Part 31

327 46 0
                                    

💎Happy reading💎

****

Debi membuka matanya yang terasa berat. Dilihatnya dari balik jendela kamar, sang Mentari sudah menampakkan dirinya. Tetapi, di mana Gevan? Debi tidak melihat Gevan di sofa.

Cklek!

Suara pintu dari arah kamar mandi terbuka. Debi langsung mengalihkan tatapannya ke arah pintu kamar mandi. Di sana tampak Gevan yang sepertinya baru selesai membersihkan diri. Handuk biru yang dililitkannya sedikit di atas pinggang, handuk kecil berwarna putih yang bertengger di bahunya, dengan rambut basah membuat Gevan terlihat begitu gagah, ditambah lagi dengan ABS yang menghiasi perut Gevan.

"Udah bangun?" tanya Gevan sambil me-ngelap rambutnya dengan handuk kecil dibahunya.

Debi mengangguk mengiyakan. "Papa lo gimana?"

"Papa udah berangkat kerja lagi subuh tadi. Tenang saja! Papa bahkan enggak punya waktu untuk sekedar mampir ke kamar ini." Walau Gevan menyuruh Debi untuk tenang, tapi wajahnya menyiratkan kesedihan yang mendalam.

"Gue boleh minta minum, enggak? Haus, nih," tanya Debi sambil memegangi kerongkongannya yang terasa kering.

Gevan hanya mengangguk dan berjalan menuju lemari pakaiannya.

Debi buru-buru turun dari ranjang dan berlalu dari kamar Gevan. Sebenarnya Debi tidak haus, tapi Debi tahu Gevan akan mengganti pakaian. Sangat tidak mungkin jika Debi masih diam di dalam kamar semetara Gevan mengganti pakaiannya, jadi Debi berpura-pura ingin minum untuk bisa ke luar dari kamar Gevan.

Debi berkeliling mengamati rumah Gevan. Rumah yang luas dengan nuansa cat berwarna putih bersih itu sukses membuat Debi tertegun. Tidak bisa Debi percaya jika Gevan tinggal sendiri di rumah megah ini, bahkan tanpa pembatu. Seketika Debi membayangkan Gevan membersihkan rumah luas ini sendirian. Gevan sendiri yang bilang kalau tidak ada pembantu di rumah ini, jadi tentu saja Gevan yang bertanggung jawab membersihkan seluruh isi rumah.

Debi berjalan menuju dapur. Debi disambut oleh pemandangan yang jauh berbeda dari yang pertama dilihatnya. Dapurnya begitu berantakan. Piring kotor sudah menumpuk di wastafel, alat memasaknya juga kotor.

Debi mengambil sebuah gelas di rak dan menuangkan air ke dalam gelas itu, yah walau Debi tidak merasa haus, tapi tetap saja Debi memiliki kebiasaan minum setelah bangun pagi.

Seketika keinginan untuk membersihkan tempat itu terlintas begitu saja di dalam kepala Debi. Hingga akhirnya Debi benar-benar membersihkan dapur itu dan merapikannya.

"Kok la--eh?" Gevan baru saja muncul dan dibuat terkejut dengan pemandangan di hadapannya. Dapurnya yang semula berantakan dengan sekejap disihir menjadi dapur yang rapi dan bersih.

"Gue liat dapur lo berantakan banget, jadi gue bersihin," kata Debi yang kini tengah mencuci piring di wastafel.

"Seharusnya enggak perlu, By ... aku bisa sendiri kok," ujar Gevan sedikit malu.

"Kalau lo bisa kenapa enggak dibersihin?"

"Belum sempat, Baby."

"Ck ... alasan."

Tiba-tiba Gevan menghampiri Debi dan melingkarkan tangannya di perut Debi dari arah belakang.

"L--lo ngapain?" tanya Debi sedikit gugup dengan pergerakan Gevan yang tiba-tiba.

"Udah cocok kok jadi istri aku," kata Gevan terkekeh pelan di dekat telinga Debi.

"Apaan, sih lo? Minggir!" Debi menghentakkan sikutnya tepat di perut Gevan.

Unconditional Love [Complete]Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu