ya Jang Someh...?"

Jaka Someh menjawab,

"Saya juga tidak tahu bapak..., tadi Asih tidak bilang apa-apa, mungkin sedang ada keperluan di luar..."

Ksatria Ilalang: Sang Pendekar Pilih Tanding Yang MembumiWhere stories live. Discover now