Part 42

278 47 11
                                    

💎Happy reading💎


Ketika Gevan dan Gishela sampai di halaman rumah Afdal, Gevan buru-buru menghentikan motornya dan berlari ke pintu utama rumah Afdal dengan amarah yang sudah meluap sampai ke ubun-ubun.

"Afdal! Keluar lo! Gue tau lo ada di dalam!" teriak Gevan sambil menggedor-gedor pintu rumah Afdal dengan brutal.

"Van! Sabar! Belum tentu Afdal yang ngirim pesan itu ke Debi," cegah Gishela mencoba menghentikan amukan Gevan.

Tidak ada jawaban dari dalam yang membuat Gevan semakin marah. Gevan yakin Debi ada di dalam sana, kalau memang Afdal yang menjebak Debi, Gevan bersumpah akan membunuh Afdal saat ini juga.

"Anjiing!" maki Gevan.

Gevan menendang pintu itu berkali-kali. Sementara Gishela tidak bisa berbuat apa-apa untuk menghentikan tindakan Gevan.

"Afdal! Di mana lo?!" teriak Gevan ketika dirinya berhasil mendobrak pintu utama rumah Afdal.

"Van! Ini rumah orang. Jangan main masuk sembarangan, dong! Lo mau dituduh jadi pencuri?" kata Gishela panik, tapi mau tak mau tetap mengikuti Gevan masuk ke dalam rumah Afdal yang sunyi.

Tiba-tiba dari arah pintu terdengar derap langkah yang bergerak mendekat ke arah Gevan dan Gishela. Derap langkah itu milik Afdal yang baru saja pulang dari warung untuk membeli sebuah tali. Afdal dibuat terkejut dengan pintu rumahnya yang ambruk, ditambah lagi ada Gevan dan Gishela di dalam rumahnya.

Gevan memutar tubuhnya kala mendengar seseorang mendekat ke arahnya.

"Di mana Debi?!" tanya Gevan sambil berjalan cepat ke arah Afdal.

"Debi? Maksudnya apa, nih?" tanya Afdal tak mengerti.

"Alaahh ... lo enggak usah pura-pura enggak tau, deh. Lo 'kan yang nyulik Debi?!" tanya Gevan dengan nada yang tak santai.

"Tunggu! Tunggu! Nyulik? Nyulik Debi? Ini maksudnya apaan, sih? Urusannya ama gue apaan?" tanya Afdal dengan wajah penuh tanya.

"Akting lo basi tau enggak?" Tanpa basa-basi lagi Gevan melayangkan pukulannya ke wajah Afdal hingga Afdal tersungkur di lantai.

"Gevan! Stop! Belum tentu Afdal 'kan orangnya?" cegah Gishela saat melihat Gevan ingin kembali menyerang Afdal.

"Apa yang lo bawa?--" Gevan mengeluarkan isi dari kantong palstik yang Afdal bawa--"Tali? Pasti lo beli ini buat ngikat Debi 'kan? Ngaku enggak lo? Sentak Gevan sambil mencengkeram kuat kerah baju Afdal.

Gishela tak bisa mencegah Gevan lagi. Saat matanya melihat tali yang dibawa Afdal membuat Gishela juga yakin akan Afdal yang mengirim pesan itu kepada Debi, kalau tidak, untuk apa tali itu bagi Afdal kalau bukan untuk mengikat Debi yang mungkin saja sedang dikurungnya dalam sebuah ruangan.

"Maksud lo apa-apaan, sih, Van? Gue enggak tau Debi ada di mana. Sumpah! Ini tali buat memperbaiki jemuran emak gue yang putus," jawab Afdal di selah-selah ringisannya.

"Lo pikir gue percaya, hah?!" sentak Gevan, kemudian kembali memukul wajah Afdal.

"Stop! Setidaknya kalian bisa jelasin ke gue kenapa kalian bisa nuduh gue nyulik Debi. Kenapa?!" sentak Afdal yang mulai tersulut emosi karena dituduh menculik Debi.

Gevan mengeluarkan ponsel Debi dari saku celananya. "Lo liat ini! Ini nomor lo 'kan?!"

Afdal memperhatikan pesan yang ada di layar ponsel Debi. "Ck ... itu bukan nomor gue. Sumpah! Biar gue buktiin." Afdal mengambil ponselnya dan menekan nomor Debi yang tadi didapatkannya dari Gishela.

Unconditional Love [Complete]Where stories live. Discover now