43. Indahnya Malam Supermoon

2K 89 1
                                    

Tanpa terasa Jaka someh dan Dewi Sekar sudah menempuh perjalanan cukup jauh. Melewati banyak kampung dan perbukitan. Waktu itu hari sudah sore ketika mereka memasuki sebuah perkampungan yang berada di balik sebuah bukit yang terlihat gersang dan tandus. Jarang sekali ada tanaman kecuali hanya ilalang yang nampak begitu lebatnya. Kampung itu pun nampak kumuh dan miskin. Meskipun ada aliran sungai kecil yang melintasi kampung tersebut, namun hanya sedikit pepohonan yang terlihat tumbuh di daerah itu. Penduduknya banyak yang kurus seperti kekurangan nutrisi.

Jaka Someh merasa sangat penasaran ketika melihat kondisi perkampungan tersebut. Kampung itu begitu miskin namun bukan karena ulah dari para penjahat yang berkuasa. Jaka Someh menghentikan gerobaknya di sebuah rumah kayu reot yang berada di pinggir jalan. Dewi Sekar merasa penasaran dengan perbuatan Jaka Someh tersebut, dia bertanya kepada Jaka Someh

"Ada apa kang? Kenapa berhenti?"

Jaka Someh hanya membalas pertanyaan Dewi Sekar dengan senyum. Dewi Sekar bertambah rasa penasarannya, dia pun mengulangi lagi pertanyaannya

"Kenapa kita berhenti di sini kang Someh...?"

Jaka Someh hanya menjawab ringan pertanyaan Dewi Sekar

"Tidak ada apa2 nyi...akang hanya ingin istirahat dulu sejenak...akang mau buang air dulu...boleh Kan?"

Dewi Sekar merasa lega pertanyaannya di jawab Jaka Someh

"Ooh begitu, di kira akang mau nginap di kampung ini".

Jaka Someh yang mendengar ucapan Dewi Sekar seperti itu, malah menggoda Dewi Sekar

"Memang kalau menginap di sini, kenapa nyi? Kan gak apa-apa...akang malah jadi pengen menginap di kampung sini..."

Wajah Dewi Sekar terlihat cemberut mendengar candaan Jaka Someh

"Kang Someh bagaimana sih...kita kan sedang terburu-buru..., tidak boleh lagi ada waktu yang terbuang...Kita harus segera sampai di Tampomas...Masa Akang tidak kasihan kepada Saya, istrinya sendiri...."

Jaka Someh tersenyum kecil sambil melirik ke wajah Dewi Sekar yang lagi cemberut

"Iya, iya...Nyai. Akang bercanda...maaf...cuma berhenti sebentar saja koq, akang mau ada hajat dulu...sebentar ya..."

Tanpa mempedulikan lagi kepada istrinya yang masih cemberut, Jaka Someh langsung turun dari gerobaknya dan berjalan ke sebuah rumah yang berada di pinggir jalan.Setelah sampai di depan rumah tersebut, dia mengucapkan Salam

"Permisi, permisi, apakah ada orang di rumah...?"

Namun tak ada jawaban dari dalam rumah tersebut. Setelah mengulangi Salam nya untuk kesekian kali, akhirnya nampak seorang wanita setengah baya keluar dari rumah, dia bertanya kepada Jaka Someh

"Ada apa kang...ada keperluan apa ke rumah saya "

Jaka Someh menjawab pertanyaan perempuan tersebut dengan balik bertanya

"Punten bu, mau tanya kalau tempat buang hajat di sini dimana ya bu? Kebetulan saya seorang musafir yang sedang melewati kampung ini. Saya berdua bersama istri saya...yang itu istri saya. Oh iya bu, ini teh kampung apa ya?".

Jaka Someh menunjuk ke arah Dewi Sekar yang sedang duduk di atas gerobak sapinya. Dewi Sekar tersenyum ke arah wanita itu, yang di balas dengan senyuman juga oleh si wanita tadi.

"ini namanya Kampung Kahuripan Kang"

Wanita itu kemudian menunjuk ke sebuah arah di belakang bukit tandus yang tidak jauh dari rumahnya. Di Sana terdapat sungai yang biasa di gunakan oleh warga untuk mandi, mencuci pakaian sekaligus untuk buang hajat. Hanya saja untuk buang hajat, warga biasanya memilih sungai yang lebih jauh ke arah muara. Setelah mendapat penjelasan dari wanitu itu, Jaka Someh pergi ke arah yang di tunjuk oleh wanita tadi, dan menghilang di balik bebukitan.

Ksatria Ilalang: Sang Pendekar Pilih Tanding Yang MembumiWo Geschichten leben. Entdecke jetzt