41. Pendekar Pilih Tanding

1.8K 86 3
                                    

Setelah di uji oleh Eyang Jaya Perkasa, Sugandi akhirnya di angkat menjadi murid. Dia diajarkan berbagai ilmu kesaktian dan ilmu kanuragan oleh eyang Jaya Perkasa. Setiap beberapa hari sekali, dia pergi ke dalam Gua untuk menemui Eyang Jaya Perkasa dan menerima pelajaran ilmu kanuragan. Setelah selesai menerima pelajaran, Sugandi pulang ke pondoknya dan berlatih dengan giat.

Begitulah kegiatan Sugandi setiap hari.Tanpa terasa sudah 19 tahun Sugandi telah berguru kepada eyang Jaya Perkasa, sekarang usianya sudah mencapai 31 tahun.

Di bawah bimbingan Eyang Jaya Perkasa, sekarang Sugandi telah menjadi seorang pendekar pilih tanding. Dia menguasai semua ilmu kanuragan yang di miliki Eyang Jaya Perkasa.

Sampai suatu saat, ketika Sugandi sedang menghadap Eyang Jaya Perkasa, Eyang Jaya Perkasa tiba-tiba bekata kepadanya

"Ujang...Murid eyang...sekarang kamu sudah menerima semua ilmu eyang...eyang berharap dengan ilmu tersebut kamu bisa menaklukan dunia persilatan di tatar Pasundan ini...Balaslah orang-orang yang dulu menyakiti kamu...Mulai saat ini eyang menitahkan kamu untuk pergi melanglang buana...untuk menjadi penguasa persilatan..."

Sugandi cukup terperanjat dengan perkataan dari gurunya tersebut. Sebenarnya dia sudah merasa betah dapat hidup bersama Eyang Jaya Perkasa di lembah itu, meskipun jauh dari keramaian manusia. Sebenarnya dia ingin tetap berada di tempat itu, namun tidak kuasa untuk menolak keinginan gurunya. Setelah terdiam beberapa saat, Sugandi menjawab permintaan Eyang Jaya perkasa

"Baikah eyang, tapi jujur sebenarnya saya berat kalau harus meninggalkan eyang di sini sendirian..."

Eyang Jaya Perkasa tertawa mendengar ucapan Sugandi

"Ha...ha...eyang sudah senang, kamu telah menguasai semua ilmu eyang, pergunakanlah ilmu tersebut untuk menaklukan semua perguruan silat, tundukanlah mereka supaya mau bertekuk lutut dalam kekuasaanmu..."

Sugandi kemudian berlutut memberi hormat kepada eyang Jaya Perkasa

"Baiklah eyang...terima kasih atas semua pengajaran eyang...selama ini..."

Setelah mengobrol dengan eyang Jaya Perkasa, Sugandi berpamitan untuk pergi dari hadapan gurunya. Setelah keluar dari gua, Sugandi menuju pondoknya untuk mempersiapkan kepergiannya dari lembah hutan dadap kulon.

Setelah beristirahat semalaman, Sugandi pergi meninggalkan lembah itu untuk melaksanakan titah gurunya, menaklukan dunia persilatan. Dengan gerakan gesit dan cepat, dia melesat meninggalkan lembah itu, melompat-lompat dia atas ranting-ranting pepohonan yang ada di dinding lembah. Kemudian dia terbang bagaikan seekor burung yang mampu mengudara.

Hanya beberapa saat saja dia sudah berada di atas lembah, di dalam hutan lebat yang berada di wilayah kampung Dadap Kulon. Setelah itu, Sugandi pergi menuju ke arah perkampungan dadap Kulon.

Sesudah berada di tengah perkampungan, Sugandi terus berjalan dengan santainya menuju areal pasar yang sedang dikunjungi banyak warga. Para warga yang sedang ada di sana merasa heran ketika melihat sosok Sugandi yang nampak asing, rambutnya begitu gondrong seperti tak pernah di sisir, pakaiannya pun nampak aneh, karena terbuat dari kulit serigala yang berwarna abu-abu dengan kombinasi kulit harimau dan ular sanca. Ketika sampai di pasar, orang-orang yang sedang berkerumun pun langsung menjauh dari Sugandi. Mereka merasa tidak nyaman melihat penampilan Sugandi yang nampak aneh. Mereka saling berbisik-bisik membicarakan penampilan Sugandi tersebut. Sugandi sendiri masih terus berjalan, sambil mengamati keadaan orang-orang yang berada di pasar itu.

Inilah pertama kalinya dia berada di tengah masyarakat, setelah hampir 20 tahun berada di tempat yang jauh dari keramaian manusia.

Ketika dia sedang asyik berjalan dengan santainya, tiba-tiba saja ada segerombolan lelaki yang mencegatnya. Jumlah mereka ada lima orang. Rupanya mereka adalah sekelompok jawara yang menjadi preman di pasar itu. Pemimpin mereka yang bernama Ki Badrun berkata kasar kepada Sugandi

"Hey Jabrik, kamu siapa...dan mau kemana...heh...apakah kamu mau bikin onar di kampung ini...?".

Sugandi di bentak oleh ki Badrun, hanya terdiam dan melihat wajah Ki Badrun dengan dingin. Sikap Sugandi terkesan meremehkan, membuat Ki badrun dan anak buahnya menjadi bertambah emosi

"Hey bangsat...kurang ajar kamu...apakah kamu tidak tahu dengan saya...saya Ki badrun Jawara kampung dadap Kulon...murid senior dari perguruan golok setan yang di takuti di dunia persilatan...hah..."

Mendengar perkataan ki badrun yang menyombongkan diri, Sugandi masih tetap diam dan bersikap cuek, kemudian dia pergi meninggalkan Ki Badrun dan anak buahnya tanpa berkata sepatah kata pun.

Merasa diremehkan oleh Sugandi, Ki Badrun dan anak buahnya langsung mencabut golok mereka dan langsung menyerang Sugandi

"Bangsat kamu Jabrik, mau mati rupanya kamu...ini rasakan golok setan..."

Para warga yang melihat keributan tersebut langsung menjauh dari tempat itu. Mereka khawatir terkena imbas dari kemarahan ki Badrun dan anak buahnya. Meskipun dirinya sudah di ancam seperti itu oleh Ki Badrun dan anak buahnya, Sugandi tidak bergeming, dia tetap pergi melangkah menjauhi Ki badrun dan anak buahnya tanpa menunjukan rasa takut sedikitpun juga. Melihat musuhnya nampak cuek, Ki Badrun merasa heran sekaligus marah, dia segera memerintahkan anak buahnya untuk membunuh sugandi

"Ayo, kita bunuh saja si Jabrik jelek dan bau ini...dasar orang tidak waras".

Mereka pun langsung membacokan golok secara bersamaan ke tubuh Sugandi.

Prak, suara benturan keras pun terdengar, para warga kaget melihat Sugandi yang nampak baik-baik saja saja meskipun telah di bacok oleh Ki Badun dan anak buahnya, bahkan golok Ki Badrun dan anak buahnya pun saling berjatuhan ke tanah.

Ki Badrun kaget bukan kepalang, tangannya terasa kesemutan. Belum habis rasa herannya kepada kehebatan Sugandi, tiba-tiba saja, Sugandi  menampar kepala dari semua anak buah Ki Badrun secara berurutan. Sungguh aneh, meskipun tamparan tersebut terlihat seperti tak bertenaga, pelan dan ringan, namun dampaknya sungguh tak terduga. Mereka langsung mati secara mengerikan dengan kepala masing-masing terbalik ke arah belakang. Mata mereka melotot dengan lidah yang menjulur.

Tinggal Ki Badrun sendirian, yang masih tercengang melihat kesaktian Sugandi yang nampak mengerikan. Tanpa malu-malu dia langsung berlutut, berkata terbata-bata sambil meminta ampun

"Ampun...ki...ampuni saya Ki Jabrik...".

Belum selesai dia meminta ampun, tangan kanan Sugandi sudah mencengkram leher Ki badrun.

Ki Badrun langsung menjerit sesaat sebelum ajalnya tiba. Dia tewas dalam keadaan yang lebih tragis lagi di bandingkan anak buahnya. Mati dalam keadaan leher yang hitam dan sangat gosong. Kemudian seluruh kulitnya pun menjadi mengering berwarna hitam seperti kehabisan cairan dalam tubuhnya. Tak lama kemudian jenazahnya berubah menjadi abu yang diterbangkan oleh angin yang berhembus.

Para warga yang melihat kejadian mengerikan itu, langsung panik dan berlarian, kabur dari tempat itu agar tehindar dari kemarahan Sugandi. Sugandi kemudian melanjutkan perjalanannya, pergi dengan santainya tanpa memperdulikan kepanikan warga yang takut terhadapnya.

Ksatria Ilalang: Sang Pendekar Pilih Tanding Yang MembumiWhere stories live. Discover now