Part 20

349 48 0
                                    

💎Happy reding💎


Debi melihat Gishela tidak sendirian di kamar. Melainkan ada Fabio yang menemani Gishela, tapi wajar saja, sih Fabio lebih dulu sampai di rumah ini daripada Debi dan Gevan, pasalnya mereka terlalu lama di parkiran sekolah untuk berdebat tadinya.

"Shela! Kamu makan, dong!" titah Fabio sambil menyodorkan sesendok nasi ke arah Gishela yang kini sudah dalam keadaan duduk.

"Emangnya kalau aku makan, Kak Rey bakalan balik lagi ke sini? Engggak 'kan?!" tolak Gishela memalingkan wajahnya dari Fabio.

"Emangnya kalau kamu enggak makan dan sakit Kak Rey bakalan balik lagi ke sini?" balik tanya Fabio masih setia mengulurkan seseondok nasi ke arah Gishela.

Gishela terdiam sesaat, kata-kata Fabio ada benarnya. Apa gunanya Gishela mogok makan. Itu tidak akan membuat Reyhan kembali lagi ke rumah ini. Jika dia sakit, apa Reyhan akan bela-belain kembali ke Indonesia hanya untuk melihat Gishela? Tentu saja jawabannya tidak, memangnya tiket pesawat itu murah? Lagian jarak London ke Indonesia itu tidak dekat.

Debi dan Gevan masih setia berdiri di ambang pintu memandang sepasang kekasih itu. Debi memutuskan berdiri di dekat pintu saja karena tidak ingin mengganggu Gishela dan Fabio, walau Debi tidak menyukai Fabio, tapi tetap saja selama ini Fabio-lah yang sering menemani Gishela dan membuat hari-hari Gishela lebih menyenangkan.

"Enggak 'kan? Jadi apa gunanya kamu mogok makan kayak gini? Kakak enggak mau kamu sakit, Shela!" ujar Fabio dengan tulus.

"Kamu makan, ya!" sambung Fabio mendekatkan sesendok nasi ke mulut Gishela.

Gishela membuka mulutnya perlahan, kemudian memakan nasi yang disuapi Fabio kepadanya. Gishela berpikir, andai saja yang di depannya sekarang ini Reyhan, pasti dia akan sangat senang menerima suapan Reyhan. Tetapi, apa daya Reyhan sudah kembali ke London dan itu tanpa sepengetahuannya.

Debi dan Gevan mengurungkan niatnya untuk masuk ke kamar. Debi dan Gevan kemudian memutuskan untuk kembali ke bawah saja, membiarkan sepasang kekasih itu berdua saja di kamar. Mungkin Fabio akan bisa menenangkan Gishela, seperti yang selama ini Fabio lakukan. Mengembalikan mood Gishela yang hancur dan setia menghadapi sikap kekanakan Gishela, setidaknya Fabio sangat baik kepada Gishela, itu saja sudah cukup bagi Debi saat ini.

"Lo ngapain ngikutin gue?" tanya Debi. Sepertinya rasa malu dan grogi yang sempat Debi rasakan sudah menghilang. Kini Debi kembali dengan sikap dinginnya.

"Terus aku ngikutin siapa, dong? Masa aku jalan sendiri mengitari rumah ini. Ntar dibilang maling lagi," jawab Gevan sekenanya.

"Lo pulang, gih! Gue capek," titah Debi yang kini duduk di sofa ruang tengah.

"Kalau capek tuh istirahat, bukan nyuruh orang pulang," kata Gevan ikut duduk di samping Debi.

"Huh! Terserah lo, deh," tukas Debi putus asa.

****

Keesokan harinya, Gishela masih belum pergi sekolah karena tubuhnya yang sedikit terasa lemah. Jadi, Gishela memutuskan untuk tidak ke sekolah lagi hari ini. Itu artinya Debi harus meminta Gevan untuk menjemputnya lagi.

Seperti biasa, Gevan tiba di depan rumah Debi dengan cepat dan pergi sekolah bersama Debi. Gevan, sih senang-senang saja mengantar jemput Debi karena itu bisa membuatnya dengan Debi lebih akrab lagi.

Soal pertanyaan Gevan kemaren tentang apa arti Gevan di kehidupan Debi, itu sebenarnya bukan lelucon. Gevan benar-benar ingin tahu, apakah Debi selama ini tidak menyukainya dan hanya memanfaatkannya saja. Tapi, rasa sayang Gevan tidak membuatnya egois dan mendesak Debi untuk menjawab pertanyaannya. Jauh di lubuk hati Gevan, sebenarnya dia merasa sakit atas perbuatan dingin Debi kepadanya. Bukannya Gevan tidak menyadari sikap Debi terhadapnya selama ini, Gevan hanya berusaha pura-pura tidak tahu agar hubungannya dengan Debi baik-baik saja. Gevan akan melakukan apa saja agar hubungannya dengan Debi baik-baik saja, walau Gevan tahu hati Debi masih belum bisa dia taklukan.

Unconditional Love [Complete]Where stories live. Discover now