Part 12

380 65 18
                                    

💎Happy reading💎

"Naik!" titah Debi yang berhasil membuat Gevan membelalakkan matanya, tak percaya dengan apa yang dilihatnya.

"Hah? Naik? Di belakang?" tanya Gevan tak percaya.

Debi menaikkan satu alisnya, seolah tengah bertanya 'kenapa?' kepada Gevan.

"O--oke," ujar Gevan pada akhirnya.

Gevan naik ke jok belakang motornya dengan perasaan aneh dan Debi pun mulai menjalankan motor Gevan dengan kecepatan penuh. Kalau biasanya di desa, Debi bisa mengendarai motornya dengan leluasa yang kondisi lalu lintasnya berbeda dengan keadaan lalu lintas di kota, tapi walau begitu sepertinya Debi tidak merasa kesulitan membawa motor Gevan dengan kecepatan di atas rata-rata. Sesekali Debi menyalip motor dan mobil yang ada di depannya, kadang Debi hampir menabrak kendaraan lain yang berada di depannya. Tetapi, Debi tetap bisa mengelak dengan lihai, kebolehan Debi sudah seperti pembalap profesional saja. Untunglah tidak ada polisi di jalan, kalau polisi melihat Debi yang kebut-kebutan sudah pasti mereka akan ditilang.

"Baby! Pelan-pelan! Kita bisa nabrak orang kalau gini ceritanya," teriak Gevan dari jok belakang.

"Diam!" titah Debi yang membuat Gevan hanya menghembuskan napas kasar.

Untuk sesaat Gevan menyesali perbuatannya yang terlalu gegabah menyatakan perasaannya kepada Debi sebelum Gevan mengetahui lebih banyak perempuan seperti apa yang disukainya itu. Rasanya napas Gevan tertinggal di tikungan tajam tadi saking cepatnya Debi mengendarai motornya.

"Sampai!" seru Debi ketika sudah berada di depan rumahnya.

Saat Debi menyuruh Gevan untuk duduk di belakang tadi, itu adalah jalan terakhir yang Debi hapal untuk sampai ke rumahnya. Itu sebabnya Debi mengambil alih motor Gevan saat sampai di jalan tempat pemberhentian tadi.

Gevan mengerjapkan matanya beberapa kali sambil berusaha mengembalikan kesadarannya yang mungkin tertinggal di belokan jalan. Tidak pernah Gevan sangka sebelumnya perempuan yang notabenya sebagai pacar Gevan itu memiliki jiwa bar-bar dan seperti ingin mengajak Gevan mati bersama.

"Aku boleh mampir dulu enggak, By? Mau minum ... aku haus," mohon Gevan kepada Debi sambil memegangi tenggorokannya yang terasa kering.

"Lo liat enggak warung yang berada di seberang jalan itu?" tanya Debi sambil menunjuk sebuah warung kecil di seberang jalan.

"Liat ... emang kenapa?" tanya Gevan sambil memperhatikan warung kecil yang tadi ditunjuk Debi.

"Di sana jual air mineral. Lo bisa beli air di sana kalau lo haus," titah Debi yang sukses membuat Gevan membulatkan matanya.

"Kejam banget, sih, Baby," keluh Gevan.

"Terserah gue," balas Debi dan berlalu dari hadapan Gevan.

Gevan turun dari motornya dan mengikuti Debi dari belakang tanpa sepengetahuan Debi.

"Aku pulang!" seru Debi ketika sudah berada di dalam rumah.

"Udah pulang, Bi? Gishela mana? Mmmm, dan dia siapa?" tanya Reyhan yang duduk di sofa ruang tengah sambil menonton TV.

Debi mengernyitkan dahinya heran, kemudian memutar kepalanya ke belakang. Debi membelakakkan matanya saat melihat Gevan yang tengah menyengir lebar ke arahnya. Ingin rasanya Debi menelan hidup-hidup makhluk yang satu ini.

"Ngapain lo ke sini?!" sentak Debi sambil bersedekap di depan Gevan.

"Ngapain lo ke sini?!" sentak Debi sambil bersedekap di depan Gevan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Unconditional Love [Complete]Where stories live. Discover now