Part 40

303 43 10
                                    

💎Happy reading💎

****

*7 Bulan Kemudian!*

Hari berjalan begitu cepat. Fabio dan teman seangkatanya yang lain baru saja selesai mengerjakan ujian terakhir, yakni UN (Ujian Nasional) yang mana, Fabio merasa begitu legah saat semua perjuangannya sudah berakhir untuk saat ini. Tetapi, Fabio berpikir dia pasti akan merindukan masa sekolahnya nanti.

Gishela, dia mendapat peran utama wanita di teater sekolah dalam rangka perpisahan kelas XII nanti. Tentu saja Gishela sangat senang, pasalnya dari dulu Gishela suka sekali ber-akting dan ingin menjadi seorang aktris yang terkenal, tidak ada salahnya berangan-angan 'kan? Acara perpisahannya tinggal beberapa hari lagi, itu artinya Gishela akan bekerja keras dalam latihannya. Gishela ingin menampilkan bakatnya dengan begitu baik, tak ingin mengecewakan guru teaternya yang telah menunjukkan menjadi peran utama.

Sementara Debi dan Gevan terlihat tenang-tenang saja karena memang tidak ada yang akan mereka ragukan saat ini. Walau satu bulan lagi mereka akan ujian kenaikan kelas, itu tidak membuat Debi dan Gevan merasa terbebani. Sama seperti anak remaja pada umumnya, Debi dan Gevan tentu lebih memilih bersenang-senang menghabiskan waktu mereka.

Sekarang sudah malam. Debi dan Gevan baru saja selesai makan di sebuah restoran. Awalnya Debi ingin langsung pulang saja, tapi Gevan tidak memperbolehkannya lantaran Gevan ingin membawa Debi ke suatu tempat, katanya.

"Van! Udah malam, nih. Aku pulang aja, ya," mohon Debi ketika mereka berada di dalam mobil Gevan.

"Bentar aja, Baby! Aku mau nunjukin sesuatu ke kamu," kata Gevan sambil terus fokus menyetir.

"Ke mana, sih, Van? Enggak bisa besok aja apa?" tanya Debi yang sepertinya sudah kelelahan seharian bermain di luar.

"Enggak bisa, Baby ... ini penting. Kamu diam aja! Jangan banyak komentar! Oke?!"

"Iya, deh. Sebentar aja tapi, ya."

"Iya!"

Tak lama setelahnya Gevan memberhentikan mobilnya di parkiran kantor Bara. Debi mengernyit heran ketika menyadari Gevan malah membawanya ke kantor Bara.

"Kita ngapain ke sini?" tanya Debi heran.

"Ikut aja!" Gevan melepas sabuk pengamannya dan keluar dari dalam mobil.

Gevan memutari mobilnya dan membukakan pintu untuk Debi. Debi tampak menarik napas gusar, pasalnya tubuhnya benar-benar lelah saat ini.

"Kamu mau ketemu sama papa kamu? Emang udah berapa lama kalian enggak ketemu?" tanya Debi saat dirinya sudah berdiri di samping mobil Gevan.

"Bukan itu, By ... papa aku baru aja pulang kemaren, jadi aku ke sini bukan mau ketemu papa, tapi mau nunjukin sesuatu ke kamu," jawab Gevan sambil memperbaiki kemejanya yang sedikit kusut.

Gevan mengeluarkan sebuah kain hitam dalam saku celananya dan mengibas-ngibaskannya di depan wajah Debi. Debi mengernyit heran melihat kain hitam itu, kalau Debi tidak salah itu kain yang sama yang digunakan Gevan untuk menutup matanya beberapa bulan yang lalu saat Gevan membawanya ke atap.

"Itu buat apa?" tanya Debi heran.

"Buat nutup mata kamu," jawab Gevan santai.

"Apa lagi ini?" tanya Debi terdengar putus asa.

Gevan menarik tangan Debi untuk mendekat ke arahnya, kemudian memutar tubuh Debi dalam satu sentakan. Gevan lalu menutup mata Debi dari belakang.

"Udah! Yuk jalan!" Gevan menggandeng tangan Debi dan menuntunnya berjalan.

Unconditional Love [Complete]Where stories live. Discover now