54. Bukan Seorang Janda

2.1K 94 1
                                    

Berbulan-bulanDewi Sekar menunggu kehadiran Jaka someh, namun suaminya tersebutmasih belum juga datang ke Padepokan Ki Buyut Putih. Hatinya sangatsedih. Arya Rajahdan gurunya, merasa prihatin dengan Dewi Sekar yang selalu murung.

"Teteh,sabar ya...Saya yakin,kalau Kang Someh sudah membaca surat teteh,Insya Allah dia akan segera datang ke sini...."

KataArya Rajah.

"IyaAdik, masalahnya Kang Someh sampai sekarang kemungkinanbelummembaca surat dari teteh,Aduh...entah ada di mana dia sekarang...apakah dalam keadaan baikatau tidak..."

DewiSekar mengeluh kepada adiknya.

"Yaah...doakan saja nyai...semoga suami kamu dalam keadaan baik...yangpenting sekarang nyai fokus terlebihdahulu kepadadiri kamu sendiri...ayo, kembali berlatihsilat dengan giat..."

NiniGunting Pamungkas menasehati muridnya.

"Iyaguru, terima kasih...Maafkan saya yang masih belum bisa ikhlasmenerima kehilangan Kang Someh..." Kata Dewi Sekar.

NiniGunting Pamungkas menganggukan kepala dan tersenyum.

"Iyageulis..."

Haridemi hari, Dewi Sekar masih tetap selalu berharap suaminya dapatsegera kembali. Tak ada yang dapat dia lakukan selain berdoa, memohonkepada Yang MahaKuasa untuk keselamatan dan kebahagiaan Jaka Someh.

Tanpaterasa sudah Lima tahun Dewi Sekar tinggal di padepokan Ki BuyutPutih. Untuk mengisi waktunya, agar tidak terlalu ingat kepadasuaminya, Dewi Sekar kembali berlatih ilmu silat kepada Nini GuntingPamungkas.

Dibawah bimbingan Nini Guntung Pamungkas, dia berlatih dengan sangatkeras dan penuh kedisiplinan. Sekarang kemampuan silat nya pun sudah meningkat berkali-kali lipat.

Soreitu Dewi Sekar berlatih seperti biasanya dengan Nini GuntingPamungkas di sebuah tanah lapang di padepokan ki buyut putih. Sakingasyiknya berlatih, tidak sadar bahwa ada orang yang ikut menyaksikanmereka. Orang itu adalah Dewi tunjung biru dan Pangeran Jaya Permana.

PangeranJaya Permana nampak bersemangat memperhatikan Dewi Sekar yang sedangberlatih. Dia merasa bangga melihat Dewi Sekar yang sudah mahirdalam memainkan jurus- jurus silat yang nampak indah namun berbahaya.

Menjelangmatahari terbenam, Nini Gunting Pamungkas menyudahi latihannya.Sambil nafasnya terengah-engah, dia berkata kepada muridkesayangannya

"Sudah,sudah Nyai, guru sudah Capek...he...he...sekarang kemampuan kamusudah meningkat hebat. Kamu sudah mampu membuat guru kerepotanseperti ini..."

DewiSekar tersenyum mendengar ucapan gurunya, kemudian menggoda gurunya

"He...He...bukankemampuan saya yang sudah meningkat, guru. Tapi guru yang sekarangsudah menjadi tua...he...he..."

NiniGunting Pamungkas tertawa mendengar candaan muridnya

"He...he...bisasaja kamu Nyai, yaah meskipun guru sudah tua...dan peot...sudahmenjadi nenek-nenek, tapi yang penting, guru masih tetap cantik, gurujuga tidak kalah dengan Nyai, masih mampu mendapatkan seorangbrondong he...he...".

DewiSekar tertawa geli melihat gurunya yang menjadi genit

"Ihguru koq jadi genit begini...hi...hi..., iya deh guru...guru memangcantik, belum peyot kayak nenek-nenek lainnya...hi...hi..., ya sudah guru, saya mau pamit dahulu...saya mau mandi..."

NiniGunting Pamungkas mengiyakan Dewi Sekar untuk pergi mandi

"Iyamangga Nyai, silahkan kalau mau mandi , kalau guru,sekarangmasih ada urusan dulu...mau menemui ki buyut putih..."

Ksatria Ilalang: Sang Pendekar Pilih Tanding Yang MembumiWhere stories live. Discover now