25. Pertarungan Dua Nyai

1.8K 88 0
                                    

Seharian Dewi Sekar menunggangi kudanya tanpa istirahat. Sudah banyak perkampungan yang dia lewati. Dewi Sekar melihat ada banyak suasana yang mencekam, terlihat wajah warga yang nampak ketakutan. Dewi Sekar tahu hal tersebut disebabkan oleh ulah para anggota Kelompok Penjahat pimpinan Ki Jabrik. Gerombolan ini memang suka menjarah ke perkampungan-perkampungan, awalnya mereka meminta upeti yang tinggi kepada setiap kampong, namu lama kelamaan mereka mulai melakukan pengrusakan dan pembunuhan. Banyak kampung yang telah di rusak dan dibakar, setelah harta bendanya di rampas dengan paksa.

Menjelang sore, Dewi Sekar memutuskan untuk istirahat di sebuah perkampungan yang terlihat kumuh. Disana dia mencari sebuah penginapan. Namun karena di kampung tersebut tidak ada penginapan, Dewi Sekar kembali melanjutkan perjalanannya menuju perkampungan berikutnya yang lebih besar. Hari sudah malam ketika Dewi Sekar baru bisa menemukan sebuah penginapan di sebuah perkampungan yang ramai penduduknya.

Esok paginya dia kembali melanjutkan perjalanan. Ketika sampai di sebuah perkampungan kecil, dia melihat ada 5 orang berwajah sangar sedang mengobrak abrik salah satu rumah penduduk. Ternyata mereka adalah beberapa anak buah Ki Jabrik yang sedang mendapat tugas dari Ki Tapa untuk menagih upeti di kampung itu.

Ki Tapa adalah salah satu dedengkot dari gerombolan Ki Jabrik yang terkenal sakti dan kejam. Namun karena warga kampung tersebut miskin, mereka tidak mampu untuk membayar upeti yang ditentukan oleh Ki tapa. Beberapa anak buah Ki Tapa pun marah dan mulai mengobrak-abrik kampung tersebut. Beberapa warga nampak babak belur dihajar oleh anak buah Ki Tapa. Melihat kejadian tersebut, Dewi Sekar Harum menjadi marah. Dia langsung berteriak kepada anak buah Ki Tapa

"Hey...manusia-manusia biadab...hentikan perbuatan kalian..."

Anak buah Ki Tapa sontak kaget mendengar teriakan Dewi Sekar, namun ketika mereka melihat ke arah Dewi Sekar, mereka tertawa

"ha...ha...geulis...cantik...ternyata kamu...yang tadi berteriak ke akang...jangan marah...atuh...mendingan jadi pacar akang saja...atuh...aduh cantiknya..."

Kemudian mereka mulai mendekati Dewi Sekar, salah satu dari mereka mencoba memegang tangan Dewi Sekar sambil tertawa.

Diperlakukan seperti itu, Dewi Sekar bertambah marah dan langsung menghentakan tangannya. Dia langsung memukul perut anak buah Ki Tapa tersebut, dan menyusulnya dengan tendangan ke arah muka. Pukulan dan tendangannya begitu telak, membuat anak buah ki Tapa tersebut langsung tersungkur. Teman-temannya kaget melihat keganasan Dewi Sekar seperti itu, mereka pun berhenti tertawa dan langsung mengeroyok Dewi Sekar. Dengan penuh kepercayaan diri, Dewi Sekar memasang kuda'kudanya sambil bersiap menghadapi mereka. Tanpa ragu'ragu lagi beberapa anak buah Ki Tapa yang tersisa langsung menyergap Dewi Sekar. Dewi Sekar pun langsung melancarkan jurus-jurus mautnya. Perkelahian mereka cukup sengit. Setelah menghabiskan sekitar 10 jurus barulah Dewi Sekar mulai dapat mendesak mereka.

Beberapa saat kemudian Dewi Sekar berhasil mengalahkan mereka. Tiga orang dari mereka sudah terkapar di tanah sedangkan dua orang lagi memutuskan untuk kabur. Setelah membereskan gerombolan anak buah Ki Tapa, Dewi Sekar segera menghampiri warga yang tadi dianiaya oleh anak buah Ki Tapa.

Alangkah kagetnya Dewi Sekar karena warga tersebut bukannya mengucapkan terima kasih justru langsung masuk kedalam rumahnya masing'masing, dengan mimik muka yang memberungut. Rupanya mereka takut jika tindakan Dewi Sekar terhadap anak buah Ki Tapa tadi akan menimbulkan masalah yang lebih besar dan mencelakai mereka semua.

Dewi Sekar terhenyak melihat sikap warga tersebut. Meskipun hatinya merasa mangkel, akhirnya dia memutuskan untuk segera kembali melanjutkan perjalanannya.

Setelah beberapa jam menunggangi kuda dengan santai, Dewi Sekar memutuskan beristirahat sejenak di bawah sebuah bukit yang nampak hijau, sambil membiarkan kudanya makan rerumputan di sekitar tempat itu. Di atas bukit tersebut nampak banyak tanaman jagung dan buah-buahan. Dewi Sekar merasa heran karena tidak biasanya bukit ditanami oleh tanaman jagung dan buah-buahan. Sepengetahuannya, bukit umumnya di tumbuhi tanaman liar seperti pohon kayu-kayuan, perdu bahkan adakalanya di penuhi oleh ilalang yang liar. Namun rasa herannya pun berlalu begitu saja.

Ksatria Ilalang: Sang Pendekar Pilih Tanding Yang MembumiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang