15. Duel Maut Di Pantai Selatan

1.9K 96 0
                                    

Warga-warga yang melihat perkelahian pun pada bubar, mereka takut akan terjadi keributan yang lebih besar lagi. Mereka tahu bahwa babah Liong pasti akan marah besar, dan akan membalas dendam kematian muridnya. Mereka langsung pulang kerumahnya masing-masing, dan segera mengunci pintu rumahnya.

Babah along yang semenjak tadi gelisah, langsung mendekati Jaka Someh, wajahnya tampak semakin pucat. Babah along berkata pada Jaka Someh

"Gawat...gawat...loe orang sudah membunuh muridnya babah Liong hah...celaka...loe cepat-cepat pergi lah dari sini...loe mesti sembunyi dahulu... babah Liong dan muridnya yang lain pasti balas dendam...hah. Celaka...celaka...oe mesti bagaimana ini..."

Jaka Someh kaget mendengar ucapan babah Liong. Dia menyesali insiden yang baru terjadi ini, tapi semuanya sudah terjadi. Dia merasa kasihan terhadap babah Liong dan warga-warga yang lain yang tampak ketakutan. Jaka Someh bertekad untuk bertanggung jawab atas tindakannya. Dia tidak mau pergi dulu sebelum urusannya dengan geng naga hitam selesai. Namun karena desakan dari babah along yang menyuruhnya untuk segera meninggalkan tempat itu, Jaka Someh akhirnya bersedia untuk segera pulang ke kampungnya. Babah along meyakinkan Jaka Someh bahwa tidak akan terjadi apa-apa padanya

"hayya loe orang jangan kawatirkan oe...hah...dia orang tidak mungkin mencelakakan oe...oe ini masih ada hubungan keluarga dengannya hah...yang perlu di kawatirkan adalah loe, dia orang adalah murid pendekar Tong yang terkenal sakti...Pendekar Tong sendiri adalah seorang pendekar yang hebat dan baik, namun sayang dia sudah meninggal...tapi muridnya ini...si Liong adalah orang jahat...hah... di sini tidak ada yang berani sama itu orang...Jaka Someh...loe mesti pergi dari sini...biar loe selamat...hah.".

Setelah yakin bahwa tidak akan terjadi suatu masalah terhadap babah along, akhirnya Jaka Someh memutuskan untuk pulang.

Jaka Someh naik ke gerobak sapinya, kemudian berpamitan dengan melambaikan tangan ke arah babah along. Jaka Someh segera menjalankan gerobaknya ke arah pulang ke kampungnya.

Jaka Someh mengambil rute jalan utama yang biasa di lewati orang-orang. Dia berjalan menyusuri jalan setapak menuju pantai selatan sukabumi. Hari masih siang ketika Jaka Someh mulai berangkat. Dia melajukan gerobaknya dengan santai tanpa tergesa-gesa, meskipun sudah tidak ada muatan lagi dalam gerobaknya.

Sementara Jaka Someh berjalan dengan santai, keadaan geng naga Hitam ternyata sedang ricuh. Mereka sibuk untuk membalas dendam kepada Jaka Someh.

Ada 5 murid utama babah Liong yang tersisa. Mereka semua adalah pendekar-pendekar tangguh. Mereka masih menunggu kedatangan babah Liong yang sekarang masih berlatih di dalam ruangan tertutup. Babah Liong belum tahu tentang kejadian yang menimpa anggota gengnya. Dia sedang asyik berlatih ilmu tenaga dalamnya. Babah Liong memang pendekar yang memiliki ilmu yang sangat tinggi. Selama karirnya sebagai pendekar belum pernah sekalipun dia mengalami kekalahan, kecuali oleh adik seperguruannya yang sekarang pergi entah kemana. Hampir semua musuhnya mati mengenaskan di tangannya. Babah Liong memang terkenal sebagai pendekar yang kejam dan bengis. Konon katanya dia mampu menghancurkan batu sebesar kerbau hanya dengan sekali pukul. Karena wataknya yang gampang marah, maka semua muridnya tidak ada yang berani mengganggu latihannya, mereka pun hanya menunggu. Ketika selesai dari latihan, babah Liong keluar dari ruangannya. Dia mendapati semua muridnya sedang menunggunya kecuali akuan yang tidak terlihat.

"Mana akuan...?" kata babah Liong kepada murid-muridnya.

Murid yang paling tua yang bernama Feng Li menjawab

"Anu guru...Akuan sudah meninggal..."

Babah Liong terkejut mendengar jawaban feng Li

"hah...mati bagaimana...maksudnya...?"

Ksatria Ilalang: Sang Pendekar Pilih Tanding Yang MembumiМесто, где живут истории. Откройте их для себя