Part 15

339 54 6
                                    

💎Happy reading💎

Debi mengalihkan pandangannya ke samping kiri, di mana orang yang baru saja menghentikan aksinya itu berdiri.

"Udah, By! Kalau gini terus anak orang bisa mati!" kata orang itu yang tak lain adalah Gevan.

"Ck ...."

Debi melepaskan cengkraman tangan kanannya dari kerah baju Farhan dengan sedikit mendorong dada Farhan. Farhan terbatuk saat punggungnya lagi-lagi menyentuh lantai. Untung saja Gevan datang, kalau tidak, bisa dipastikan Farhan mati di tangan Debi.

"Shela!" panggil Debi.

Shela berjalan ke arah Debi, kemudian memeluk Debi dengan erat. Dia benar-benar ketakutan setengah mati.

"Kamu enggak apa-apa 'kan?" tanya Debi dengan nada khawatir.

Gishela hanya menangis dalam dekapan Debi tanpa bicara sepatah-kata pun.

"Ini sebenarnya ada apa?" tanya Gevan kepada Debi.

"Bajingan gila itu, berani-beraninya dia---"

"Udah, Bi! Enggak usah diterusin!" titah Gishela sambil melepas pelukannya dari Debi.

"Ada apa ini?" tanya Bu Lidia dari arah pintu yang merupakan guru BK di sekolah ini.

"Ya ampun! Ini kenapa sampai berdarah-darah gini?" kata Bu Lidia panik melihat Farhan yang sudah terkapar di lantai.

"Kamu, ya, yang berkelahi?" tanya Bu Lidia kepada Gevan.

"Eh! Bu--bukan saya, Bu. Saya cuma menengahi aja kok, Bu," kata Gevan membela diri.

****

Debi, Gevan, Gishela, dan Farhan kini berada di ruangan BK setelah Farhan lebih dulu mendapat pertolongan pertama di UKS. Mereka berempat dipanggil ke ruang BK karena pasalnya hanya mereka berempat saja yang berada di dalam ruang kelas X IPA II yang menjadi tempat kejadian perkelahian antara Debi dan Farhan.

"Debi! Kenapa kamu memukul Farhan sampai babak belur begini?" tanya Bu Lidia memulai pembicaraan. Sebelumnya, Bu Lidia sudah mendapat sedikit informasi dari anak-anak yang melihat kejadian di jam istirahat tadi, bahwa Debi memukul Farhan tanpa ampun.

"Saya enggak bisa terima Bajingan ini nyentuh-nyentuh adik saya sembarangan, Bu," ujar Debi berusah menahan amarahnya. Tangan kirinya sudah terkepal kuat di sisi tubuhnya.

"Debi! Jaga bicaramu!" sentak Bu Lidia.

"Maaf, Bu!" ujar Debi pelan.

"Siapa adik kamu?" tanya Bu Lidia lagi.

"Gishela, Bu ... baji--orang ini tadi mau ngelecehin Shela, Bu dan saya enggak bisa terima itu," tutur Debi sambil menunjuk-nunjuk ke arah Farhan dengan tangan kirinya yang hanya menunduk.

"Farhan! Apa yang dikatakan Debi itu benar?" tanya Bu Lidia beralih kepada Farhan.

"Sa--saya hilaf, Bu," jawab Farhan gugup sambil terus menundukkan kepalanya.

"Ck ... hilaf apa hilaf?" sentak Gevan yang sudah mengerti duduk masalahnya.

Bu Lidia menarik napasnya dalam-dalam. "Bisa-bisanya kamu melakukan hal yang tidak senonoh itu di sekolah dan lagi kamu masih baru di sini."

"Sa--saya benar-benar hilaf, Bu. Saya enggak sengaja," ujar Farhan membela diri.

"Bohong, Bu. Dia berusaha mencium saya tadi, Bu. Sa--saya benar-benar takut," ujar Gishela, kini air matanya kembali meluncur dari pelupuk matanya.

Unconditional Love [Complete]Where stories live. Discover now