40. Sebuah Perjuangan Hidup

1.7K 80 5
                                    

Di dasar jurang, Sugandi ternyata tidak mati. Dia hanya mengalami patah tulang di kaki kirinya, dan beberapa luka memar di beberapa bagian anggota tubuhnya. Rasa sakit yang luar biasa yang dia derita membuat dia terpaksa untuk merebahkan dirinya. Karena sudah tidak mampu lagi menahan rasa sakit, dia pun akhirnya pingsan, tak sadarkan diri selama lebih dari satu harian.

Setelah larut malam, Sugandi mulai siuman. Dia mengerang kesakitan, badannya menggigil menahan dinginnya malam yang gelap gulita. Sugandi hanya mampu pasrah dengan keadaannya tersebut, hanya matanya saja yang melelehkan air mata. Begitu berat penderitaan yang dia rasakan. Akhirnya dia pun tertidur sampai matahari mulai bersinar dari ufuk timur.

Setelah bangun dari tidurnya, Sugandi masih mengerang kesakitan, hanya saja semangat hidupnya mulai muncul kembali. Dia ingin tetap hidup dan ingin membalaskan dendamnya kepada para warga yang telah menyakitinya. Dengan sisa-sisa tenaganya, dia pun mulai merangkak menuju tempat yang lebih nyaman. Dilihat, di dekatnya ada sebuah sumber air, Sugandi pun mulai merangkak menuju mata air tersebut untuk meminum beberapa teguk air. Setelah puas meminum air tersebut dia mulai merangkak lagi mencari tanaman yang sekiranya bisa dia jadikan sebagai makanan. Namun dia tidak melihat ada tanaman atau buah-buahan yang bisa di jadikan makanan yang layak. Akhirnya Sugandi hanya memakan daun-daunan muda yang berada di sekitar tempat itu. Meskipun rasanya tidak enak, Sugandi tetap memakannya untuk mengembalikan tenaganya. Demikianlah selama beberapa pekan dia hanya mampu makan daun-daunan.

Sungguh ajaib, setelah kurang lebih lima pekan, badannya pun sudah mulai pulih, bahkan kakinya yang patah sudah mulai sembuh, meskipun jalannya masih tertatih-tatih. Dengan kaki yang masih pincang, Sugandi mencoba untuk menelusuri lembah, dia berjalan mengikuti aliran sungai kecil. Ketika sampai di suatu tempat, dilihatnya ada kumpulan bebatuan yang berukuran cukup besar, Sugandi mendekati bebatuan tersebut dan beristirahat di atas sebuah batu yang ukurannya tidak terlalu besar. Sambil duduk, dia mengamati keadaan di sekitar tempat itu. Tepat di sebelah dinding lembah yang menjulang tinggi terdapat sebuah gua yang terlihat begitu gelap. Sugandi tiba-tiba merasa penasaran dengan gua tersebut, kemudian dia mendekati gua tersebut.

Ketika dia sudah berada tepat di mulut gua tersebut, dilihatnya banyak tulang berserakan di sekitarnya.

Setelah di amati secara seksama, ternyata tulang belulang tersebut adalah tulang manusia. Sugandi juga menemukan banyak senjata yang sudah berkarat berserakan di tempat itu. Sugandi menyangka bahwa tulang belulang tersebut adalah sekumpulan prajurit dari masa lampau yang tewas di tempat itu.

Entah, dia seorang yang pemberani ataukah memang rasa takutnya telah habis, Sugandi benar-benar tidak merasa gentar sedikitpun berada di tempat yang nampak angker tersebut. Sugandi pun mengumpulkan beberapa senjata yang berhasil di temukannya itu. Ada pedang, golok, kapak, pisau, tombak, dan kujang. Menemukan berbagai senjata tersebut membuat Sugandi bahagia, seakan-akan dia telah menemukan harta karun yang banyak. Dengan menggunakan kapak dan golok, Sugandi berhasil membuat sebuah pondok sederhana dari kayu. Dia berhasil menebang dan mengolah beberapa pohon yang ada di sekitar lembah itu. Dengan tombak yang di temukannya itu juga Sugandi mulai belajar berburu binatang buruan dan ikan yang ada di sungai.

Awalnya memang dia mengalami kegagalan dalam perburuannya, namun seiring dengan waktu, dia pun sudah mulai mahir menggunakan tombaknya untuk berburu hewan buruan termasuk ikan. Tanpa terasa sudah hampir setahun dia hidup di lembah itu, dia pun sudah ahli dalam berburu. Jarang sekali dia mengalami kegagalan dalam perburuannya. Tubuhnya pun kini menjadi sehat dan kuat, gerakannya juga sudah demikian gesit.

Pada suatu malam ketika dia sedang tertidur, tiba-tiba ada seekor ular sanca yang berukuran besar melilit tubuhnya. Sugandi terbangun dari tidurnya, dia kaget karena tubuhnya sudah dililit kuat oleh sanca itu. Dia merasa kesulitan untuk bernafas. Namun karena semangat hidupnya yang begitu tinggi dia pun berusaha untuk melawan ular tersebut, dia tidak mau menyerah terhadap ular tersebut, dengan kujang yang selalu ada di pinggangnya, Sugandi berhasil merobek perut ular sanca tersebut hingga lilitannya menjadi terlepas. Setelah itu, dia langsung membunuh ular tersebut. Bahkan ular itu pun akhirnya berhasil dia kuliti. Kulitnya kemudian di jadikan pakaian, setelah di jemur sampai kering di terik matahari.

Ksatria Ilalang: Sang Pendekar Pilih Tanding Yang MembumiWhere stories live. Discover now