11. Bertemu Pendekar Legendaris Yang Misterius

2K 93 3
                                    

Suasana kampung Cikaret sudah kembali menjadi normal. Jaka Someh sudah beraktivitas seperti biasanya, yaitu berlatih silat dan mengelola ladang pertaniannya. Luka di pergelangan tangan dan dadanya pun sudah kembali sembuh. Ketika matahari sudah mulai surut, dia pulang ke gubuknya di lereng gunung halimun. Karena hari sudah mulai gelap, Jaka Someh menyalakan lenteranya. Selesai shalat magrib, dia memasak air panas.

Malam itu dia ingin membuat minuman dari jahe. Kebetulan hari itu dia mempunyai gula aren yang bisa melezatkan minuman jahenya. Sambil menyiapkan nasi yang telah dia masak di waktu pagi, Jaka Someh membuat sambal sederhana yang hanya terdiri dari cabe, bawang merah, bawang putih dan tomat, di tambah sedikit garam. Kesemua bahan tersebut dia peroleh dari pekarangan gubuknya. Kemudian dia membakar ikan nila, hasil tangkapanya tadi siang. Ketika Jaka Someh mau menyantap hidangannya, tiba-tiba terdengar suara seseorang yang mengucapkan Salam

"Assalamualaikum...sampurasun. Mohon maap mengganggu...apakah ada orang di rumah ini?"

Jaka Someh membalas Salam itu,

"Wa alaikum salam, iya pak, tunggu sebentar..."

Dia membuka pintu gubuknya, di lihatnya ada seorang lelaki separuh baya sedang berdiri di depan pintu gubuknya. Pakaiannya tampak lusuh, namun wajah lelaki itu tampak bersih dan berwibawa. Badannya terlihat tegap dan kuat. Jaka Someh bertanya kepada lelaki itu

"Permisi, bapak ini siapa ya...? Koq bisa sampai ke sini? Saya yakin bapak bukan warga kampung di sekitar sini... ".

Lelaki itu menjawab pertanyaan Jaka Someh

"Nama saya haji Ibrahim, saya sedang musafir, sedang melakukan perjalanan jauh... saya berasal dari daerah cianjur, maaf ujang, apakah boleh saya ikut beristirahat sejenak di rumah ini?"

Jaka Someh pun mempersilahkan masuk kepada tamunya

"Mangga pak, silahkan masuk ke gubuk saya yang sederhana ini...mohon maaf apabila keadaannya kurang berkenan di hati bapak"

Setelah dipersilahkan masuk, tamu itu pun segera masuk ke dalam gubuk.

"Terima kasih ...rumah ini terasa nyaman untuk saya... justru saya minta maap karena merepotkan kamu..."

Jaka Someh pun menjawab,

"Syukur pak, kalau bapak merasa nyaman berada di gubuk saya yang sangat sederhanan ini...berhubung saya sudah menyiapkan makan malam, sekarang kita makan dulu saja ya pak... sok mangga pak...jangan sungkan-sungkan...he...he...makan seadanya ya pak..."

Haji Ibrahim tersenyum mendapatkan tawaran makan malam dari jaka someh

"Alhamdulillah dapat rejeki, saya jadi merasa enak...kalau begitu bapak ikut makan saja, ya ...? He...he...tidak baik kalau menolak rejeki ...pamali..."

Tanpa malu-malu, haji Ibrahim pun makan bersama dengan Jaka Someh. Jaka Someh tertawa melihat haji Ibrahim yang nampak tidak sungkan menerima tawaran makan darinya. Mereka menikmati makan sambil mengobrol ngalor kidul. Suasana nya begitu akrab padahal mereka baru bertemu bahkan belum saling kenal satu dengan yang lainnya. Jarang sekali jaka someh kedatangan tamu seperti haji Ibrahim. Beberapa kali memang pernah ada beberapa penduduk kampung cikaret yang ikut menginap di gubuknya karena sedang ada urusan di gunung Halimun, namun tamu yang datang dari jauh, baru haji Ibrahim ini saja.

Setelah selesai makan, Jaka Someh menyuguhkan minuman jahe kepada tamunya tersebut. Mereka pun kembali asyik mengobrol menceritakan berbagai hal, namun yang paling banyak adalah tentang kehidupan Jaka Someh sehari-hari. Jaka Someh sempat menceritakan sedikit tentang latihan silatnya kepada haji Ibrahim. Haji Ibrahim mendengarkan cerita Jaka Someh dengan seksama. Beliau juga bercerita sedikit tentang dirinya, terutama tentang pengalamannya berkelana ke berbagai wilayah di tanah pasundan, yang hanya sekedar untuk menambah wawasan kehidupannya. Jaka Someh merasa senang mendengar cerita dari Haji Ibrahim yang telah berkelana ke berbagai wilayah, dia pun ingin menjadi seorang pengelana seperti haji Ibrahim, berkelana menjelajah ke berbagai wilayah yang masih asing. Baginya itu adalah pengalaman yang luar biasa. Hal itu untuk menggosok jiwanya agar lebih matang dan kuat.

Ksatria Ilalang: Sang Pendekar Pilih Tanding Yang MembumiWhere stories live. Discover now