50. END

59.5K 4.7K 1.1K
                                    

HAPPY READING!!!

Layaknya kertas kosong hanya kehampaan yang terlihat di sekeliling Azreal, sebuah dimensi dengan cahaya suci sejauh mata memandang. Kaki Azreal berpijak pada tumpukan salju, ia melangkah tegas mengikuti naluri hati untuk terus berjalan.

Namun sesuatu seakan berbisik di Indra pendengaran Azreal, ia memejamkan mata mencoba meresapi bisikan pelan tersebut. Ia semakin fokus, bahkan menahan nafas untuk memperjelas suara yang terdengar jauh.

"Makan pagi...cuci muka..main lagi..yeah. Nananana, nanana." Kedua manik Azreal langsung terbuka saat menangkap suara yang sangat ia kenal.

Angin berhembus menerpa surai Azreal saat seorang pria berdiri di depannya dengan cengiran lebar, "Kakak!"

Aliran listrik seakan menjalar di sekujur tubuh nya, "Dimana ini?" Azreal merasa asing dengan tempatnya berpijak.

Louwis menghiraukan pertanyaan kakaknya, ia berjalan tenang mendekati sebuah pohon tanpa daun di tengah salju, "Wolf dimana kau!" Pekik Louwis seperti mencari sesuatu.

Tak berselang lama, seekor tikus putih berlari ke arah Louwis lalu naik ke tubuh pria itu dan bertengger di pundaknya. "Lihat kakak, ternyata wolf di sini. Dia menungguku setelah nyawanya melayang akibat di mangsa kucing hutan. Aish..pantas saja saat dia melarikan diri aku tak dapat menemukan nya."

Rentetan kejadian menyeramkan langsung berputar seperti kaset rusak, Azreal mengerang memegangi kepala ketika suara-suara menganggu fikirannya. "Louwis?" Pria itu mengingat semuanya, ia menatap tak percaya Louwis yang berdiri dengan senyum mengembang tanpa luka apapun.

"Goldmuses, sebuah dimensi antara dunia dan akhirat."

"Apa? Tidak, tempat mu bukan di sini Louwis. Ayo pulang bersama ku, semua orang menunggu mu." Cerca Azreal berjalan mendekati Louwis namun, sebuah dinding tak kasat mata seakan memisahkan mereka hingga Azreal menghentikan langkahnya.

"Tidak mungkin."

Tampak jelas raut kesedihan langsung menyelimuti wajah tampan Louwis, ia mengusap wolf yang mengendus-endus lehernya. "Kakak, tolong katakan pada ibu aku sangat menyayangi nya, maaf telah membuat kalian semua menjatuhkan air mata. Selama puluhan tahun aku hidup dalam kesepian, tidak ada siapapun yang menjadi teman ku, mereka semua selalu berbicara formal dan menghormati ku layaknya seorang pangeran. Tetapi saat Em di lahirkan aku merasa senang, aku seperti mendapat sebuah hadiah menakjubkan. Meskipun dia berisik saat menangis, namun dia bisa menghapus kesepian ku. Aku sangat senang, dia bisa mendengar semua celotehan ku tanpa memprotes. Sayang sekali aku tidak bisa menemani nya sampai dewasa hahahaha" manik Louwis menerawang jauh.

Terpancar nyata raut kesedihan di sana, kesedihan yang tidak pernah di lihat oleh orang lain. "Kakak, aku mohon pada mu. Jangan membenci Em atas kejadian ini, jangan sampai orang lain membencinya. Percayalah tidak ada secercah pun penyesalan dalam diri ku setelah menyelamatkan Em, jadi tolong hapus air mata kalian. Aku baik-baik saja." Tutur Louwis memberikan sebuah senyum indah.

Bohong jika Azreal tak bersedih saat ini, ia menitihkan air mata tanpa peduli apapun. Azreal sadar ia selama ini terlalu keras pada adiknya, "Louwis maafkan kakak mu ini" terdengar getaran dalam suara Azreal.

Louwis terkekeh pelan, "Jangan seperti itu kakak, aku jadi malu." Gumam pria itu mendekap pipi nya sendiri.

Wajah Louwis kembali ceria, "Kau tidak boleh terlalu lama di sini kakak, bangunlah. Eh tunggu, aku ingin sedikit meminta bantuan. Tolong sebelum memasukkan tubuhku dalam peti, katakan pada maid untuk memakaikan jas berwarna biru, aku tidak ingin memakai jas hitam seperti mayat-mayat lain, berikan sedikit pewarna di bibirku, aku tidak ingin mati dalam keadaan pucat karena aku harus tetap tampan. Jangan lupakan surai, aku sangat menyayangi Surai ku, jadi tolong rapikan dengan hati-hati."

The NECROMANCERDonde viven las historias. Descúbrelo ahora