Part 24

300 52 11
                                    

💎Happy reading💎

"Bi!"

Ketika mendengar namanya disebut kembali, Debi langsung mengalihkan pandangannya ke pintu yang sedari tadi hanya fokus melihat lantai kelas saja. Mata Debi menangkap Gishela yang babak belur dan sudut bibir kirinya mengeluarkan darah.

"Shela!" panggil Debi, sedetik kemudian dia berlari ke arah Gishela.

"Bi! A--aku enggak apa-ap---"
Perkataan Gishela terhenti seiring hilangnya kesadarannya dan tubuhnya yang roboh di hadapan Debi.

"Shela! Shel, Shela! Bangun!" ujar Debi panik sambil menepuk-nepuk pipi Gishela yang terbaring lemah di lantai.

"Fuck! Fuck!" rutuk Debi menyalahkan dirinya akan keadaan Gishela saat ini.

"Shela! Kamu bertahan, ya! Kita ke UKS sekarang," kata Debi, kemudian mengangkat tubuh Gihsela dengan mudah.

Entah bagaimana caranya Debi bisa mengangkat dengan enteng tubuh Gishela yang hampir sama besar dengan tubuhnya itu. Dengan kekuatan yang dimilikinya, tak heran Debi sering dengan mudah melumpuhkan lawannya. Debi tidak seperti perempuan kebanyakan yang lemah, dia justru mempunyai kekuatan lebih besar dari perempuan biasa, layaknya seorang laki-laki, tak heran jika Reyhan sering memanggilnya 'Tian' seperti nama anak laki-laki yang diambil dari nama lengkap Debi, yaitu Debi Tianba.

"Bu! Ada yang pingsan!" teriak Debi ketika kakinya baru saja menginjak lantai UKS.

"Ya ampun. Cepat baringkan dia di sini!" ujar Bu Ria selaku pengurus UKS sambil memperbaiki bantal yang tergeletak di atas kasur UKS dengan sedikit panik.

"Bu! Tolong jaga adik saya sebentar, ya, Bu! Saya harus pergi," kata Debi.

Setelah berkata begitu, Debi langsung keluar dari UKS dengan raut wajah yang sudah merah padam menahan amarahnya yang bergejolak.

"Fuck! Gue habisin lo, Bangsat!" maki Debi di tengah-tengah perjalanannya mencari Nola.

Debi memperhatikan isi ruangan setiap kelas yang dilaluinya. Matanya menyiratkan kemurkaan yang sudah tidak bisa dibendung lagi. Kedua tangannya mengepal kuat di samping tubuhnya. Bibirnya terus komat-kamit merutuki Nola yang sudah mencelakai Gishela.

Kini kaki Debi terhenti di depan pintu kelas XI IPA I, ketika matanya menangkap empat perempuan yang salah satu di antara mereka Debi yakini adalah orang yang tadi mengancam Debi untuk segera menemuinya di atap.

Greep!

Dengan gerakan cepat, Debi menarik kerah baju Nola dengan sangat kuat dan mengangkat tubuh Nola yang tadinya sedang dalam posisi duduk menjadi posisi berdiri. Debi menekan leher Nola kuat-kuat hingga tubuh Nola tertahan pada dinding di belakangnya.

"Eh? Siapa, sih lo? Lepasin Nola!" teriak Sinta kepada Debi yang sedang menatap jalang ke arah Nola di hadapannya.

Untuk sesaat Debi melepas cengkraman tangannya dari kerah baju Nola yang sudah terbatuk-batuk karena sesak.

Debi mengalihkan pandangannya ke arah tiga teman Nola. "Mau cium bau rumah sakit?" tanya Debi yang terdengar horor.

"Lo pikir gue takut?" tantang Sinta dengan entengnya.

Debi tersenyum miring ke arah Sinta dan dua teman lainnya, kemudian Debi mengibas-ngibaskan tangan kirinya sebelum melayangkan pukulan kirinya ke arah wajah mulus Sinta.

Bugh!

Satu pukulan tepat mengenai hidung Sinta dan seketika itu juga darah segar keluar dari hidung Sinta.

Unconditional Love [Complete]Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon