Part 14

328 53 9
                                    

💎Happy reading💎

****

Bel istirahat baru saja berbunyi. Saat ini murid-murid mulai berhamburan keluar kelas dengan riang. Tapi, berbeda dengan Gishela yang masih sibuk di kursinya sambil menyalin PR Matematika Debi.

"Makanya. Dibilangin, kalau ada PR itu dikerjain di rumah. Jangan main HP mulu!" komentar Debi.

"Debi! Bisa enggak, enggak usah berisik! Ini masih banyak, loh," keluh Gishela tanpa sedikit pun mengalihkan pandangannya dari buku.

"Oke! Aku ke kantin dulu ... makan tuh Matematika!" ejek Debi, kemudian tertawa renyah dan berlalu dari hadapan Gishela yang masih fokus menulis.

Gishela menggaruk kepalanya yang terasa pusing, hanya mencatat Matematika saja sudah membuat Gishela pusing, apalagi mengerjakannya sendiri. Untung ada Debi yang mau meminjamkan buku PR-nya kepada Gishela. Hanya menyalin saja Gishela acap kali salah karena tidak hati-hati dalam mencatat.

Gishela merogoh tasnya yang diletakkan di sandaran kursi untuk mengambil air minum karena tiba-tiba Gishela merasa haus gara-gara Matematika sialan ini. Tak hanya Gishela saja, Debi yang otaknya encer saja sering kewalahan oleh Matematika, tapi tetap saja Debi menyukai hitungan.

Traakk!

Sebuah pena jatuh dari dalam tas Gishela. Niatnya mau mengambil air minum, malah menjatuhkan penanya sendiri karena Gishela merogoh tasnya tanpa melihat kebelakang tadinya.

Gishela menggerutu dan berdiri dari duduknya. Botol air sudah berada dalam genggamannya. Mau tak mau keinginannya untuk minum harus terhenti dulu. Gishela berjalan ke belakang kursinya dan memungut penanya yang terjatuh tak jauh dari kursinya. Sebelum berbalik, Gishela terlebih dahulu memaki penanya yang terjatuh, lantaran kesal. Ketika Gishela kembali berdiri dan membalikkan tubuhnya, tiba-tiba saja seorang laki-laki sudah berada di hadapannya yang sukses membuat seorang Gishela terperanjat kaget.

"Lo siapa?" tanya Gishela bingung.

"Lo enggak kenal gue? Padahal kita satu kelas, loh," kata laki-laki itu kepada Gishela.

Gishela berpikir sejenak. Apa iya laki-laki di depannya ini merupakan teman sekelasnya? Tapi, kalau diingat-ingat, sih memang Gishela pernah melihatnya di kelas X IPA II. Kalau soal nama, Gishela benar-benar tidak tahu dan benar-benar tidak ingin tahu.

"Maaf! Tapi gue enggak kenal," kata Gishela cuek.

Laki-laki itu tersenyum miring. "Kalau gitu kenalin, gue Farhan yang duduk di ujung sana," Farhan menunjuk kursi paling pojok yang sejajar dengan kursi Gishela, itu artinya laki-laki yang menyebut namanya Farhan itu juga duduk paling belakang.

"Oooh, alau gitu geser dikit! Gue mau lewat, " titah Gishela dengan sedikit menguakkan Farhan untuk memberinya ruang agar bisa berjalan.

Farhan bergeming di tempatnya dan menatap Gishela dengan tatapan yang tak bisa diartikan.

"Lo cantik," puji Farhan kepada Gishela tanpa sedikit pun memberi ruang untung Gishela berjalan.

"Makasih ... tapi jangan halangin jalan gue, dong! Gue mau buat PR nih," sentak Gishela yang merasa jengkel dengan Farhan yang tidak memberinya jalan.

"Kalau gue enggak mau gimana?" tantang Farhan berjalan satu langkah mendekat ke arah Gishela.

Gishela meneguk salivanya kuat-kuat. Alaram tanda bahaya langsung berbunyi di kepalanya, Gishela mundur satu langkah ke belakang seiring melangkahnya Farhan ke depan.

"L--lo mau ngapain?" tanya Gishela gugup. Jantungnya sudah berdegup kencang saking takutnya dia saat ini.

Farhan tidak menjawab pertanyaan Gishela. Dia hanya menatap Gishela dengan tatapan aneh dan terus maju selangkah demi selangkah mengikuti langkah Gishela yang bergerak mundur. Bukan, bukan Farhan yang mengikuti langkah mundur Gishela, tapi Gishela yang terus mundur saat Farhan mencoba mendekat.

Unconditional Love [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang