Part 28

301 49 6
                                    

💎Happy reading💎


Gevan terus berlari untuk menghindari para siswi yang seperti kesetanan mengejar Gevan sambil menarik tangan Debi tentunya. Sampai akhirnya Gevan dan Debi berhenti di belakang gudang sekolah karena siswi-siswi yang mengejarnya tadi sudah tidak kelihatan lagi. Gevan menghembuskan napas legah saat tak ada lagi siswi yang mengejarnya.

Debi berusaha mengatur napasnya yang terengah-engah karena berlari cepat untuk menyamakan langkahnya dengan Gevan.

"Maaf ya, Bi! Gue bawa lo lari! Gue bingung harus gimana lagi. Semenjak tiga hari belakangan ini, hidup gue apes. Gue terus dikerumuni sama cabe-cabean itu karena mereka tau gue udah putus sama lo dan yang lebih parahnya lagi, ini semua terjadi karena teman-teman bobrok gue yang bilang gue lagi cari pacar," jelas Gevan panjang lebar yang sudah tahu semua kesialan yang dia dapat selama ini adalah ulah teman-temannya.

Entah bagaimana caranya Gevan berbicara selancar itu tanpa terengah-engah. Padahal baru saja berlari lumayan jauh. Debi saja sudah seperti mau mati karena sesak napas, tapi Gevan justru terlihat biasa-biasa saja seperti tanpa beban.

"Lo curhat?" tanya Debi singkat.

"Ya elah, Bi. Gue udah ngomong panjang lebar juga ... maaf, ya! Gue bawa lo lari," kata Gevan lagi-lagi meminta maaf kepada Debi.

"Dahlah ... gue capek," keluh Debi sambil duduk di meja yang sepertinya sudah rapuh yang tergeletak di sampingnya.

Berat tubuh Debi yang tidak seberapa membuat meja itu tidak goyah sedikit pun. Walau bisa dipastikan kalau meja itu sudah lapuk.

"Ooh iya ... tumben ke kelas gue. Mau ngapain? Rindu, ya?" tanya Gevan dengan enteng seolah tanpa beban.

"Ap--apaan, sih. Ge-er banget jadi orang."

"Hehehe ... becanda ... emang mau ngapain ke kelas gue?" tanya Gevan lagi, kali ini dengan nada serius.

"Gu--gueee ... gue ...."

"Mmm? Kalau ada yang mau diomongin, omongin ajalah, Bi, enggak usah malu-malu! Kayak sama siapa aja."

"Udah ah ... gue mau balik."

Lagi-lagi keegoisan Debi membuat Debi tidak mau mengungkapkan kalau sebenarnya dia baru saja memikirkan Gevan dan sangat ingin tahu bagaimana kehidupan Gevan setelah tak lagi menyandang gelar sebagai kekasihnya, tapi Debi justru mengelak.

Gevan menarik tangan Debi yang baru saja turun dari meja dan sudah membelakanginya itu karena Debi memang berniat pergi dari belakang gudang yang lengang itu, membuat Debi tersentak kaget saat tubuhnya tertarik ke belakang dan sedetik kemudian Debi baru sadar kalau dirinya sudah berada dalam dekapan Gevan. Untuk beberapa saat Debi terdiam dalam dekapan Gevan.

"Kalau lo enggak mau ngomong, biar gue aja yang ngomong ... gue--aku kangen sama kamu, Baby."

Kata-kata Gevan terdengar begitu merdu di telinga Debi. Panggilan Baby dari Gevan yang selama ini memang dirindukannya itu kini kembali terdengar jelas di telinganya dan lagi, saat ini dia berada dalam dekapan hangat Gevan yang sukses membuat Debi merasa nyaman. Entahlah, Debi sendiri bingung dengan dirinya sendiri.

Perlahan Debi mengangkat kedua tangannya untuk membalas pelukan Gevan. Rindu yang selama ini dia tahan bisa terobati dengan pelukan ini. Kini Debi akui kalau dirinya benar-benar merindukan Gevan, merindukan omongan ceplas-ceplos Gevan, merindukan gombalan receh Gevan, dan Debi sangat merindukan saat-saat bersama Gevan yang selama tiga hari ini tak lagi dia rasakan.

"Gue juga kangen sama lo, Bego," imbuh Debi, kemudian menyembunyikan wajahnya di dada bidang Gevan.

"Gue juga kangen sama lo, Bego," imbuh Debi, kemudian menyembunyikan wajahnya di dada bidang Gevan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Unconditional Love [Complete]Where stories live. Discover now