46. Hati Yang yang Mendengki

1.7K 96 3
                                    

Ki Buyut Putih merasa senang karena suasananya sudah kembali baik. Dia pun berkata kepada hadirin.

"Alhamdulillah, ayo sekarang mah kita ngariung dulu saja...kita sarapan pagi...sambil mendengarkan cerita dari Nyi Dewi Sekar....ayo Jang Someh...mangga...kita sarapan bersama...tidak usah malu-malu...he...he...!".

Jaka Someh menganggukan kepala.

Mereka pun berangkat bersama menuju aula padepokan.

Khawatir jaka Someh merasa minder, Dewi Sekar mendampingi Jaka Someh dengan menggandeng tangannya dengan mesra. Banyak mata yang melihatnya. Sebagian ada yang mencibir, sebagian yang lain merasa iri dengan nasib Jaka Someh yang bisa menikahi Dewi Sekar. Tapi ada juga yang merasa bahagia melihat mereka nampak akur dan harmonis. Salah satunya adalah Raden Arya Raja. Sedangkan Raden Surya Atmaja terlihat tidak begitu senang melihat putrinya nampak bermesraan dengan Jaka Someh di depan umum.

Di Aula padepokan, mereka makan bersama sambil bercengkrama satu sama lain. Jaka Someh duduk bersama Dewi Sekar. Di dekatnya ada Ki Buyut Putih, dan Arya Raja. Raden Surya Atmaja lebih memilih duduk menjauh dari Jaka Someh. Dia duduk bersama Raden Jaya Permana dan kawan-kawannya.

Ki Buyut Putih bertanya kepada Jaka Someh

"Jang Someh teh berasal dari mana?".

Jaka Someh menjawab pertanyaannya Ki Buyut Putih,

"Saya berasal dari kampung Cikaret, Kyai, di lereng gunung halimun. Karena sesuatu hal saya mengembara keluar dari kampung saya, tanpa terasa sekarang sampai ke Padepokan Kyai...".

Ki Buyut Putih, menggerakan alisnya, seakan-akan sedang berpikir, kemudian dia bertanya

"eh, ujang teh dari kampung cikaret? Weleuh-weleuh... kenal dengan Ki Jaya Kusuma atuh, pendekar dari perguruan maung karuhun yang terkenal".

Jaka Someh terperanjat mendengar Ki Buyut Putih menyebut nama Ki Jaya Kusuma. Dia teringat saat Ki Jaya Kusuma dulu pernah menolaknya menjadikan murid. Bahkan waktu itu Jaka Someh hampir celaka di keroyok oleh murid-murid Ki Jaya Kusuma. Jaka Someh tersenyum mengingat saat-saat itu, merasa lucu dengan apa yang pernah terjadi di masa lalu. Padahal dulu dia merasa susah dan sedih ketika gagal menjadi murid Ki Jaya Kusuma. Seakan-akan pada waktu itu dia merasa Tuhan tidak adil kepadanya. Nyaris dia berputus asa.

Begitulah hidup, saat kita sudah berhasil melewati masa kesusahan, maka semuanya akan menjadi terasa manis saja.

Jaka Someh tersadar dari lamunannya, dia pun langsung menjawab pertanyaan Ki Buyut Putih

"Alhamdulillah kenal kyai...beliau adalah pendekar yang sangat hebat...saya pernah ingin berguru kepadanya...tapi...".

Jaka Someh berhenti melanjutkan kata-katanya.

"Tapi kenapa kang someh...?". Kata Dewi Sekar penasaran.

"Tapi tidak di terima nyai....he...he...". Kata jaka Someh menerangkan.

"hah...jadi akang pernah di tolak belajar silat di perguruan maung karuhun...?" Tanya dewi sekar mengulangi.

"Iya, nyai...he...he..., mungkin itu sudah menjadi jalan akang dari Yang Maha Kuasa...Akang syukuri saja semuanya....". Kata jaka Someh.

Dewi Sekar menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Aduuh...akang...ya sudah sekarang akang belajar silat saja di sini...kalau tidak ada yang mau mengajari biar saya yang jadi guru akang..." Kata Dewi Sekar.

"ah tidak mau nyai...masa istri akang jadi guru silat buat akang sendiri...nanti kualat...nanti akang tidak bisa ngapa-ngapain kamu...he...he..."

Jaka Someh tertawa.

Ksatria Ilalang: Sang Pendekar Pilih Tanding Yang MembumiWhere stories live. Discover now