37. Derita Seorang Anak

1.7K 84 0
                                    

Sekitar 50 tahun yang lalu di desa Dadap Kulon, ada seorang wanita muda yang bernama Nyi Surti, putri dari janda bernama Mak Ipah.

Nyi Surti memiliki wajah yang Manis hanya saja dia sangat agresip terhadap lelaki. senang mengumbar hawa nafsu dan menggoda para lelaki hidung belang. Tidak sedikit pemuda dari kampung dadap kulon yang terpikat oleh wajah manisnya, namun bagi nyi Surti ,mereka hanyalah sekedar alat untuk pemuas hawa nafsunya saja. Banyak dari mereka yang menjadi korban dari kegenitan nyi surti. Setelah bosan dengan satu lelaki, dia pun akan menendang dan akan segera beralih ke lelaki lainnya.

Suatu hari datanglah seorang pemuda misterius ke kampung dadap kulon. Pemuda tersebut berwajah tampan dan gagah. Nyi Surti sangat terpikat dengan pemuda tersebut. Tidak lama, mereka pun menjalin suatu hubungan percintaan.

Nyi surti tidak tahu bahwa pemuda tersebut sebenarnya adalah salah satu anggota gerombolan perampok yang sedang menyamar. Dia sedang menjalankan tugas yang di berikan pemimpinnya untuk memata-matai Kampung Dadap Kulon.

Hubungan mereka semakin hari semakin intim, sampai akhirnya Nyi Surti hamil di luar nikah. Malang bagi Nyi Surti, kekasih yang telah menghamilinya tiba-tiba menghilang begitu saja. Dia menghilang setelah gerombolannya berhasil merampok dan menjarah warga kampung dadap kulon. Pemuda itu menghilang dan meninggalkan Nyi Surti sendirian, untuk menanggung aib dari kehamilannya.

Karena malu terhadap warga, Nyi Surti bermaksud untuk menggugurkan kandungannya, namun berhasil di cegah oleh mak ipah, ibunya sendiri. Singkat cerita, Nyi Surti pun melahirkan anak dari hasil hubungan terlarangnya itu, kemudian Mak Ipah memberi Nama anak tersebut dengan Nama Sugandi.

Karena malu telah melahirkan anak haram dari seorang anggota perampok, Nyi surti sempat menghilang dari kampungnya. Dia meninggalkan bayinya untuk dirawat oleh Mak Ipah, ibunya sendiri.

Malang bagi Sugandi, semenjak bayi sudah kehilangan kasih sayang dari kedua orang tuanya. Belum pernah dia merasakan nikmatnya Susu ASI ibunya. Dia juga tidak tahu seperti apa wajah ayahnya sendiri.

Ketika Sugandi berusia Lima tahun, Nyi Surti akhirnya kembali pulang ke kampung Dadap Kulon. Dan membukausaha warung makanyang letaknya tak jauh dari rumah ibunya.

Bersama Mak Ipah dan Sugandi kecil, Nyi Surti menjalankan usaha warungnya tersebut.

Meskipun sudah berkumpul kembali dengan anaknya, namun sikap Nyi Surti terhadap anaknya tersebut masih belum juga berubah. Dia masih membenci Sugandi yang terlahir dari hubungan haram dirinya dengan seorang penjahat.

Surti masih saja enggan mencurahkan kasih sayang kepada Sugandi, anaknya sendiri. Dia benar-benar tidak peduli pada darah dagingnya sendiri. Bahkan seringkali Sugandi menjadi bahan pelampiasan emosi, sebagai tempat untuk mencurahkan rasa kesal dan amarahnya.

Nyi Surti sering mengeluarkan kata-kata kasar  yang menyakitkan hati, bahkan tidak jarang dia mencubit dan memukul Sugandi hanya karena masalah yang sangat sepele.

Nyi Surti sungguh  tak mengenal belas kasihan kepada anaknya, meskipun anaknya sudah menangis dan meminta ampun kepadanya. Dia akan terus memukulinya sampai hatinya menjadi puas. Bahkan pernah suatu hari,  ketika  Sugandi memergokinya sedang berbuat mesum dengan seorang lelaki hidung belang di dalam warungnya, Nyi Surti langsung memarahi Sugandi dan memukulinya sampai babak belur.

Sungguh tragis nasib Sugandi. Dia telah dicampakan oleh ibu kandungnya sendiri.

Sugandi yang melihat tingkah laku ibunya yang jelek  dan sering menganiayanya, merasa sangat sedih dan marah. Namun kemarahannya tersebut hanya terpendam dalam hatinya. Tak ada kuasa untuk mengungkapkan isi hatinya yang telah dipenuhi oleh kesedihan dan kekecewaan.

Jiwa Sugandi menjadi labil, merasa rendah diri dan terkadang sedikit tempramental. Badannya terlihat kurus seperti kurang gizi.

Sugandi sering sekali melamun dan menangis sendirian di dalam kamarnya. Dia merasakan sepi dan hampa di dalam kehidupannya.

Begitu berat beban psikologis yang dideritanya, bahkan di usianya yang masih kanak-kanak seperti itu.

Beban psikologis yang di deritanya tersebut ternyata telah merusak pada kejiwaannya. Dia menjadi seorang yang pemurung, tak memiliki kepercayaan diri dan juga pemarah. Alhasil Sugandi menjadi seorang pesakitan yang kesepian.

Celakanya, hampir sebagian besar warga kampung Dadap Kulon  ikut merendahkan dan membencinya. Mereka menganggap Sugandi sebagai aib bagi warga kampung Dadap Kulon karena terlahir dari hubungan haram Nyi Surti dengan anggota perampok yang telah merampok kampung mereka.

Sugandi benar-benar merasa sedih dan marah. Dia merasa sedih dan marah dengan keadaannya. Dia marah pada  pada lingkungan masyarakat di sekitarnya dan pada ibunya yang telah mencampakan, meremehkan dan membenci keberadaannya.

Sugandi kecil benar-benar telah dikucilkan oleh para warga, tidak ada seorang  pun yang mengijinkan anak mereka untuk bermain dengan Sugandi. Sehingga Sugandi praktis tidak memiliki teman yang sebaya dengannya di kampung itu. Hanya ada sedikit beberapa orang yang merasa iba kepadanya, namun mereka juga tak mampu untuk memberi pertolongan kepada Sugandi. Hanya neneknya saja yang benar-benar telah  tulus memberi kasih sayang padanya, selalu melindunginya dari segala perlakuan kasar dan penganiayaan Nyi Surti dan para warga kampung lainnya. Neneknya juga lah yang selalu menasehatinya agar selalutetap sabar dan tidak memiliki perasaan dendam meski dia telah disakiti oleh orang-orang. 


Ksatria Ilalang: Sang Pendekar Pilih Tanding Yang MembumiWhere stories live. Discover now