3. Kesepian. Mengharapkan Teman untuk Berbagi

2.6K 111 5
                                    

Matahari sudah hampir berada di tengah langit. Panasnya sudah begitu terik. Hanya ada sedikit awan yang menutupi langit di wilayah kampung Cikaret. Angin gunung berhempus sepoi-sepoi. Jaka Someh sudah pingsan selama lebih dari 6 jam. Meskipun di sekitar tempat itu banyak pepohonan yang rimbun, namun Jaka Someh pingsan di tengah jalan setapak yang tidak ternaungi oleh pepohonan. Terik matahari pun mengenai kulitnya, yang segera menyadarkannya dari pingsan.

Jaka Someh mencoba untuk membuka matanya. Kepalanya terasa pusing, bumi dan langit seakan-akan berputar. Dia pun kembali memejamkan mata. Setelah kesadarannya mulai stabil. Dia kembali membuka mata, dan mulai mengingat peristiwa yang baru dialaminya tadi. Peristiwa naas yang tak terduga sama sekali. Begitu cepat dan spontanitas.

Wajahnya terasa perih dan sakit akibat pukulan dan tamparan. Dadanya terasa sesak akibat tendangan Ki Marta dan kawan-kawannya. Segala persendiannya terasa ngilu. Dengan susah payah dia berusaha bangun dan duduk. Setelah berhasil duduk, Jaka Someh terdiam untuk mengumpulkan sisa-sisa tenaganya. Sedih, marah dan kecewa bercampur dalam jiwanya. Membangkitkan hasrat ingin membalas dendam.

Hatinya di penuhi rasa luka, membuat dia lupa dengan sakit yang ada di tubuhnya. Dalam hati muncul suatu tekad besar untuk membalas dendam, untuk diri dan ayah tercintanya. Jaka Someh kemudian berusaha untuk berdiri, meski awalnya sempoyongan, namun akhirnya dia berhasil berdiri dengan tegak. Setelah itu dia berusaha berjalan ke arah sebuah pohon yang nampak rimbun. Meskipun tertatih-tatih akhirnya dia berhasil berjalan beberapa langkah, menuju naungan kerimbunan pohon asam yang tidak jauh dari tempat itu. Di bawah pohon asam itu dia mengistirahatkan kembali jiwa dan raganya yang sedang terluka. Setelah beristirahat cukup lama, keadaannya pun sudah mulai stabil. Jaka Someh kemudian memutuskan untuk pulang ke gubuknya. Dengan tertatih-tatih, dia berjalan pulang ke arah gubuknya. Hari itu dia telah gagal untuk pergi ke ladangnya.

Sudah seminggu Jaka Someh tidak pergi ke ladangnya. Dia lebih banyak melamun di dalam gubuknya. Tubuhnya memang sudah mulai membaik, meskipun masih ada sedikit lembam di wajahnya. Walau masih remaja, Jaka Someh memiliki tubuh yang kuat. Berangsur angsur semua luka di tubuhnya akhirnya sembuh total. Namun tidak dengan luka di hatinya.

Hari itu Jaka Someh hanya duduk melamun di serambi bale-balenya, merenungi nasibnya yang tampak sial. Dia merasa Tuhan bertindak kejam terhadap kehidupannya. Sudah tidak punya ayah dan ibu, sekarang dia mengalami penganiayaan. Sebatang kara, tidak ada seorang pun yang bisa dia ajak untuk berbagi keluhan, apalagi yang mempedulikan dan menolongnya. Hidup sendiri dalam gubuknya yang jauh dari pemukiman warga lainya. Jaka someh berharap ada orang yang menemaninya di saat susah seperti ini.

Terkadang memang ada beberapa warga kampung yang sedang mencari kayu bakar berkunjung ke gubuknya meskipun hanya sekedar untuk ikut beristirahat di serambi gubuknya. Namun sudah lebih dari seminggu ini, tidak ada seorang tamu pun yang berkunjung ke gubuknya itu

Tiba-tiba dia merasa rindu yang sangat kepada kedua orang tuanya. Dia pun mengenang saat bersama kedua orang tuanya dulu. Jaka Someh merasa sedih teringat nasib ayahnya yang mati tragis di keroyok oleh Ki Marta dan kawan-kawannya. Dia pun nyaris bernasib sama dengan ayahnya. Jaka Someh tidak mau kejadian yang telah dialaminya beberapa waktu yang lalu terulang kembali dalam kehidupannya mendatang. Dia pun bertekad untuk membalas perbuatan Ki Marta dan kawan-kawannya yang telah menganiaya dia dan ayahnya.

"Duh coba saja kalau saya bisa bela diri, jadi pendekar... pasti sudah saya habisi mereka...eh..."

Jaka Someh bergumam sendirian sambil mengepalkan kedua tinjunya. Dalam hati, terbersit keinginan untuk menjadi pendekar yang gagah dan kuat, yang tidak mudah dikalahkan oleh musuh manapun. Tapi bagaimana caranya dia menjadi seorang pendekar? Jangankan ilmu yang tinggi, dasar-dasar silatpun dia tidak tahu.

Ksatria Ilalang: Sang Pendekar Pilih Tanding Yang MembumiTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon