Part 44

314 48 5
                                    

💎Happy reading💎


Fabio tersenyum ke arah guru itu dan sedikit membungkukkan badannya. Jujur, Fabio sebenarnya tidak suka dengan dirinya yang sering disuruh-suruh oleh guru-guru dan sering mengandalkannya dalam berbagai bidang. Fabio bukan robot, Fabio juga manusia biasa yang juga bisa merasa lelah.

"Sudah ditaruh di meja saya?" tanya guru itu kepada Fabio.

"Sudah, Bu ... oh iya, Bu. Saya boleh nanya seuatu tentang murid baru tidak, Bu?" tanya Fabio sesopan mungkin.

"Silahkan!"

"Mmm ... murid yang bernama Debi Tianba itu kok alamatnya sama dengan Gishela Intanasyifa yang dari kelas X IPA II itu, Bu?" tanya Fabio dengan nada lembut, padahal dalam hatinya Fabio ingin sekali menelan guru yang sering menyuruhnya ini.

"Oh itu. Kebetulan sekali, data dari anak kelas X IPA II memang yang terakhir mengumpulkan. Ketika ibu meminta data-datanya kepada murid X IPA II, ibu juga sempat menge-chek data-datanya. Kebetulan ibu juga menanyakan perihal alamat Debi dan Gishela yang sama. Katanya mereka itu sepupuan," jelas guru itu panjang lebar.

"Oooh ... begitu ya, Bu. Terima kasih informasinya, Bu. Kalau begitu saya pamit ke kelas dulu, Bu."

"Tunggu! Kenapa kamu tiba-tiba menanyakan tentang dua sepupu itu?"

"Ah! I--itu ... saya hanya penasaran saja, kenapa alamat rumah mereka bisa sama," jawab Fabio berbohong.

Guru itu mengangguk, kemudian mempersilahkan Fabio untuk kembali ke kelas.

Fabio ingin sekali mencari tahu tentang Debi. Sampai Fabio mendapat ide untuk menguras informasi itu dari Gishela yang katanya adalah sepupu Debi.

Fabio mengeluarkan foto Gishela yang diambilnya dari data tadi. Untunglah Fabio bisa mengambil foto Gishela tanpa sepengetahuan gurunya. Foto yang dikumpulkan ada tiga buah, jadi Fabio menggambilnya satu.

Fabio mulai mengitari sekolahan untuk mencari sosok yang ada dalam foto itu. Saat melihat Gishela, Fabio tersenyum simpul, kemudian pura-pura menabrak Gishela sebagai awal perkenalan mereka.

Seiring berjalannya waktu, Fabio dan Gishela semakin dekat dan informasi yang ingin Fabio dapatkan itu sudah komplit. Terlebih lagi ketika Fabio berhadapan langsung dengan Debi. Mata hitam legam Debi yang sama persis dengan matanya itu membuat Fabio semakin yakin kalau Debi itu adalah anak ayahnya juga. Debi Tianba itu memang benar-benar adiknya yang selama ini membuat Fabio tidak pernah lagi merasakan kasih sayang dari seorang ayah. Yah, walau bukan Debi yang salah di sini.

Walau pada awalnya Fabio mendekati Gishela hanya untuk mencari informasi tentang Debi saja, tapi seiring berjalannya waktu Fabio justru benar-benar tertarik pada sosok Gishela yang kekanak-kanakan dan terkesan unik.

****

Gevan masih berusaha melawan dua anggota Tengkorak Besi itu yang sepertinya memiliki kemampuan yang lebih baik dari tiga orang sebelumnya, sampai-sampai Gevan dibuat kewalahan, menciptakan luka lebam pada bagian wajahnya.

Baru saja Gevan bisa melumpuhkan satu lawannya, tapi lawan yang satu lagi langsung datang menyerang tanpa memberi Gevan ruang untuk bernapas. Saat lawan keduanya hampir kalah, justru laki-laki yang sudah terbaring tadi kembali menyerang. Seolah mereka mempunyai kekuatan cadangan untuk melawan Gevan. Benar-benar merepotkan.

Gevan terkesiap saat salah satu di antara lawannya mengeluarkan pisau. Kalau berkelahi dengan tangan kosong, Gevan masih bisa bertahan. Tetapi, kalau sudah memakai senjata tentu saja akan membuat Gevan kewalahan.

Unconditional Love [Complete]Where stories live. Discover now